84
BAB IV EFEKTIFITAS PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF MELALUI
ARBITRASE DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN BPSK KOTA MEDAN
A. Prosedur Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Arbitrase dan Pelaksanaan Putusan Bagi Para Pihak Yang Bersengketa di Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen BPSK Kota Medan. 1. Prosedur Penyelesaian Sengketa Konsumen di Badan penyelesaian Sengketa
Konsumen Kota Medan
Tata cara penyelesaian sengketa konsumen oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Jo.
Kepmenperindag Nomor 350MPP122001 tentang Pelaksanaan tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Proses penyelesaiannya pun diatur sangat
sederhana dan sejauh mungkin dari suasan yang formal. UUPK menentukan apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan, gugatan melalui
pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.
82
Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai keseakatan mengenai
bentuk dan besarnya ganti rugi danatau mengenai tindakan terteentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh
konsumen.
83
Untuk menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen membentuk majelis. Jumlah anggota majelis harus ganjil dan
82
Pasal 45 Ayat 4 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
83
Pasal 47 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
84
Universitas Sumatera Utara
85
sedikit-dikitnya 3 tiga orang yang mewakili semua unsur, baik dari unsur pemerintah, unsur konsumen maupun unsur dari pelaku usaha.Adapun putusan yang dikeluarkan oleh
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen ini adalah bersifat final dan mengikat. Prosedur atau Tahap
– tahap penyelesaikan sengketa konsumen tersebut dimulai dari tahap pengajuan gugatan sampai pada tahap putusan ialah :
a Tahap pengajuan gugatan
Konsumen yang dirugikan dapat mengajukan permohonan penylesaaian sengketa konsumen kepada Badan penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK yang terdekat
dengan tempat tinggal konsumen. Permohonan dapat dilakukan oleh konsumen yang dirugikan sendiri atau kuasanya atau ahli waris yang bersangkutan jika konsumen
telah meninggal dunia, sakit atau telah berusia lanjut sehingga tidak dapat mengajukan pengaduan sendiri baik secara tertulis maupun llisan, atau konsumen
belum dewasa sesuai dengan ketentuan perundang – undangan yang berlaku terhadap
orang asing warga negara asing. Permohonan secara tertulis disampaikan kepada sekretariat BPSK, maka secretariat BPSK akan memebrikan tanda terima kepada
pemohon, dan jika permohonan diajukan secara lisan, maka sekretariat BPSK akan mencatat permohonan tersebut dalam bentuk formulir yang disediakan secara khusus,
dan dibubuhi tanggal dan nomor registrasi. Apabila permohonan ternyata tidak lengkap
tidak sesuai
dengan Pasal
16 Kepmenperindag
Nomor 350MPPKep122001 atau permohonan bukan merupakan wewenang BPSK, maka
Ketua BPSK menolak permohonan tersebut.Jika permohonan memenuhi persyaratan dan diterima, maka Ketua BPSK harus memanggil palaku usaha secara tertulis
disertai dengan kopi permohonan dari konsumen, selambat – lambatnya 3 hari kerja
sejak diterimanya peromohonan.
84
Adapun contoh formulir bentuk pengaduan yang
84
Susanti Adi Nugroho., Op.Cit,hlm. 104
Universitas Sumatera Utara
86
diperoleh penulis dari Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen sebagaimana yang disebutkan diatas, dapat dilihat pada bahagian lampiran di skripsi ini.
