Hasil dan Analisis Wawancara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Analisis Wawancara

Penelitian tentang peran komunikasi keluarga dalam hubungan jarak jauh diantara orangtua dan mahasiswa ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, dimana peneliti menggunakan sistem bola salju snowball dalam memilih informan yang akan diwawancara. Dalam hal ini peneliti mewawancarai beberapa mahasiswa yang kuliah di universitas yang berbeda, untuk mewakili beberapa universitas yang ada di kota medan 1. Informan Pertama Nama : Rahmi Zuraida Usia : 22 tahun Asal Kota : Langsa, Aceh Universitas : Universitas Sumatera Utara a. Komunikasi Keluarga Informan pertama yang diwawancarai oleh peneliti yaitu mahasiswi yang bernama Rahmi Zuraida. Perempuan berjilbab asal aceh ini merupakan mahasiswi jurusan psikologi yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara dan sudah tinggal terpisah dengan orangtua selama 4 tahun. Ketika peneliti menanyakan mengenai komunikasi seperti apa yang terjadi dalam keluarganya, mahasiswi kelahiran langsa ini menuturkan dengan senang menjelaskan seperti komunikasi di keluarganya. “kalau komunikasi dikeluarga kami sih sama dengan keluarga yang lainnya. Biasa kami pake bahasa daerah kalo sudah ngumpul di meja makan. Tapi, kalau saya dengan adik, saya selalu pake bahasa Indonesia karena belum ngerti bahasa daerah. Hal yang biasa kami bicarakan kalo sudah ngumpul sih masalah studi kami, trus biasanya ortu selalu ngasih nasihat sama kami supaya rajin belajar,jadi anak yang baik, dan juga jangan tinggalkan sholat lima waktu.Ibu juga mengajarkan kami untuk selalu hormat kepada orang yang lebih tua dan mendengarkan apa yang mereka katakan”. Informan mengatakan bahwa komunikasi dalam keluarganya lebih sering sering terjadi pada saat mereka berkumpul di meja makan. Komunikasi yang Universitas Sumatera Utara terjadi dalam keluarga rahmi lebih mengaplikasikan fungsi komunikasi secara kultural dan sosial. Hal ini dapat diketahui ketika mereka berkumpul mereka menggunakan bahasa daerah dan orangtua rahmi juga selalu memberikah nasihat dan mengontrol pendidikan anaknya. Ketika peneliti menanyakan hal mengenai studi yang informan jalani sekarang, ia mengatakan bahwa ia senang menjalani studinya sekarang, karena informan memang ingin kuliah di jurusan dan universitas tersebut. Ia juga mengatakan bahwa jurusan yang dipilihnya sekarang juga atas persetujuan oleh orang tuanya sehingga motivasinya untuk kuliah semakin kuat, walau harus tinggal terpisah dengan orangtuanya. “ketika saya mengetahui saya lulus di Universitas Sumatera Utara, perasaan saya itu campur aduk antara senang dan sedih. Senang karena udah lulus di jurusan dan universitas yang saya sukai, sedih karena harus terpisah dari orangtua. Tapi, untuk mengejar cita-cita menjadi seorang psikolog,saya harus tetap jalani semuanya kan. Lagian sekarang kan ada telepon, kalo rindu dengan mereka, saya bisa telepon mereka. Tapi, mereka lebih sering yang menghubungi saya sih. Biasanya ibu sering sms saya, menanyakan tentang kesehatan saya, udah makan atau belum,gmana kuliahnya. Kadang ayah juga menghubungi saya. Kalo ayah sih biasanya menanyakan tentang keuangan saya di sini, apakah cukup atau tidak. Mereka bisa dua sampai tiga kali menghubungi saya dalam sehari, tapi saya ngerti lah sebagai anak, itu semua kan karena mereka sayang sama saya”. Informan juga menjelaskan mengenai perasaan yang dirasakannya ketika mengetahui akan tinggal terpisah dengan orangtua. Informan mengatakan bahwa ketika dirinya mengetahui lulus di universitas yang ia sukai dan akan tinggal terpisah dengan orangtua, dirinya merasa sedih. Namun, demi cita-cita ia memilih untuk kuliah di Universitas Sumatera Utara dengan alasan bahwa ia masih bisa berkomunikasi dengan orangtua dan saudaranya dengan menggunakan media komunikasi yang ada pada zaman sekarang. b. Teori Self Disclosure Setelah peneliti menanyakan mengenai komunikasi yang dijalani oleh informan selama tinggal terpisah, selanjutya peneliti menanyakan mengenai keterbukaan informan dengan orang tuanya, dalam hal ini peneliti ingin melihat bagaimana keterbukaan para mahasiswa yang tinggal terpisah dengan Universitas Sumatera Utara orangtua, apakah semua hal yang terjadi berani mereka ceritakan dengan orangtua, atau mereka tidak menceritakannya dengan berbagai alasan yang mereka miliki. “memang ketika saya berkomunikasi jarak jauh dengan orangtua, saya tidak menceritakan semua hal yang terjadi kepada mereka. Saya menceritakan hal-hal yang membuat mereka merasa tenang saja. Kalaupun ada hal yang tidak saya ceritakan, biasanya masalah tersebut dapat saya selesaikan sendiri. Misalnya nilai saya yang kurang bagus atau ketika saya sakit,saya masih bisa minum obat dan tiga hari juga sudah sembuh dan alhamdulillah, sampai sekarang mereka tidak mengetahui hal tersebut”. Dalam hal ini, informan ternyata tidak menceritakan semua yang terjadi pada saat dia kost. Informan merasa masalah yang dialaminya masih dapat diselesaikannya sendiri. Disamping itu informan juga takut membuat orang tuanya khawatir terhadap keadaannya. Jika dilihat dari sisi jendela johari window, maka informan pertama ini berada pada jendela ketiga, yaitu bidang tersembunyi. Hal ini dapat diketahui bahwa informan pertama ini tidak menyembunyikan masalah yang dihadapinya dari orangtua, sehingga orangtua tidak mengetahui masalah apa yang dihadapi oleh informan selama tinggal terpisah dengan orangtua. c. Hubungan Harmonisasi Komunikasi yang baik akan membangun hubungan yang baik diantara individu. Mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtua mengalami perubahan cara berkomunikasi, karena mereka tidak dapat berkomunikasi secara langsung, melainkan harus melalui media. “Hubungan saya dengan orangtua selama tinggal terpisah, baik kok. Malah ketika kembali kerumah, saya