27
2. Kepailitan, yang berhubungan dengan ketidak mampuan perusahaan memenuhi
kewajibannya 3.
Perjanjian yang bertentangan dengan ketertiban umum, misalnya menyangkut memutuskan pencucian uang
4. Keabsahan hak milik intelektual, misalnya paten, merek, hak cipta
5. Sengketa Hub.industrial .mislanya masalah serikat keraja, boikot, mogok , dll
6. Masalah Linkungan hidup, dan persaingan usaha.
B. Jenis – jenis Arbitrase
Dilihat dari ketentuan Undang – undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Konversi Internasional, serta dalam kenyataan yang biasa dilakukan oleh masyarakat, arbitrase dapat dibedakan
dalam 2 dua jenis, yaitu : 1.
Arbitrase Bersifat Ad Hoc atau Arbitrase Volunteer
Merupakan Arbitrase yang dibentuk secara khusus untuk menyelesaikan atau memutuskan perselisihan tertentu.Arbitrase ad hoc voluntary arbitration adalah
arbitrase yang dibentuk secara insidentil untuk menyelesaikan sengketa tertentu dalam jangka waktu tertentu dan apabila sengketa tersebut sudah diselesaikan,
dengan sendirinya arbitrase menjadi bubar atau dibubarkan.Arbitrase Ad Hoc sering digunakan oleh masyarakat hukum adat, sengketa pertanahan, ganti-rugi,
sengketa perburuhan. Menurut Gunawan Widjaja, para pihak dapat mengatur sendiri bagaimana pelaksanaan pemilih arbiter, kerangka kerja, prosedur arbitrse
dan aparatur administratif dari arbitrase ad hoc. Namun dalam pelaksanaannya, arbitrase ad hoc ini mengalami kesulitan.Kesulitan antara melakukan Negosiasi
Universitas Sumatera Utara
28
dan menetapkan aturan prosedural arbitrase, kesulitan dalam merencanakan metode pemilihan arbitrase yang dapat diterima kedua belah pihak.Oleh karena itu
lebih sering dipilih arbitrase institusional.
28
Lain halnya dengan arbitrase institusional, adalah arbitrase yang melembaga yang didirikan dan melekat pada suatu badan atau lembaga tertentu.Sifatnya
permanen dan sengaja dibentuk guna menyelesaikan sengketa yang terjadi sebagai akibat pelaksanaan perjanjian.Setelah selesai memutuskan sengketa, arbitrase
institusional tidak berakhir. Pada umumnya, arbitrase institusional memiliki prosedur dan tata cara pemeriksaan sengketa tersenddiri. Arbiternya ditentukan
dan diangkat oleh lembaga arbitrase institusional sendiri.
29
2. Arbitrase Bersifat Institusional atau Permanen
Merupakan suatu lembaga atau badan arbitrase yang bersifat “permanen” sehingga arbitrase institusional tetap berdiri untuk selamanya dan tidak bubar,
meskipun perselisihan yang ditangani telah selesai diputus. Arbitase Institusional adalah arbitrase yang sifatnya permanen atau melembaga, yaitu suatu organisasi
tertentu yang menyediakan jasa administrasi yang meliputi pengawasan terhadap proses arbitrase, aturan
– aturan prosedur sebagai pedoman bagi para pihak dan pengangkatan para arbiter.
Kedua arbitrase tersebut sama-sama mempunyai wewenang untuk mengadili dan memutus sengketa atau perselisihan yang terjadi antra para pihak yang mengadakan
perjanjian dibidang perdagangan dan hak.
30
Dari keterangan diatas, dapat diketahui
28
Candra Irawan, Aspek Hukum dan Mekanisme Penylesaian Sengketa Di Luar Pengadilan Alternative Dispute Resolution Di Indonesia, CV.Mandar Maju, Bandung 2010, hlm.64
29
Fitri Hidayati.,Op.,Cit.,hlm.40
30
Rachmadi Usman., Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, hlm.165
Universitas Sumatera Utara
29
pula beberapa perbedaan antara Lembaga Arbitrase Institusional dengan Lembaga Arbitrse Ad Hoc ;
1. Arbitrase Institusional bersifat permanen atau selamanya. Sedangkan Arbitrse Ad
Hoc sifatnya sementara dan akan bubar setelah perselilisah selesai diputus. 2.
Arbitrase Institusional sudah ada atau sudah berdisi sebelum suatu perselisihan timbul. Sedangkan Arbitrse Ad Hoc didirikan setelah perselisihan timbul.
3. Arbitrase Institusional didirikan lengkap dengan susunan organisasi, tata cara
pengangkatan arbiter dan tata cara pemeriksaan perselisihan yang pada umumnya tercantum dalam anggaran dasar pendirian lembaga tersebut. Sedangkan Arbitrase
Ad Hoc sama sekali tidak terdapat ketentuan tersebut. Untuk mengetahui dan menentukan apakah arbitrase yang disepakati oleh para
pihak adalah jenis ad hoc, dapat dilihat dari rumusan klausula. Apabila klausula pactum de compromitendo atau acta compromise menyatakan perselisihan akan
diselesaikan oleh arbitrase yang berdiri sendiri di luar arbitrase institusional. Atau dengan kata lain, apabila klausula menyebut arbitrase yang akan menyelesaikan
perselisihan terdiri atas arbiter perseorangan, arbitrase yang disepakati adalah jenis arbitrase ad hoc. Ciri pokoknya penunjukan para arbiternya secara
perseorangan.
31
Pada prinsinya Arbitrase ad hoc tidak terikat dan terkait dengan salah satu badan arbitrase.Para arbiternya ditentukan dan dipilih sendiri berdasarkan
kesepakatan para pihak. Oleh karena jenis arbitrase ad hoc tidak terkait dengan salah satu badan arbitrase, boleh dikatakan jenis arbitrase ini tidak memiliki aturan
tatacara tersendiri, baik mengenai pengangkatan arbiternya maupun mengenai tata
31
Rachmadi Usman.,S.H.,M.H.,Ibid, hlm. 166
Universitas Sumatera Utara
30
cara pemeriksaan sengketa. Dalam hal ini arbitrase ad hoc tunduk sepenuhnya mengikuti aturan tata cara yang ditentukan dalam perundang-undangan.
32
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ARBITRASE