Untuk keperluan pemanggilan pelaku usaha, dibuat surat panggilan yang memuat, hari, tanggal, jam dan tempat persidangan serta kewajiban pelaku usaha untuk
memberikan jawaban terhadap penyelesaian sengketa konsumen untuk diajukan pada persidangan pertama.adapun contoh surat panggilan yang diperoleh penulis dari
BPSK Kota medan dapat dilihat dilampiran pada skripsi ini. Jika pada hari yang ditentukan pelaku usaha tidak hadir memenuhi panggilan, maka sebelum melampaui 3
hari kerja sejak pengadun, pelaku usaha dapat dipanggil sekali lagi.Jika pelaku usaha tetap tidak hadir tanpa alasan yang sah, maka berdasarkan ketentuan Pasal 52 hurf i
Kepmenperindag Nomor 350MPPKep122001, BPSK dapat meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha tersebut. Jika pelaku usaha hadir, maka
konsumen memilih cara penyelesaian sengketanya yang harus disetujui oleh pelaku usaha. Cara yang bias dipilih dan disepakati para pihak adalah : konsiliasi, mediasi ,
atau arbitrase. Jika cara yang dipilih para pihak adalah mediasi atau konsiliasi, maka ketua BPSK segera menunjuk majelis sesuai dengan ketentuan untuk ditetapkan
sebagai konsiliator, atau mediator. Jika cara yang dipilih para pihak adalah arbitrase, maka prosedurnya adalah para pihak memilih arbiter dan konsumen sebagai anggota
majelis. Arbiter yang terpilih, memilih arbitrer ketiga dari anggota BPSK yang berasal unsur pemerintah sebagai ketua majelis.Persidangan pertama dilaksanakan selambat-
lambatnya hari kerja ke-7 sejak diterimanya permohonan.
85
b Tahap Persidangan
1 Persidangan dengan cara konsiliasi
85
Susanti Adi Nugroho., Ibid, hlm. 106-118
Universitas Sumatera Utara
87
Konsiliasi suatu proses penyelesaian sengekat diantara para pihak dengan melibatkan pihak ketiga yang netral dan tidak memihak. Dalam praktik istilah
mediator dan konsiliator hanyalah sebagai pihak fasilisator untuk melakukan komunikasi diantara pihak sehingga dapat diketemukan solusi oleh para pihak
itu sendiri. Konsiliator hanya melakukan tindakan seperti mengatur waktu dan tempat pertemuan para pihak, mengarahkan subjek pembicaraan, membawa
pesan dari satu pihak kepada pihak lain jika pesan tersebut tidak mungkin disampaikan langsung oleh para pihak. Bagaimanapun juga penyelesaian
sengketa model konsensus antar pihak netral bereperan secara aktif nautral act maupun tidak aktif.Konsiliator dapat mengusulkan penylesaian sengketa,
tetapi tidak berwenang memutus perkaranya.Pihak – pihak yang bersengketa
harus menyatakan persetujuan atas usulan pihak ketiga tersebut dan menjadikannya sebagai kesepakatan penyelesaian sengketa.Penyelesaian
sengketa konsumen melalui konsiliasi dilakukan sendiri oleh para pihak yang bersengketa dengan didampingi majelis BPSK yang bertindak pasif sebagai
konsiliator. Jadi dalam hal ini, majelis BPSK menyerahkan sepenuhnya proses penyelesaian sengketa kepada para pihak, baik mngenai bentuk maupun
jumlah ganti-kerugiannya. Pada penyelesaian sengketa melalui konsiliasi ini, majelis BPSK sebagai
konsiliator memanggil konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa, dan memanggil saksi serta saksi ahli, dan bila diperlukan, menyediakan forum
konsiliasi bagi konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa dan menjawab pertanyaan konsumen maupun pelaku usaha, perihal peraturan perundang-
undangan di bidang konsumen. Hasil musyawah yang merupakan kesepakatan antar konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa selanjtnya dibuat dalam
Universitas Sumatera Utara
88
bentuk perjanjian tertulis yang ditanda – tangani oleh para pihak yang
bersengketa, dan diserahkan kepada majelis untuk dituangkan dalam keputusan majelis BPSK yang menguatkan perjanjian tersebut.
Apabila diilustrasikan, maka proses penyelesaian sengketa konsumen secara konsiliasi menurut Undang
– Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut :
Penyelesaian Sengketa Konsumen Secara Konsiliasi:
Majelis BPSK Pasif
Konsumen Kesepakatan
Pelaku Usaha
Dituangkan dalam Putusan BPSK
Sumber :Susanti Adi Nugroho, Ibid hlm. 111 2
Persidangan dengan cara mediasi Mediasi adalah proses negosiasi penylesaian sengketa atau pemecahan
masalah dimana pihak – pihak ketiga yang tidak memihak bekerjasama
dengan para pihak yang bersengketa membantu memperoleh kesepakatan perjanjian yang memuaskan. Mediator tidak mempunyai wewenang untuk
memutuskan sengketa.Mediator hanya membantu para pihak untuk menyelesaikan persoalan
– persoalan yang diserahkan kepadanya.Dalam sengketa dimana salah satu pihak lebih kuat dan cenderung menunjukan
- Panggil pelaku usaha konsumen yang bersengketa.