semakin dimanja. Ketika saya baru sampai rumah, ibu saya langsung menanyakan saya kepengen makan apa dan menawarkan makanan yang saya suka. Informan mengatakan bahwa hubungan dirinya dengan orangtua baik. Informan juga merasa bahwa ketika dirinya kembali pulang kerumah, orangtua lebih memanjakan dirinya. Hal ini dapat diketahui dari perhatian yang diberikan oleh orangtua, misalnya menanyakan makanan apa yang ingin dimakan oleh informan. Universitas Sumatera Utara d. Teori Interaksi Simbolik Setelah menanyakan mengenai hubungan informan dengan orangtua, peneliti kemudian menanyakan mengenai perubahan yang dirasakan oleh informan selama tinggal terpisah dengan orangtua. Menurut informan perubahan cara berkomunikasi mereka dan perubahan lainnya tidak mempengaruhi hubungannya dengan orangtua ketika kembali kerumah. Menurut saya tidak ada hal yang berubah dari diri saya. Hanya saja, perubahan yang saya lihat dan saya sadari bahwa orang tua saya usianya sudah semakin senja adik-adik saya juga semakin dewasa”. Informan mengatakan bahwa dirinya tidak merasakan perubahan. Namun dirinya merasakan adanya perubahan pada orangtuanya yang semakin senja dan adik-adiknya yang semakin dewasa. Analisis: Dari jawaban yang diberikan oleh informan pertama, dapat diketahui bahwa komunikasi yang terjadi dalam keluarga informan pertama memanfaatkan komunikasi kultural dan sosial. Hal ini karena dalam keluarga informan pertama informan dan keluarganya menggunakan bahasa daerah yang dapat mengembangkan budaya daerah mereka dan juga orangtua dari informan juga sering memberikan nasihat kepada anaknya. Namun, tingkat keterbukaan diri informan pertama kepada keluarga sangat sedikit ketika sedang tinggal terpisah, karena informan tidak ingin membuat orangtuanya khawatir dan risau terhadap keadaannya. Komunikasi yang tetap terjalin antara orangtua dan informan membuat hubungan antara keduanya tetap baik dan harmonis, sehingga informan pertama tidak pernah mempunyai konflik pada saat kembali kerumah. 2. Informan Kedua Nama : Yedidia panca Pasaribu Usia : 22 tahun Asal Kota : Siantar Universitas : Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara a. Komunikasi Keluarga Informan kedua yang diwawancarai oleh peneliti adalah seorang mahasiswa yang berasal dari kota siantar. Yedidia Panca Pasaribu merupakan mahasiswa jurusan MIPA yang berkuliah di Universitas Sumatera Utara. Yedi mengatakan bahwa ia tinggal terpisah dari orangtua semenjak 4 tahun lalu, karena dia sempat bimbingan selama setahun sebelum berkuliah di Universitas Sumatera Utara. “Iya nov udah 4 tahun lah kami tinggal terpisah, selama tinggal terpisah komunikasi saya dengan orangtua baik. Pada saat saya baru masuk kuliah saya berkomunikasi hampir setiap hari, namun ketika sudah semester 3 keatas komunikasi kami tidak setiap hari lagi. Mungkin 3 atau 4 kali dalam seminggu. Media yang biasa saya gunakan saat berkomunikasi adalah telepon. Kalo yang nelpon duluan biasanya ibu saya,saya sekali-sekali aja nelponnya. Karena saya lebih dekat dengan ibu, jadi saya lebih sering berkomunikasi dengan ibu.Kami biasanya menggunakan bahasa daerah kalau sedang berkomunikasi dengan orangtua sama adeku juga pake bahasa batak”. Dari jawaban informan, komunikasi yang terjalin antara informan dan orangtuanya tetap berjalan lancar. Walau semakin lama intensitas komunikasi yang terjalin saat tinggal terpisah semakin berkurang hal ini mungkin karena orangtua sudah mempercayai informan untuk mengatur aktifitasnya sendiri tanpa harus dipantau dari jauh oleh orangtua. Komunikasi keluarga yang terjalin juga lebih mengarah kepada fungsi komunikasi kultural yang tetap mempergunakan bahasa daerah bukan hanya dengan orangtua saja, melainkan dengan adiknya juga. b. Teori Self Disclosure Setelah itu peneliti melanjutkan pertanyaan mengenai keterbukaan informan kepada orangtua selama tinggal terpisah untuk mengetahui tingkat keterbukaan informan kepada orangtua. “Kalau saya berkomunikasi dengan orangtua biasanya saya menceritakan mengenai perkuliahan saya, nilai-nilai, dan kabar keluarga. Tidak semua hal yang terjadi pada saat saya kost, saya ceritakan dengan orangtua. Ada hal yang tidak saya ceritakan pada orangtua, misalnya ketika saya sakit flu atau demam sedikit , saya tidak mengatakan kalau saya sedang sakit. Hal lain yang tidak ceritakan yaitu jika saya memiliki masalah dengan pacar saya. Saya takut orang tua Universitas Sumatera Utara saya menjadi khawatir. Tapi,sampai saat ini hal yang tidak saya ceritakan itu belum pernah diketahui oleh orangtua”. Komunikasi yang baik juga terjalin pada informan kedua. Namun tingkat keterbukaan informan kedua sama seperti informan pertama. Jika dilihat dari sisi jendela Johari Window maka, informan kedua juga berada pada jendela ketiga yaitu tersembunyi, dimana informan tidak menceritakan semua yang terjadi pada dirinya selama tinggal terpisah dari orangtua. Komunikasi merupakan hal yang juga dapat mempengaruhi hubungan yang terjadi. c. Hubungan Harmonisasi Bagi informan kedua, hubungan jarak jauh tidak mempengaruhi komunikasi keluarga yang terjalin antara dirinya dan orangtua. Komunikasi yang tetap mereka lakukan ini juga berperan untuk menjaga hubungannya dengan keluarga agar selalu harmonis. Hal ini dapat diketahui dari jawaban informan sebagai berikut: “Pada saat saya baru pulang ke rumah,hubungan saya baik. Menurut saya, hubungan kami malah semakin dekat dan perhatian. Karena pada saat saya kembali orangtua saya langsung menanyakan kabar saya, dan membuat makanan kesukaan saya.Biasanya kalo saya belum tinggal terpisah, orangtua ga pernah sampe nanya makanan yang ingin saya makan. Yang pasti lebih perhatian lah dari yang dulu, jadi kami lebih dekat gitu”. Pada saat informan kembali kerumah ternyata hubungan yang terjalin semakin dekat. Hal ini dapat diketahui dari kasih sayang dan perhatian