18
2.2 Pendidikan Keagamaan
Sebelum kedatangan Belanda, eksistensi pendidikan agama di daerah Aceh sudah sangat kuat. Hal ini dibuktikan keberadaan meunasah
32
dan dayah yang dijadikan sebagai sarana pendidikan agama Islam di Aceh. Di sisi lain, realitas bahwa
masyarakat Aceh merupakan penganut agama Islam fanatik yang menempatkan ajaran-ajaran Islam sebagai satu-satunya basis nilai dan sistem pandangan dunia
world view.
33
Di daerah Tiro sendiri, sebelum kedatangan Belanda telah berdiri sebuah dayah yang yang dipimpin oleh Teungku Chik Dayah Cut. Beliau sendiri merupakan
paman dari Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman yang maju sebagai panglima perang Laskar Aceh dalam menghadapi Belanda di Aceh Besar. Dayah tersebut
Keberadaan lembaga dayah dan meunasah bagi pengembangan pendidikan di Aceh sangatlah penting, dan kehadirannya sangat dibutuhkan dalam membentuk umat
yang berkualitas, jujur, cerdas, rajin dan tekun beribadah yang kesemuanya itu sarat dengan nilai ke islaman. Oleh karena itu, dayah dan meunasah di Aceh tidak sulit
untuk dijumpai dan tersebar di seluruh Aceh.
32
Meunasah adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang berada di tiap-tiap desa di Aceh. Meunasah mempunyai fungsi sebagai tempat beribadah, belajar, musyawarah, pusat informasi,
tempat kenduri massal di kampung, tempat menginap bagi musafir dan juga tempat pejabat-pejabat kampung memutuskan dan memecahkan masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Lihat Snouck
Hurgronje, Aceh Di Mata Kolonialis, Jakarta: Yayasan Soko Guru, 1985, hlm. 68.
33
Nirzalin, “Krisis Agensi Politik Teungku Dayah Di Aceh”, dalam Ringkasan Disertasi, Yogyakarta: Program Doktor Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Gadjah Mada, 2011,
hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
19
menjadi tempat bagi para santri yang datang dari segala penjuru Aceh untuk belajar ilmu Agama Islam.
Selain dari dayah yang dipimpin oleh Teungku Chik Dayah Cut di daerah Tiro, di Pidie juga terdapat beberapa pusat pendidikan agama Islam seperti di Langga,
Langgo, Sriweue, Simpang, Ie Leubeue Ayer Labu. Namun daerah Tiro mempunyai daya tarik sendiri bagi para santri yang ingin menuntut ilmu kesana. Hal ini
disebabkan kepintaran Teungku Chik Dayah Cut dalam bidang agama Islam yang sudah sangat dikenal di hampir daerah diseluruh Aceh.
34
Wilayah Tiro tampil terhormat dikarenakan kehadiran kader-kader ulama dan terdapatnya makam keramat tokoh-tokoh pendahulunya. Tidak ada orang yang berani
membawa senjata di kawasan ini, walaupun pada masa perang sekalipun. Hukum dan landasan agama mejadi landasan yang kuat di daerah Tiro. Hasilnya masyarakat yang
dibesarkan di daerah Tiro merasa sudah ditakdirkan untuk mendalami hukum agama yang mulia sehingga Tiro terkenal sebagai daerah yang kuat dalam penegakan syariah
dan hukum-hukum agama Islam.
35
Status atau gelar teungku di Aceh terkait erat dengan kualitas kewibawaan personal serta pengetahuan tentang Agama Islam yang kuat bukan berdasarkan
genealogis keturunan. Seseorang yang dinyatakan mempunyai kemampuan yang
2.3 Kedudukan Teungku