- Panggil saksiahli, bila diperlukan
- Menyediakan forum bagi konsumen dan para pelaku usaha untuk
menyelesaikan sengketa. -
Menjawab pertanyaan konsumen dan pelaku usaha tentang alternatif penyelesaian dan masalah hukum .
Universitas Sumatera Utara
89
kekuasaannya, pihak
ketiga memegang
peranan penting
untuk menyertakannya.Kesepakatan dapat tercapai dengan mediasi, jika pihak yang
bersengketa berhasil mencapai saling pengertian dan bersama-sama merumuskan
penyelesaian sengketa
dengan arahan
konkrit dari
mediator.Penyelesaian sengketa melalui mediasi dilakukan sendiri oleh para pihak yang bersengketa dengan didampingi mediator. Mediator menyerahkan
sepenuhnya proses penyelesaian sengketa kepada para pihak, baik mengenai bentuk maupun besarnya ganti kerugian atau tindakan tertentu untuk
menjamin tidak terulangnya kembali kerugian konsumen. Dibandingkan dengan proses penyelsaian sengketa melalui konsiliasi,
dalam proses mediasi ini , mediator bertindak lebih aktif dengan memberikan nasihat, petunjuk, sarana dan upaya
– upaya lain dalam menyelesaikan sengketa. Atas persetujuan para pihak atau kuasanya, mediator dapat
mengundang seorang atau lebih saksi ahli dalama bidang tertentu untuk memberikan penjelasan mengenai hal
– hal yang terkait dengan sengketanya. Jika proses mediasi menhasilkan suatu kesepakatan , para pihak dengan
bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani oleh para pihak.
Peran majelis BPSK dalam penyelesian sengketa konsumen dengan cara mediasi serta deskripsi , meliputi tugas sebagai berikut :
a Memanggil konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa
b Memanggil forum bagi konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa
c Menyediakan forum bagi konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa
d Secara aktif mendamaikan kedua belah pihak yang bersengketa.
Universitas Sumatera Utara
90
e Secara aktif memberikan saran dan anjuran penyelesaian sengketa
konsumen sesuai dengan peraturan perundang – undangan dibidang
perlindungan konsumen. Hasil musyawarah yang merupakan kesepkatan antara konsumen dan
pelaku usaha yang bersengketa, selanjutnya dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis, yang ditandatangani oleh para pihak yang bersengketa dan diserahkan
kepada majelis BPSK untuk dikukuhkan dalam keputusan majelis BPSK untuk menguatkan perjanjian tersebut.Putusan tersebut mengikat kedua belah
pihak.Keputusan majelis dalam konsiliasi dan medisi tidak memuat sanksi administratif.Apabila di ilustrasikan, maka proses penyelesaian sengketa
kosnumen secara mediasi menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut :
Penyelesaian Sengketa Secara Mediasi :
Majelis BPSK Pasif
Secara Aktif Mendamaikan
Konsumen Kesepakatan
Pelaku Usaha
Dituangkan dalam Putusan BPSK Sumber :Susanti Adi Nugroho.,Ibid hlm. 112
- Panggil pelaku usaha konsumen yang bersengketa.
- Panggil saksiahli, bila diperlukan
- Menyediakan forum bagi konsumen dan para pelaku usaha untuk
menyelesaikan sengketa. -
Secara aktif memberikan sarana atau anjuran tentang alternatif penyelesaian masalah hukum.