lebih yang diberikan oleh orangtua kepada informan kedua dengan menanyakan makanan yang ingin dia makan dan menanyakan kabarnya saat kembali kerumah. d. Teori Interaksi Simbolik Ketika peneliti menanyakan mengenai perubahan apa yang dilihat oleh informan ketika kembali kerumah, informan mengatakan tidak merasakan dan melihat adanya perubahan yang terjadi di rumah. “Ketika saya kembali kerumah, saya tidak merasakan ada hal yang berbeda dirumah. Kalo pada diri saya, saya merasa ada perubahan , Universitas Sumatera Utara dari perilaku dan sikap, saya merasa lebih dewasa. Karena saya selama kost melakukan kegiatan sendiri tanpa bantuan dari orangtua”. Lain halnya dengan informan pertama, informan kedua ini mengatakan bahwa dirinya tidak merasakan adanya perubahan di rumah. Namun informan ketiga lebih merasakan kalau dirinya yang berubah. Hal ini karena informan kedua merasa bahwa ketika kembali kerumah informan meras lebih dewasa dari sebelumnya. Analisis : Dari jawaban informan kedua selama diwawancarai dapat diketahui bahwa komunikasi keluarga ikut berperan dalam menjaga harmonisasi yang terjalin selama informan tinggal terpisah dengan orangtua. Komunikasi yang tetap terjalin antara orangtua dan informan membuat hubungan juga semakin harmonis walau orangtua tidak mengetahui bahwa informan tidak menceritakan semua masalah yang dihadapinya selama tinggal terpisah. Perubahan sikap yang terjadi pada diri informan juga membuat hubungan harmonis antara orangtua dan informan semakin terjalin. 3. Informan Ketiga Nama : Oschar Antoni Usia : 22 tahun Asal Kota : Rantau Prapat Universitas : Universitas Negeri Medan a. Komunikasi Keluarga Setelah peneliti selesai mewawancarai informan kedua, peneliti melanjutkan wawancara ke informan ketiga. Informan ketiga kali ini merupakan mahasiswa jurusan matematika dan sedang berkuliah di Universitas Negeri Medan. Informan ketiga ini bernama Oschar Antoni yang sudah tinggal terpisah dari orangtua selama lebih kurang 4 tahun. Mahasiswa yang berasal dari Rantau Prapat ini mengatakan bahwa dirinya tidak begitu mencemaskan hubungan jarak jauh yang terjadi antara dirinya dan orangtua, karena pada saat Universitas Sumatera Utara ini dengan perkembangan alat komunikasi dan teknologi yang canggih informan tetap dapat berkomunikasi dengan orangtua. “memang jurusan dan universitas tempat saya kuliah sekarang, saya yang memilih. Ketika saya tahu akan tinggal terpisah dengan orangtua, saya biasa aja,karena sekarang sudah ada alat komunikasih yang canggih sehinnga saya dapat berkomunikasi dengan orangtua setiap saat. Biasanya kami berkomunikasi dengan orangtua dalam seminggu dua atau tiga kali gitu. Hal yang dibicarakan juga mengenai kuliah saya, kalau ditelpon biasanya orangtua pake bahasa daerah,karena kami memang sudah dibiasakan dari kecil memakai bahasa daerah kalo dikampung.” Informan ketiga ini mengatakan bahwa hubungan jarak jauh yang dilakukannya dengan orangtua tidak begitu ia takutkan, karena dia dapat menelepon orangtuanya setiap saat. Komunikasi keluarga yang diaplikasikan jika dilihat dari fungsi komunikasi keluarga maka informan ketiga dan orangtuanya ini menggunakan komunikasi keluarga sebagai fungsi komunikasi kultural, hal ini dapat dilihat dari penggunaan bahasa daerah pada saat berkomunikasi dengan orangtua. b. Teori Self Disclosure Namun, ketika ditanya mengenai keterbukaannya kepada orangtua pada saat tinggal terpisah, informan mengatakan bahwa tidak semua hal diceritakan kepada orangtua. ”tidak semua hal yangterjadi,saya katakan kepada orangtua. Ada hal yang pribadi tidak saya katakan kepada orangtua, dan sampai sekarang mereka tidak mengetahui hal yang saya sembunyikan itu”. Ternyata dalam hal keterbukaan informan ketiga juga berada pada jendela ketiga atau tersembunyi jika dilihat dari sisi jendela johari. Informan ketiga ini tidak menceritakan semua hal kepada orangtuanya karena menurutnya hal yang tidak dia ceritakan tersebut merupakan hal yang pribadi utuk dirinya sendiri, sehingga dia tidak ingin orangtuanya mengetahui hal yang menurutnya pribadi itu. Universitas Sumatera Utara c. Hubungan Harmonisasi Setelah menanyakan mengenai keterbukaan informan pada saat tinggal terpisah dari orangtua, selanjutnya peneliti menanyakan bagaimana hubungan informan dengan orangtua pada saat kembali kerumah. “ketika kembali kerumah hubunganku dengan orangtua tetap harmonis, Informan ketiga juga mengatakan bahwa ketika kembali kerumah, hubungan diantara dirinya dan orangtua tetap harmonis. Hubungan yang harmonis diantara orangtua dan informan ketiga tersebut dikarenakan komunikasi yang tetap terjaga diantara dirinya dan orangtua. d. Teori Interaksi Simbolik Setelah menanyakan mengenai hubungan yang terjadi diantara informan dan orangtua, selanjutnya peneliti bertanya mengenai perubahan yang dirasakan oleh informan selama tinggal terpisah dari orangtua. menurut ku ga ada yang berubah di rumah. Sama seperti kayak dulu sebelum saya tinggal terpisah dari mereka. Cuma ketika saya pulang kemaren mereka lebih memanjakan saya aja”. Informan mengatakan bahwa dirinya tidak merasakan perubahan apapun pada dirinya. Hanya saja, ketika kembali kerumah dirinya merasa lebih dimanjakan oleh orangtuanya. Analisis : Hubungan yang terjalin antara informan ketiga dengan orangtua ternyata tetap terjalin dengan harmonis. Hubungan yang harmonis ini dapat dilihat dari bagaimana informan ketiga dimanjakan oleh orangtuanya pada saat kembali kerumah. Walaupun tidak semua hal diceritakan oleh inforaman ketiga kepada orangtuanya, namun komunikasi yang terjalin tetap baik dan hal ini merupakan salah satu faktor yang mendukung hubungan tetap harmonis. Aplikasi fungsi komunikasi keluarga yang digunakan oleh informan ketiga ini lebih kepada pengaplikasian fungsi kultural, karena ketika sedang berbicara dengan orangtua dan aggota keluarga lainnya