Latar Belakang Timbulnya Perang di Aceh

22 BAB III MELETUSNYA PERANG DI ACEH

3.1 Latar Belakang Timbulnya Perang di Aceh

Pada awal abad ke-17 Kerajaan Aceh diperintah oleh Sultan Alauddin Riayat Syah, dan sudah menjalin hubungan dengan Belanda melalui pertukaran utusan keduanya. Belanda mengirim delegasinya antara lain Cornelis Andoiannse, disertai sepucuk surat yang ditandangani Prins Maurits yang berisi ajakan untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Kerajaan Aceh. Sultan menanggapi surat tersebut dengan mengizinkan Belanda mendirikan kantor dagangnya di ibukota Kerajaan Aceh sebagai tempat pembelian rempah-rempah seperti lada dan cengkeh yang sangat laris di Eropa pada saat itu. 39 Untuk kunjungan balasan, pada tahun 1602 Kerajaan Aceh mengirimkan delegasinya ke Negeri Belanda. Pertukaran delegasi tersebut untuk mempererat pesahabatan kedua negara, baik dalam bidang ekonomi maupun politik. Kedatangan delegasi Aceh sebagai salah satu negara di kawasan Timur sangat menguntungkan Kerajaan Belanda, karena mereka sedang mencari dukungan dari berbagai negara untuk memerdekakan dirinya dari penjajahan Spanyol. Kerajaan Aceh pada saat itu mengakui kemerdekaan Belanda. 40 39 Muhammad Said, op. cit., hlm. 225. 40 Zakaria Ahmad, Cut Nyak Meutia, Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 19811982, hlm. 5. Universitas Sumatera Utara 23 Persahabatan kedua kerajaan tersebut tidak selamanya berjalan baik, karena Belanda mempunyai misi untuk menguasai seluruh wilayah di Nusantara. Mereka selalu mencari kesalahan Kerajaan Aceh untuk dapat menyerangnya dengan alasan menegakkan keamanan dan perdamaian di Selat Malaka. Sebenarnya kemerdekaaan Aceh perlu dijamin seperti tercantum di dalam Traktat London tahun 1824 antara Inggris dan Belanda, namun berbagai alasan dan dalih dibuat-buat Belanda untuk merebut wilayah Aceh. 41 41 Moehctar Nasution, Atjeh, Pematang Siantar: Poestaka Omita, hlm. 9. Secara garis besar latar belakang yang menyebabkan meletusnya Perang Aceh adalah sebagai berikut: 1. Belanda menduduki daerah Siak, akibat dari perjanjian Siak 1858, dimana Sultan Ismail menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda. Padahal sejak era Sultan Iskandar Muda daerah-daerah tersebut berada dibawah kekuasaan Kerajaan Aceh. 2. Belanda melanggar perjanjian maka berakhirlah perjanjian London 1824. Adapun isi perjanjian London adalah Belanda dan Inggris membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua negara di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Singapura, dan keduanya mengakui kedaulatan Aceh. 3. Aceh menuduh Belanda tidak menepati janji, sehingga kapal-kapal Belanda yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan. Perbuatan ini disetujui Inggris karena Belanda memang bersalah. Universitas Sumatera Utara 24 4. Dibukanya terusan Suez oleh Ferdinan De Leseph tahun 1869 yang menyebabkan perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalu lintas perdagangan antar negara. 5. Dibuatnya perjanjian Sumatra 1871 antara Inggris dengan Belanda yang isinya antara lain Inggris memberikan keleluasan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh. Belanda harus menjaga keamanan lalu lintas selat Sumatera. Belanda mengijinkan Inggris bebas berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di Guinea barat kepada Inggris. 6. Akibat perjanjian Sumatra, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan konsul Amerika, Itali dan Turki di Singapura dan mengirimkan utusan ke Turki tahun 1871. 7. Hubungan diplomatik yang dilakukan Aceh dengan konsul Amerika, Itali dan Turki di Singapura, menjadikan alasan bagi Belanda untuk menyerang Aceh. 42 Penyebab lainnya yang memicu kemarahan Aceh terhadap Pemerintah Hindia Belanda karena Kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur yaitu Tanah Putih, Kubuh, Bilah, Panai, Kualuh, Asahan, Batubara, Bedagai, Padang, Serdang, Percut, Perbaungan, Deli, Langkat dan Tamiang menjadi wilayah Hindia Belanda dan berada di bawah kedaulatan Siak. 43 42 Nur Agustiningsih,”Konflik Ulama-uleebalang 1903-1946 dan Pengaruhnya Terhadap Perubahan Sosial di Aceh”, dalam Skripsi belum diterbitkan, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, 2007, hlm. 47. 43 Muhammad Said, op. cit., hlm. 590. . Universitas Sumatera Utara 25 Belanda terus menerus mempengaruhi kerajaan-kerajaan kecil yang takluk dari Aceh, salah satunya adalah Kerajaan Deli. Belanda memberikan kewenangan bagi Deli untuk berhubungan langsung dengan Batavia sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda, dan berjanji menolak persekutuan dengan Aceh. 44 Pada tahun 1870 Sultan Ibrahim Mansur Syah mangkat. Para pembesar kerajaan dan ulama sepakat mengangkat Sultan Alaiddin Mahmud Syah yang masih berumur 14 tahun sebagai Sultan. Karena umur sultan pada saat itu masih muda, roda pemerintahan Aceh berada ditangan Habib Abdurrahman Al Zahir sebagai mangkubumi kerajaan yang dibantu oleh Majelis Kerajaan seperti Tuanku Hasyim Banta Muda, Panglima Polem Sri Muda Perkasa dan beberapa orang lainnya. 45 Pada masa pemerintahannyalah perang Aceh akhirnya meletus April 1873, setelah ditandatangani Perjanjian Sumatra antara Belanda dan Inggris pada 1 November 1871 sebagai ganti Traktat London yang mengakui kedaulatan Kerajaan Aceh. Salah satu poin terpenting dari penjanjian ini adalah Inggris menghapus perhatiannya terhadap perluasan wilayah di Sumatera oleh Belanda. Sebagai imbalan untuk Inggris, Belanda menyerahkan Pantai Guinea di Afrika. Akibatnya Belanda mempunyai peluang besar untuk menguasai Aceh. 46 44 Paul Van’t Veer, Perang Belanda Di Aceh, Banda Aceh: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Istimewa Aceh, 1977, hlm. 27. 45 Muhammad Said, op. cit., hlm. 666 46 Ibid., hlm. 351. Universitas Sumatera Utara 26

3.2 Agresi Belanda Pertama 1 April 1873