Universitas Sumatera Utara
91
3 Persidangan dengan cara arbitrase
Arbitrase adalah salah satu bentuk adjudikasi privat. Didalam undang –
undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan alternatif penyelesaian suatu sengketa, pengertian arbitrase adalah penyelesaian perkara perdata di
luar pengadilan, yang didasarkan pada perjanjian yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Arbitrase sebagai salah satu lembaga
alternatif penyelesaian sengketa, adalah bentuk alternatif yang paling formal untuk menyelesaikan sengketa sebelum berlitigasi. Dalam proses ini pihak
yang bersengketa mengemukakan masalah mereka kepada pihak ketiga yang netral dan member wewenang untuk memberikan keputusan. Berdasarkan
pengertian ini, hanya perkara perdata saja yang dapat diselesaikan dan diputus secara arbitrase.Perjanjian arbitrase sebagaimana dimaksud dalam Undang
– Undang diatas, adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang
tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibaut para
pihak setelah timbul sengketa. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase juga cenderung lebih informal dan lebih sederhana, dibandingakan proses litigasi ,
prosedurnya tidak kaku, dan lebih dapat menyesuaikan, serta tidak sering mengalami penundaan.
Penyelesaian sengketa konsumen melalui arbitrase, para pihak memilih arbiter dari anggota BPSK yang berasal dari unsur pelaku usaha dan
konsumen sebagai anggota majelis.Arbiter yang telah dipilih oleh para
Universitas Sumatera Utara
92
pihakkemudian memilih arbiter ketiga dari anggota BPSK yang berasal dari unsur pemerintah sebagai ketua.
86
Acara Persidangan Pertama; Pada Persidangan Pertama ketua majelis wajib mendamaikan kedua
belah pihak yang bersengketa.Jika terjadi perdamaian antara kedua belah pihak yang bersengketa, maka majelis wajib membuat keputusan dalam
bentuk penetapan
perdamaian.Menurut Dr.Susanti
Adi Nugroho.,SH.,MH.selaku penulis buku yang berjudulProses Penyelesaian
Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, bahwa bentuk penetapan perdamaian yang diputus oleh
majelis BPSK, lebih tepat jika dituangkan dalam bentuk putusan perdamaian, bukan penetapan. Karenaputusan yang telah fiat eksekusinya kepada
pengadilan negeri lebih mempunyai daya paksa daripada penetapan.Hal ini adalah untuk menghindari kemungkinan ingkat janji setelah putusan
diucapkan. Sebaliknya, jika tercapai perdamaiana maka persidangan dimulai
dengan membacakan isi gugatan konsumen, dengan surat jawaban dari pelaku usaha. Ketua majelis BPSK harus memberikan kesempatan yang sama kepada
kedua belah pihak yang bersengketa untuk menjelaskan hal – hal yang
dipersengketakan. Pada persindangan pertama sebelum pembacaan surat jawaban dari pelaku usaha, konsumen dapat mencabut gugatannya dengana
membuat surat pernyataan pencabutan perkara. Dalam hal demikian, maka majelis wajib mengumumkan bahwa gugatan dicabut.Apabila pelaku usaha
86
Pasal 32 Kepmen. Nomor 350MPPKep122001 tentang Tugas dan Wewenag Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Universitas Sumatera Utara
93
dan atau konsumen tidk hadir dalam persidangan pertama, maka majelis memberikan kesempatan terakhir pada persidangan kedua dengan membawa
alat bukti yang diperlukan. Acara Persidangan Kedua;
Persidangan kedua diselenggarakan selambat – lambatnya dalam
waktu 5 lima hari kerja terhitung sejak persidangan pertama dan diberitahukan kepada konsumen dan pelaku usaha dengan panggilan
sekretariat BPSK. Bilamana pada persidangan kedua konsusmen tidak hadir, maka gugatan konsumen dikabulkan oleh majelis tanpa kehadiran pelaku
usaha.
87
Selama proses penyelesaian sengketa, alat – alat bukti barang atau jasa,
surat dan dokumen keterangan para pihak, keterangan saksi dan atau saksi ahli, dan bukti
– bukti lain yang mendukung dapat diajukan kepada majelis. Dalam proses penyelesaian sengketa konsumen oleh BPSK beban pembuktian
ada pada pelaku usaha, namun pihak konsumen juga harus mengajukan bukti –
bukti untuk mendukung gugatannya. Setelah mempertimbangkan pernyataan dari kedua belah pihak mengenai hal yang dipersengketakan dan
mempertimbangkan hasil pembuktian serta permohonan yang diinginkan para pihak, maka majelis BPSK memberikan putusan.