dengan menggunakan bahsa daerah. Universitas Sumatera Utara 4. Informan Keempat Nama : Rimbun Anita Usia : 22 tahun Asal Kota : Jakarta Universitas : HKBP Nomensen a. Komunikasi Keluarga Informan keempat yang diwawancarai oleh peneliti adalah Rimbun Anita Purba. Mahasiswi kelahiran Jakarta ini merupakan mahasiswi jurusan kedokteran di Universitas HKBP Nommensen. Mahasiswi yang sering dipanggil bun oleh teman-temannya ini mengaku sudah tinggal terpisah oleh orangtua semenjak dia bersekolah di tingkat SMA. ”semenjak SMA aku sudah tinggal di medan vi, sedangkan orangtua ku di jakarta kan. Waktu aku tahu bakalan tinggal terpisah dari orangtua, awalnya sih sedih karena harus menjadi anak yang mandiri, tapi lama kelamaan sudah terbiasa juga mengerjakan semuanya sendiri tanpa orangtua. Biasanya aku komunikasi dengan orangtua lewat telepon bisa dua atau tiga kali dalam seminggu.kalo lagi telepon saya pake bahasa daerah tapi kadang bahasa Indonesia, melihat tempat dan kondisi juga sih. Kalo kami lagi ngumpul biasanya kami menggunakan bahasa daerah dan membahas mengenai kegiatan yang kami lakukan, kadang kami sering bercanda, tapi lebih sering yang bercanda aku dengan kakak ku. Karena aku lebih dekat dengan kakak”. Komunikasi keluarga yang digunakan di keluarga informan keempat ini sangat baik. Informan keempat dan keluarganya menggunakan kedua fungsi komunikasi keluarga, yaitu fungsi komunikasi sosial dan komunikasi kultural. Hal ini dapat dilihat dari diskusi dan bahasa daerah yang tetap dilestarikan oleh keluarga ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi keluarga di informan keempat mengaplikasikan kedua fungsi dari komunikasi keluarga yang ada. b. Teori Self Disclosure Komunikasi yang baik dengan orangtua, ternyata tidak membuat informan keempat ini mengungkapkan semua hal yang terjadi pada saat dia tinggal Universitas Sumatera Utara terpisah dengan orangtua. Hal ini diketahui, ketika peneliti menanyakan bagaimana keterbukaan informan selama tinggal terpisah dengan orang tua. “Kalo aku lagi telepon sama orangtua biasanya kami membahas dan bercerita mengenai keluarga, kesehatan saya dan keluarga, dan keuangan saya, karena orangtua takut kalo saya tidak ada uang. Tapi ada juga yang tidak aku ceritakan sama orangtuaku. Kemaren waktu aku kecelakaan aku ga cerita sama orangtua, tapi akhirnya mereka mengetahui hal itu juga dari saudara yang tinggal di medan juga. Tapi, setelah aku jelasin sama orangtua kalo aku takut mereka kawatir kalo aku menceritakan kejadian itu, orangtua akhirnya mengerti dan mereka ga jadi marah samaku”. Hal yang tidak diceritakan oleh informan keempat ini kepada orangtua ternyata hampir menjadi konflik antara informan dengan orangtua, namun dengan adanya komunikasi dan penjelasan yang baik dari informan membuat ketidakjujuran informan tersebut tidak menjadi masalah dan konflik yang besar. Jika dari dilihat dari jendela johari, maka informan keempat ini juga berada pada jendela ketiga, yaitu bidang tersembunyi, dimana orangtua tidak mengetahui apa yang terjadi dengan informan dan informan juga menyembunyikan mengenai kecelakaan yang terjadi walau akhirnya orangtuanya mengetahui hal tersebut. c. Hubungan Harmonisasi Komunikasi yang baik juga akan membangun hubungan yang harmonis. Ketika peneliti menanyakan mengenai hubungan informan keempat dengan orangtuanya, informan mengatakan jika hubungannya tetap baik, dan tetap seperti biasanya. “waktu pulang kerumah, hubunganku dengan orangtua baik. Hubungan yang terjadi antara informan dan orangtuanya ketika kembali kerumah tetap harmonis, karena komunikasi mereka yang tetap terjaga. Universitas Sumatera Utara d. Teori Interaksi Simbolik Ketika peneliti menanyakan mengenai perubahan yang dirasakan oleh informan keempat pada saat dirinya kembali kerumah, maka informan memberikan jawaban sebagai berikut: Menurutku ga ada yang berubah dari hubungan kami. Samalah kayak aku sebelum tinggal terpisah. Kalo perubahan yang terjadi sih ga ada, hanya perubahan dari tempat perabotan dirumah. Kalo perubahan didiriku aku merasa semakin dewasa sih, karena sekarang sudah mulai bisa mandiri. Jadi waktu, aku kembali kerumah, aku juga ga dimanjain”. Lain halnya dengan informan sebelumnya, informan keempat ketika kembali kerumah tidak dimanjakan oleh orangtuanya. Namun perubahan yang dirasakan oleh informan keempat ini dirumah hanya terjadi pada perpindahan letak peralatan yang ada dirumah saja. Informan keempat juga merasakan adanya perubahan yang terjadi pad dirinya. Ia merasa semakin dewasa dan mandiri ketika kembali kerumah. Analisis: Komunikasi keluarga yang terjalin di keluarga informan keempat ini juga mendukung terjalinnya hubungan yang harmonis dikeluarga mereka. Hal ini dapat dilihat dari komunikasi yang mereka lakukan saat sedang berkumpul, mereka dapat berdiskusi dan bercanda dengan anggota keluarga lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi keluarga mereka sangat baik dan dapat menciptakan hubungan yang harmonis dikeluarga mereka. Keluarga informan keempat ini juga mengaplikasikan kedua fungsi komunikasi keluarga dengan baik. Sehingga hubungan yang terjalin di keluarga mereka tetap harmonis. Meskipun informan keempat tidak menceritakan masalah yang dihadapinya, namun hal tersebut tidak membuat hubungan antara informan dan orangtua menjadi tidak baik. Hal ini karena ketika hal dan masalah yang yang dihadapi oleh informan ketika tinggal terpisah dari orangtua tidak diceritakan oleh informan, diketahui oleh orangtua, informan dapat menjelaskan alasannya kepada orangtua. Sehingga orangtua dari informan keempat tersebut juga dapat menerima alasan yang diberikan oleh anaknya. Perubahan yang terjadi pada Universitas Sumatera Utara diri informan juga tidak mempengaruhi hubungan harmonis diantara anggota keluarga mereka. 