87
Pasal 36 Ayat 3 Kepmenperindag Nomor 350MPPKep122001 tentang Tugas dan Wewenang BPSK
Universitas Sumatera Utara
94
Penyelesaian Sengketa Konsumen Secara Arbitrase
Majelis BPSK Tidak Hadir
Sidang I Tidak Hadir
Diundur 5 hari Tidak Hadir
Sidang II Tidak Hadir
Gugatan gugur demi hukum Gugatan dikabulkan
Hadir Konsumen
Damai Berhasil
Gagal Putusan Perdamaian
Sidang dilanjutkan; gugatan;jawaban; Pembuktian
Putusan BPSK
Sumber :Susanti Adi Nugroho., Op.Cit, hlm. 118
c Tahap Putusan;
Putusan Majelis BPSK dapat dibedakan atas 2 dua jenis putusan, yaitu : 1
Putusan BSPK dengan cara konsiliasi atau mediasi; Putusan dengan cara konsliasi atau mediasi pada dasarnya hanya
mengukuhkan isi perjanjian perdamaian, yang telah disetujui dan ditandatangani oleh kedua belah pihak yang bersengketa.
Konsumen Pelaku Usaha
Memilih Arbiter dari unsur
Konsumen sebagai anggota
Arbiter dari unsur Pemerintah sebagai
Ketua Majelis Memilih Arbiter
dari Unsur Pelaku Usaha sebagai
Anggota
Universitas Sumatera Utara
95
2 Putusan BPSK dengan cara arbitrase;
Putusan BPSK dengan cara arbitrase seperti halnya putusan perkara perdata, dengan memuat duduknya perkara dan pertimbangan hukumnya.
Putusan majelis BPSK sedapat mungkin didasarkan atas musyawarah untuk mencapai mufakat, namun jika telah diusahakan sungguh
– sungguh ternyata tidak berhasil kata mufakat, maka putusan diambil dengan suara terbanyak vooting.
88
Hasil penylesaian sengketa konsumen dengan cara konsiliasi atau mediasi dibuat dalam perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh konsumen dan pelaku usaha,
selanjutnya dikuatkan denngan putusan majelis. Keputusan majelis dalam konsiliasi dan mediasi tidak memuat sanksi administratif, sedangkan hasil
penyelesaian sengketa konsumen dengan cara arbitrase dibuat dengan putusan majelis yang ditandatangani oleh ketua dan anggota majelis. Keputusan majelis
dalam arbitrase dapat memuat sanksi administratif.
89
Putusan BPSK dapat berupa : 1
Perdamaian; 2
Gugatan ditolak; atau 3
Gugatan dikabulkan.
Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti kerugian atas kerusakan, pencemaran akibat mengkonsumsi barang yang diperdagangkan, danatau kerugian
konsumen atas jasa yang dihasilkan. Manakala gugatan dikabulkan, maka dalam amar putusan ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh palaku usaha, dapat
berupa pemenuhan :
88
Pasal 39 Kepmenperidag Nomor 350MPPKep122001 Tentang Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
89
Pasal 37 ayat 5 kepmenperindag Nomor 350MPPKep122001 Tentang Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Universitas Sumatera Utara
96
1 Ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam putusan
Bentuk ganti kerugian tersebut dapat berupa:
90
a Pengembalian uang atau pergantian barang dan atau jasa yang sejenis atau
setara nilainya atau perawatan. b
Pemberian satuan sesuai dengan ketenttuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c Ganti kerugian tersebut dapat pula ditunjuk sebagai penggantian kerugian
terhadap keuntungan yang akan diperoleh apabila tidak terjadi kecelakaan, atau kehilangan pekerjaan atas penghasilan untuk sementara atau seumur
hidup akibat kerugian fisik yang diderita, daan sebagainya. 2
Sanksi Administratif berupa ganti kerugian palling banyak Rp.200.000.000 dua ratus juta rupiah;
91
Gugatan ganti kerugian secara perdata, tidak menutup kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur
kesalahan dari pelaku usaha.Ganti kerugian yang dapat digugat oleh konsumen maupun yang dapat dikabulkan oleh majelis BPSK adalah ganti kerugian yang
nyata atau riil yang dialami oleh konsumen. UUPK tidak mengenal gugatan immaterial, yaitu gugatan ganti kerugian atas hilangnya kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan, kenikmatan, nama baik dan sebaiknya. Oleh sebab itu, majelis BPSK dilarang mengabulkan gugatan immaterial yang diajukan
konsumen.Sebaliknya dalam upaya melindungi konsumen, UUPK member wewenang kepada BPSK untuk menjatuhkan sanksi administratif yang dibabankan
kepada pelaku usaha untuk dibayarkan kepada konsumen.