5. Informan Kelima Nama : Nando Purba Usia : 22 tahun Asal Kota : Sileang, Dolok Sanggul Universitas : Universitas Darma Agung a. Komunikasi Keluarga Setelah mewawancarai informan keempat, peneliti kemudian mewawancarai informan kelima dan dengan mahasiswa yang kuliah di universitas berbeda dari informan keempat, agar dapat mewakili setiap mahasiswa di kota medan. Informan kelima ini merupakan mahasiswa jurusan manajemen yang kuliah di Universitas Darma Agung. Mahasiswa yang bernama Nando Purba merupakan mahasiswa yang berasal dari daerah tapanuli yang sudah tiga tahun tinggal terpisah dengan orangtuanya. Saat ditanyai mengenai komuikasi yang terjadi dikeluraganya ternyata, komunikasi yang terjadi juga hampir sama dengan informan lainnya, di keluarga nando, komunikasi yang terjalin juga menggunakan fungsi komunikasi kultural. “Komunikasi aku sama keluarga di rumah bebas-bebas aja, kami pake bahasa daerah juga, tapi kadang-kadang. Kalo menurut ku komunikasi kami bebas, karena kami bisa ngasih saran sama orangtua, adu argumen gitu pun bisa kayak kata bapak ku asal alasan yang aku kasih masuk akal, bisa diterima lah saran itu”. Komunikasi keluarga yang terjadi pada informan kelima menggunakan fungsi komunikasi secara kultural, hal ini dapat diketahui dari jawaban informan bahwa dalam keluarganya jika berkomunikasi menggunakan bahasa daerah walaupun tidak setiap hari. Selain itu komunikasi dikeluarga informan kelima ini mempunyai kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan saran, sehingga setiap anggota keluarga bisa mengembangkan apa yang ada pada diri Universitas Sumatera Utara setiap anggota keluarga tersebut. Komunikasi yang baik ini juga dapat membantu hubungan harmonisasi dikeluarga mereka. b. Teori Self Disclosure Selain menanyakan mengenai masalah komunikasi yang terjalin di keluarga informan kelima, peneliti juga menanyakan mengenai keterbukaan informan kepada orangtua pada saat mereka tinggal terpisah. “Kalo lagi teleponan sama orangtua aku biasanya ngomongin pengalaman sehari-hari, keluhan dan juga nanya kabar. Tidak lahh , walaupun aku terbuka dengan ortu tetapi tidak semua aku ceritakan takut mereka risau dengan keadaanku. Sifatnya kan pribadi juga dan takut ortu risau atau khawatir dengan keadaanku”. Jawaban informan kelima mengenai keterbukaan dirinya kepada orangtua, ternyata juga sama dengan jawaban informan lainnya. Informan kelima juga tidak ingin menceritakan semua hal kepada orangtuanya, karena takut membuat orangtuanya menjadi risau dan khawatir terhadap keadaannya. Hal ini juga sama seperti informan lainnya, yang jika dilihat dari jendela johari maka informan kelima ini juga berada pada bidang tesembunyi, dimana tidak semua hal orang mengetahui apa yang terjadi pada dirinya, seperti itu juga orangtua dari informan kelima tidak mengetahui semua hal yang terjadi pada anaknya ketika mereka tinggal terpisah. c. Hubungan Harmonisasi Walaupun informan kelima ini tidak menceritakan semua hal kepada orangtuanya, namun hubungan dirinya dengan orangtua tetap harmonis. Hal ini dapat diketahui dari jawaban informan,ketika peneliti bertanya mengenai hubungannya dengan orangtua. “hubungan kami baik-baik aja. Aku rasa lebih dekat lagi pun. Karena kalo aku udah balek, malah aku lebih sering ngobrol sama ortu. Hubungan yang harmonis tetap terjalin dikeluarga informan kelima, hal ini karena komunikasi yang bebas dikeluarga informan kelima membuat mereka terbuka terhadap apapun kecuali pada saat informan kelima tinggal terpisah dengan orangtua. Walaupun informan merasa ada perubahan yang terjadi pada dirinya, namun hal tersebut tidak mempengaruhi hubungannya dengan Universitas Sumatera Utara orangtua. Hubungan yang harmonis ini juga terjalin di keluarga informan lainnya. d. Interaksi Simbolik Setelah menanyakan mengenai hubungan yang terjalin antara informan kelima dan orangtuanya, selnjutnya peneliti bertanya mengenai perubahan yang dirasakan oleh informan ketika kembali kerumah. Menurut ku ada perubahan pada diriku karena ortu lebih menganggap kita lebih dari waktu dulu kita di kenalnya jadi kadang ortu lebih memberikan kita keleluasaan dalam hal melakukan tindakan”. Informan merasa ada perubahan dalam dirinya, hal ini ia ketahui ketika orangtuanya memberikan keleluasaan dan kebebasan pada dirinya dalam hal mengambil tindakan. Sehingga secara tidak langsung orangtua dari informan kelima merasakan bahwa anaknya sekarang sudah semakin dewasa. Analisis : Hubungan yang terjalin antara orangtua dan informan kelima ini juga sama seperti inforaman yang lainnya, di mana hubungan mereka semua tetap harmonis walaupun mereka tinggal terpisah. Informan keempat juga sama seperti informan lainnya yang berada pada bidang ketiga di jendela johari. Perubahan yang terjadi pada diri informan tidak secara langsung dirasakan oleh informan kelima ini. Namun sama seperti informan lainnya, hubungan mereka tetap harmonis. Hal ini juga yang membuat peneliti berhenti pada informan kelima untuk mewawancarai informan mahasiswa. Peneliti merasa bahwa data yang telah diterima oleh peneliti sudah jenuh,sehingga peneliti memutuskan untuk berhenti di informan kelima. Selain peneliti mewawancarai mahasiswa yang berada di beberapa universitas yang ada dikota medan, peneliti juga mewawancarai orangtua dari mahasiswa yang telah diwawancarai melalui media telepon agar peneliti dapat membandingkan dan melihat jawaban antara mahasiswa dan orangtuanya. Peneliti juga hanya mewawancarai dua orangtua dari mahasiswa yang telah diwawancarai untuk mewakili orangtua yang lainnya. Universitas Sumatera Utara a. Informan orangtua pertama Nama : Ibu Rani Jenis Kelamin : Perempuan Orangtua dari : Rahmi Zuraida Alamat : Langsa Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga a. Komunikasi Keluarga Orangtua pertama yang diwawancarai oleh peneliti adalah ibu Rani. Ibu Rani merupakan orangtua dari mahasiswi Rahmi Zuraida Informan pertama. Ibu Rani pada saat ini tinggal di Aceh, dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Ibu Rani merupakan orangtua yang sangat ramah, karena ketika peneliti mengatakan ingin mewawancarai dirinya, maka dengan senang hati dia meluangkan waktu agar bisa diwawancarai, walau hanya melalui telepon. Ketika peneliti memulai menanyakan mengenai perasaan ibu rani ketika mengetahui akan tinggal terpisah dengan anaknya, dan bagaimana komunikasi keluarga yang terjalin di keluarga mereka, ibu rani pun dengan semangat menjelaskan semuanya kepada informan. “Awalnya ibu merasa bakalan sepi di rumah,sedih sih, ga ada lagi yang bantu ibu beres-beres rumah. Trus, perasaan ibu juga ga tenang ninggalin rahmi sendiri, jadi kemaren selama seminggu ibu tinggal sama dia dulu di medan, habis itu baru ibu balik lagi ke aceh.Kalo komunikasi biasanya ketika ibu, bapak dan anak-anak lagi ngumpul biasanya kalo ngumpul ketika sedang makan malam, dan sehabis makan kami sering diskusi tentang kegiatan masing-masing, trus bapak sama ibu sering ngasih nasihat, biasanya sih kami juga sering pake bahasa daerah, biar sekalian ngajar anak-anak supaya bisa bahasa daerah”. Ternyata perasaan yang dialami orangtua rahmi sama dengan apa yang dirasakan oleh rahmi, namun demi pendidikan yang akan dijalani oleh anaknya, orangtua rela juga untuk tinggal terpisah dengan anaknya. Komunikasi yang terjadi dikeluarga ibu rani juga terjalin dengan baik dan mengaplikasikan fungsi komunikasi kultural dalam keluarganya, hal ini sama seperti apa yang di jelaskan rahmi ketika diwawancarai oleh peneliti. Universitas Sumatera Utara 1. Teori Self Disclosure Komunikasi yang baik dalam keluarga memang sangat menentukan harmonisasi hubungan yang terjadi dalam keluarga tersebut. Namun komunikasi yang baik juga belum tentu membuat seorang anak terbuka dan menjelaskan setiap masalah yang dihadapinya kepada orangtua. Hal inilah yang ditanyakan peneliti kepada orangtua rahmi, apakah ibu rani merasakan bahwa rahmi menceritakan semua masalah dan semua hal yang dialaminya selama tinggal terpisah dari keluarga. “Ketika kami tinggal terpisah, Ibu yang paling sering lebih dahulu menelepon rahmi. Ibu biasa menanyakan kabarnya, apakah dia sudah makan atau belum, dan bagaimana kuliahnya. Menurut ibu, dia sudah menceritakan semuanya. Karena ibu hampir setiap hari menghubunginya. Kalo ibu baru tidak menceritakan semua yang terjadi di rumah sama rahmi. Ibu takut rahmi khawatir disana. Dia kan kost, ibu tidak mau menambah beban pikirannya. Karena dia disana sedang belajar. Kayak kemaren ketika,ibu sakit kami tidak menceritakannya kepada rahmi”. Ternyata komunikasi keluarga yang baik dan hubungan yang harmonis belum menentukan keterbukaan diri seseorang dalam sebuah keluarga. Hal ini dapat dilihat dalam keluarga ibu rani, yang juga ternyata tidak menceritakan semua masalah yang terjadi dirumah kepada anaknya. Alasan yang diberikan oleh ibu rani juga sama dengan alasan yang rahmi berikan kepada peneliti, mereka sama-sama takut membuat khawatir orangtua ataupun anaknya. Sehingga mereka menyembunyikan masalah yang terjadi. 2. Hubungan Harmonisasi Selanjutnya peneliti menanyakan bagaimana hubungan yang terjadi antara ibu rani dan rahmi, ketika anaknya itu kembali kerumah. Peneliti juga menanyakan kepada ibu rani, apakah dia merasakan perubahan dari anaknya tersebut saat kembali kerumah. “Saat rahmi kembali kerumah hubungan kami baik. Sama seperti dululah hubungan kami. Orangtua dari rahmi mengatakan bahwa hubungan mereka baik. Menurut orangtua rahmi juga bahwa hubungan mereka sama seperti sebelum mereka Universitas Sumatera Utara tinggal terpisah. Hal ini berbeda seperti yang dirasakan oleh rahmi. Hal ini karena rahmi merasa bahwa hubungan dirinya dengan orangtuanya semakin dekat, sedangkan orangtua nya merasa hubungan mereka tidak berubah dan masih sama seperti sebelum rahmi pergi. 3. Teori Interaksi Simbolik Setelah peneliti menanyakan mengenai hubungan yang terjalin antara rahmi dan orangtuanya, selanjutnya peneliti menanyakan mengenai perubahan yang dirasakan oleh orangtua rahmi terhadap anaknya. Perubahan yang ibu lihat dari sikapnya yang semakin dewasa. Mungkin karena sudah biasa melakukan kegiatan sendiri”. Walau terjadi perubahan di diri rahmi, namun hubungan rahmi dengan orangtuanya tetap harmonis. Hal ini karena ibu rani merasa bahwa perubahan yang terjadi pada diri anaknya adalah perubahan yang mengarah pada hal yang positif. Sehingga orangtua dari rahmi ini mengerti terhadap perubahan anaknya yang semakin dewasa dan mandiri tersebut. Setelah wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada orangtua dari salah satu mahasiswa yang telah diwawancarai maka dapat diketahui bahwa jawaban orangtua dan mahasiswa yang diberikan kepada peneliti memiliki jawaban yang sama. Analisis: Informasi yang diberikan oleh rahmi ternyata tidak semuanya sama dengan informasi yang diberikan oleh orangtua rahmi. Informasi sama yang diberikan oleh rahmi dan orangtuanya ialah mengenai komunikasi keluarga yang terjadi di keluarga mereka. Sedangkan informasi mengenai keterbukaan rahmi, hubungan yang mereka rasakan dan perubahan yang mereka rasakan juga berbeda. Hal ini dapat dilihat dari informasi mengenai keterbukaan rahmi dan ibunya, dan juga keterbukaan ibunya dengan rahmi. Ternyata, ketika mereka tinggal terpisah rahmi, tidak menceritakan semua hal kepada ibunya, begitu juga dengan orangtua rahmi yang tidak menceritakan semua hal yang terjadi di rumah kepada rahmi, dan mereka juga sama-sama tidak mengetahui bahwa mereka tidak terbuka ketika mereka tinggal terpisah. Hal lain lagi mengenai Universitas Sumatera Utara hubungan yang mereka rasakan ketika tinggal terpisah, rahmi merasakan bahwa hubungan dirinya dengan orangtua semakin dekat dan orangtuanya semakin perhatian kepadanya,namun orangtua rahmi