90
Pasal 19 Ayat 2 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
91
Pasal 40 Kepmenperindag Nomor 350MPPKep122001 tentang Tugas dan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Universitas Sumatera Utara
97
Ganti kerugian berupa sanksi administratif adalah berbeda dengan ganti kerugian yang nyata atau riil yang dialami konsumen yang digugat melalui
BPSK.Majelis BPSK selain mengabulkan gugatan ganti kerugian yang nyata, yang dialami konsumen juga berwenang menambhakan ganti kerugian tersebut
tergantung pada nilai kerugian konsumen akibat memakai, menggunakan, atau memanfaatkan barang danatau jasa produsen atau pelaku usaha. Perlu diperhatikan
bahwa sesuai kketentuan Kepmenperindag Nomor 350MPPKep122001 , BPSK berwenang enjatuhkan ganti kerugian berdasarkan sanksi administratif ini, hanya
dapat dibebankan kepada pelaku usaha jika penyelesaian sengketanya dilakukan secara administratif saja. Karena putusan BPSK dengan cara konsiliasi, atau
mediasi semata – mata dijatuhkan berdasarkan surat perjanjian yang dibaut dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak yang bersengketa, sehingga ganti kerugian berdasarkan sanksi administratif tidak perlu dilakukan.
92
2. Pelaksanaan Putusan Bagi Para Pihak Yang Bersengketa di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK
Majelis wajib memutuskan sengketa konsumen selambat – lambatnya dalam
waktu 21 hari kerja terhitung sejak gugatan diterima BPSK.Setelah putusan BPSK diberitahukan, dibacakan, dan atau pelaku usaha yang bersengketa wajib menyatakan
menerima atau menolak putusan BPSK.Apabila konsumen danatau pelaku usaha menolak putusan BPSK, maka mereka dapat mengajukan keberatan kepada pegadilan
negeri selambat – lambatnya dalam waktu 14 hari kerja terhitung sejak putusan
diberitahukan.Sebaliknya apabila konsumen dan pelaku usaha menerima putusan
92
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit,hlm. 120-122
Universitas Sumatera Utara
98
BPSK, maka pelaku usaha wajib menjalankan putusan tersebut selambat – lambatnya
dalam waktu 7 tujuh hari kerja sejak menyatakan menerima putusan tersebut. Putusan BPSK yang tidak diajukan keberatan oleh pelaku usaha, dimintakan
penetapan fiat eksekusinya kepaada pengadilan negeri di tempat tinggal konsumen yang dirugikan.pelaku usaha yang menolak putusan BPSK, tetapi tidak mengajukan
keberatan setelah melampaui batas waktu untuk menjalankan putusan, maka dianggap menerima putusan. Dan apabila selambat
– lambatnya 5 lima hari kerja setelah batas waktu mengajukan keberatan dilampaui, pelaku usaha tidak menjalankan kewajiban
sebagaimana tertuang dalam putusan BPSK, maka BPSK meenyerahkan putusan tersebut kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan sesuai dengan ketentuan
perundang – undangan yang berlaku. Pasal 54 ayat 3 UUPK maupun Pasal 42 ayat
1 Kepmenperindag Nomor 350MPPKep122001, menyebutkan bahwa putusan BPSK merupakan putusan final dan mempunyai kekuatan hukum yang tetap.Terhadap
putusan BPSK ini, dapat dimintakan eksekusinya oleh BPSK kepada pengadilan negeri ditempat konsumen yang dirugikan. Mengacu pada ketentuan Pasal 54 ayat 3