merasakan hal yang berbeda dengan rahmi. Ibu rani merasakan bahwa hubungan mereka seperti biasa dan sama seperti sebelum mereka tinggal terpisah.. Ibu rani merasakan bahwa anaknya memliki perubahan ketika kembali kerumah, orangtua rahmi ini merasa bahwa anaknya yang sekarng sudah semakin dewasa. Sedangkan rahmi tidak merasakan perubahan apapun pada dirinnya. b. Informan orangtua kedua Nama : Ibu lina Jenis Kelamin : Perempuan Orangtua dari : Rimbun Anita Alamat : Bekasi Pekerjaan : guru 1. Komunikasi Keluarga Setelah peneliti mewawancarai orangtua dari rahmi, selanjutnya peneliti mewawancarai orangtua dari rimbun. Ibu lina merupakan guru salah satu sekolah di bekasi. Walaupun ibu lina memiliki kesibukan sebagai seorang guru ternyata masih dapat meluangkan waktu sehingga peneliti diizinkan untuk mewawancarainya. Ketika ditanyai oleh peneliti mengenai rimbun dan komunikasi yang terjadi di keluarganya, ibu lina dengan senang hati memberikan jawabannya kepada peneliti. “Perasaan ibu awalnya khawatir ketika rimbun akan kost di medan. Orangtua mana kan yang ga mencemaskan anaknya kalo tinggal terpisah. Tapi, lama-lama ibu bisa lumayan tenang lah, karena diakan sudah semakin dewasa. Kalau kami lagi ngumpul biasanya membicarakan mengenai kegiatan yang dilakukan oleh keluarga. Kalo ibu biasanya lebih bertanya tentang studi anak-anak ibu sih. Dan apa aja yang dilakukan anak-anak. Trus biasanya kami pake bahasa daerah itu liat situasi dan kondisi juga, kalo kami lagi dirumah, kami memakai bahasa daerah, tapi kalo lagi diluar kami pake bahasa Indonesia lah”. Komunikasi yang baik dengan rimbun membuat ibu lina lama-kelamaan tidak mencemaskan anaknya ketika tinggal terpisah. Pendewasaan yang terjadi Universitas Sumatera Utara didiri anaknya juga menjadi faktor lain yang mengurang kecemasan tersebut. Ibu lina juga mengatakan bahwa mereka juga tetap menggunakan bahasa daerah walaupun tidak setiap saat. Hal ini berarti didalam keluarga ibu lina fungsi komunikasi keluarga secara kultural juga berjalan dengan baik, sehingga budaya yang ada tetap dapat dikembangkan. 2. Teori Self Disclosure Setelah ibu lina menjawab pertanyaan peneliti mengenai perasaannya ketika pertama ditinggalkan oleh rimbun, selanjutnya peneliti bertanya mengenai keterbukaan ibu lina kepada rimbun ketika mereka tinggal terpisah, dan sebaliknya juga apakah ibu lina pernah mengetahui bahwa rimbun pernah menyembunyikan sesuatu dari orangtuanya, karena keterbukaan merupakan salah satu faktor yang dapat membuat komunikasi menjadi lebih baik sehingga hubungan diantara merka juga menjadi harmonis. “Dulu pada saat dia baru kost ibu sering menghubunginya, tetapi setelah sudah satu tahun lebih dia kost, ibu menghubunginya dua kali dalam seminggu. Pada waktu awal dia kost, ibu yang biasa terlebih dahulu menghubungi, tapi setelah itu rimbun yang sering menghubungi ibu. Biasa yang kami ceritakan masalah keuangannya, kesehatannya, dan studinya. Kayaknya rimbun ga certain semua hal sama ibu. Karena kemaren dia mengalami kecelakaan ibu aja tau dari saudara yang tinggal satu kota dengannya. Ibu juga ga cerita semua hal sama rimbun, takut buat dia cemas, dia kan di sana sendiri. Kemaren ibu sakit dan opname di rumah sakit, ibu ga ada ngasih tau sama rimbun”. Keterbukaan yang terjadi antara rimbun dan orangtuanya tidak begitu terbuka, hal ini karena tidak semua hal yang dialami rimbun diceritakan kepada orangtuanya, begitu juga dengan orangtua rimbun, mereka juga tidak menceritkan semua masalah yang ada dirumah dengan rimbun. Namun, mereka memiliki alasan yang sama ketika ditanya mengapa mereka menyembunyikan hal tersebut. Ternyata orangtua takut membuat cemas anaknya dan juga sebaliknya. 3. Hubungan Harmonisasi Keterbukaan dalam komunikasi juga dapat mempengaruhi hubungan harmonisasi antara individu. Hal inilah yang selanjutnya ditanyakan oleh Universitas Sumatera Utara peneliti kepada ibu lina, hubungan seperti apakah yang terjadi saat rimbun kembali kerumah, dan perubahan apa yang terjadi pada diri anaknya ketika rimbun pulang kerumah. “Hubungan kami baik ketika rimbun kembali kerumah. Hubungan ibu sama rimbun sih,biasa aja sama kayak dulu lah. Hubungan antara ibu lina dan rimbun baik. Sama seperti ibu rani, ibu lina jug merasa bahwa hubungan dirinya dengan rimbun baik, sama seperti hubungan mereka ketika rimbun belum tinggal terpisah dari ibu lina. 4. Teori Interaksi Simbolik Perubahan yang terjadi pada diri seseorang juga dapat mempengaruhi hubungan yang terjalin diantara dua orang. Sehingga, peneliti selnjutnya bertanya kepada ibu lina mengenai perubahan yang dirasakan ibu lina terhadap anaknya,ketika anaknya kembali pulang kerumah. Sampai saat ini ibu tidak merasakan perubahan yang begitu banyak pada rimbun. Cuma semakin dewasanya lah berubah, makin mandiri dia ibu liat”. Ternyata apa yang dirasakan oleh ibu lina, sama seperti yang dirasakan oleh ibu rani. Ibu lina juga tidak merasakan begitu begitu ayak perubahan pada diri anaknya, hanya saja ibu lin amerasakan bahwa anaknya sekarang sudah semakin deasa dan mandiri. Analisis: Dari jawaban ibu lina, ternyata hubungan yang terjalin antara mereka tetap harmonis walaupun komunikasi mereka tidak setiap hari dan juga tidak semua hal ataupun masalah yang mereka hadapi diceritakan kepada pihak yang lain. Menurut orangtua, perubahan sikap rimbun yang semakin mandiri juga tidak mempengaruhi hubungan mereka, karena menurut ibu lina hubungan mereka tidak ada perubahan dan masih tetap sama seperti dulu. Meskipun diantara mereka pernah hampir terjadi konflik mengenai orangtua rimbun yang mengetahui bahwa rimbun tidak menceritakan masalah yang dihadapinya kepada orangtua, namun karena komunikasi dan penjelasan yang baik dari Universitas Sumatera Utara rimbun sehingga orangtua rimbun dapat mengerti apa yang dihadapi oleh anaknya. Universitas Sumatera Utara

4.2 Tabel Reduksi Hasil Wawancara

Dokumen yang terkait

KOMUNIKASI KELUARGA DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan)

2 84 9

MEDIA KOMUNIKASI DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL PERAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG PERAN TELEPON SELULAR SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH PADA DUA ORANG YANG BERPACARAN).

0 4 9

PENDAHULUAN PERAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG PERAN TELEPON SELULAR SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH PADA DUA ORANG YANG BERPACARAN).

0 3 21

POLA KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN JARAK JAUH ANAK TERHADAP ORANGTUA DALAM MENJAGA HUBUNGAN Pola Komunikasi Pada Hubungan Jarak Jauh Anak Terhadap Orangtua Dalam Menjaga Hubungan (Studi Kualitatif Pada Mahasiswa Program Internasional Universitas Muhammadiyah

8 46 15

Komunikasi Yang Efektif Antara Remaja Dengan Orangtua Yang Bertugas Jarak Jauh(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Yang Efektif Antara Remaja Dengan Orangtua Yang Bertugas Jarak Jauh Di Kota Medan)

0 0 38

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Komunikasi Yang Efektif Antara Remaja Dengan Orangtua Yang Bertugas Jarak Jauh(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Yang Efektif Antara Remaja Dengan Orangtua Yang Bertugas Jarak Jauh Di Kota Medan)

0 0 5

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF ANTARA REMAJA DENGAN ORANGTUA YANG BERTUGAS JARAK JAUH (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi yang Efektif Antara Remaja dengan Orangtua yang Bertugas Jarak Jauh di Kota Medan)

0 1 14

Komunikasi Keluarga Dalam Hubungan Jarak Jauh (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan)

0 1 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif Paradigma Kajian - Komunikasi Keluarga Dalam Hubungan Jarak Jauh (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan)

0 0 28

KOMUNIKASI KELUARGA DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan) SKRIPSI

0 0 15