UUPK maupun Pasal 42 ayat 1 Kepmenperindag Nomor 350MPPKep122001 tersebut, putusan BPSK adalah final dan mengikat, dan tidak dimungkinkan lagi
untuk mengajukan banding atau keberatan. Sebaliknya, dalam pasal 56 ayat 2 UUPK, masih dibuka peluang untuk mengajukan keberatan kepada pengadilaan
negeri, dalam tenggang waktu 14 hari setelah putusan BPSK diberitahukan. Berarti UUPK tidak konsisten dalam mengonsruksikan putusan BPSK, karena dalam pasal 56
ayat 2 tersebut, justru dikatakan bahwa pihak yang merasa keberatan terhadap putusan BPSK dapat mengajukan upaya keberatan ke pengadilan negeri. Penyelesaian
suatu perkara yang diajukan ke pengadilan dapat dibedakan :
Universitas Sumatera Utara
99
1. Juridiction Voluntaria: dalam jurisdiction voluntaria tidak ada perselisihan
dalam arti tidak ada yang disengketakan. Diajukannya perkara ke pengadilan, bukan untuk diberikan suatu keputusan, melainkan meminta suatu ketetapan dari
hakim untuk memperoleh kepastian hukum. Seperti permohonan untuk ditetapkan sebagai ahli waris, permohonan ganti nama, permohonan
pengangkatan anak dan lain-lain. 2.
Jurisdiction Contentiosa :dalam jurisdiction contentiosa, disini ada sesuatu yang disengketakan. Sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan oleh pihak
– pihak sendiri, sehingga dimohonkan kepada hakim untuk diselesaikan sengketanya
secara adil dan kemudian diberikan suatu putusan. Memperhatikan adanya perbedaan kewenangan diatas, terdapat 3 bentuk putusan
hakim, yaitu : 1.
Putusan declaratoir adalah putusan yang bersifat menerangkan, menegaskan suatu keadaan hukum semata-mata, misalnya penetapan mengenai ahli waris, anak
angkat, dan hal-hal lainnya. 2.
Putusan comdemnatoir adalah putusan yang berisi penghukuman. 3.
Putusan constitutif adalah putusan yang meniadakan suatu keadaaan hukum atau menimbulkan keadaan hukum baru, misalnya putusan perceraian, dan putusan
kepailitan. Dengan adanya perbedaan mengenai kewenangan dan bentuk putusan tersebut diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa keberatan atas putusan BPSK yang diajukan ke pengadilan negeri adalah termasuk termasuk Juridiction Comdemnatoir, karena ada
hal-hal yang disengketakan antara konsumen dan pelaku usaha, yang dimohonkan suatu putusan yang bersifat comdemnatoir yang berisi penghukuman pemberian ganti
Universitas Sumatera Utara
100
rugi. Berkenaan dengan adanya peluang untuk mengajukan keberatan atas putusan BPSK kepada pengadilan, maka dianggap bahwa putusan BPSK memiliki hakikat
yang sama dengan upaya banding terhadap putusan BPSK. Oleh karena itu, BPSK sendirinya ditempatkan seolah-olah sebagai instansi tingkat pertama sedangkan
pengadilan negeri merupakan instansi tingkat banding. Hal lain yang memudahkan penganalogian ini lebih disebabkan BPSK dalam menyelesaikan sengketa konsumen
menggunakan hukum acara yang kurang lebih sama dengan hukum acara perdata yang berlaku di peradilan umum. Disamping itu, keberatan yang diajukan ke
pengadilan masuk ke dalam ranah hukum acara perdata dengan sendirinya berlakulah ketentuan hukum acara perdata.
Penggunaan istilah keberatan tidak lazim dalam hukum acara yang berlaku, jika dikaitkan dengan ketentuan bahwa dengan ketentuan bahwa pengadilan negeri
yang menerima pengajuan gugatan keberatan wajib memberikan putusannya dalam waktu paling lama 21 hari, sehingga tidaklah mungkin keberatan dianalogikan sebagai
upaya gugatan baru atau perlawanan, karena proses perkara gugatan baru atau perlawanan sangatlah formal dan memerlukan waktu yang lama. Dengan demikian
upaya keberatan yang diajukan oleh pihak yang menolak putusan BPSK tidak lain haruslah ditafsirkan sebagai upaya hukum banding. Adapun alur pelaksanaan putusan
arbitrase BPSK yang diajukan sampai ke pengadilan negeri adalah :
Universitas Sumatera Utara
101
Alur Pelaksanaan Putusan Arbitrase di BPSK Yang Diajukan Sampai Ke Pengadilan Negeri
Fiat eksekusi Fiat eksekusi
21 hari 14 hari
14 hari
Pasal 54 ayat 3 UUPK Final dan Mengikat
Sumber :Susanti Adi Nugroho., Ibid,hlm. 125
Cara arbitrase
Putusan BPSK
Tidak mengajukan keberatan dan tidak
melaksanakan putusan
Menerimatidak mengajukan keberatan
Penetapan PN
keberatan ke PN tempat tinggal
konsumen Putusan PN
Para pihak menerimatidak
kasasi Penetapan PN
yang memutus perkara
keberatan
Para pihak menolak
Kasasi Ke Mahkamah
Agung
MA memutuskan dalam waktu 30 hari
Putusan diserahkan kepada penyidik,
sebagai bukti awal penyidikan lebih
lanjut.
Universitas Sumatera Utara
102
B. Faktor penghambat Pelaksanaan Arbitrase Bagi Para Pihak Yang Bersengketa Di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Medan
Pengadilan merupakan salah satu institusi untuk mengupayakan supremasi hukum yang merupakan salah satu ciri dari negara hukum.Perselisihan antara
konsumen dan pelaku usaha dapat diselesaikan melalui pengadilan.Negeri, tetapi setidaknya upaya Non-litigasi.Bisa menjadi alternatif untuk menyelesaikan
perselisihan antara pihak – pihak yang bersengketa. Penggunaan salah satu jalur
penyelesaian sengketa dipengaruhi oleh konsep tujuan, ketajaman cara berfikir, serta budaya sosial masyarakat. Penggunaan model penyelesaian sengketa non-litigasi lebih
mengutamakan pendekatan “konsensus” dan berusaha mempertemukan kepentingan kedua belah pihak yang bersengketa serta bertujuan mendapatkan hasil penyelesaian
senngketa kearah win-win solustion, sehingga keadilan yang ingin dicapai melalui mekanisme non-litigasi ini adalah keadilan komutatif. Keberadaan BPSK diharapkan
menjadi alternative bagi kejaenuhan dan keprihatinan masyarakat terhadap siatem peradilan di Indonesia.Namun ternyata UUPK tidak secara tuntas memberikan peran
kepada BPSK sebagai suatu lembaga alternatif penyelesaian sengketa konsumen.Ada beberapa persoalan yang dihadapi dalam praktik, yaitu menyangkut eksistensi dari
lembaga BPSK.Persoalan lainnya adalah menyangkut tugsa dan wewenang BPSK. Ketentuan Pasal 54 ayat 3 UUPK bahwa putusan bersifat “final dan mengikat”
kehilanngan makna dan menjadi tidak berarti bagi konsumen yang mencari keadilan melalui BPSK, ketika dihadapkan dengan ketentuan pasal 56 ayat 2 dimana
terbukanya peluang mengajukan kebetaratan ke Pengadilan Negeri, sehingga memungkinkan ketidak efektifan putusan BPSK tersebut yang dianggap sebagai
putusan bersifat final dan mengikat. Padahal dalam sistem hukum acara Indonesia, baik hukum acara pidana maupun hukum acara perdata tidak mengenal istilah
Universitas Sumatera Utara
103
keberatan. Dalam proses pengajuan keberatan terhadap putusan BPSK, munculah persoalan mengenai bagaimana pengadilan harus mengajukan keberatan atas
pengajuan putusan BPSK tersebut. Hal ini tampak dari beberapa pengajuan keberatan atas putusan BPSK yang didasarkan atas beberapa alasan, antara lain :
- BPSK salah menerapkan hukum acara formal,
- Konsumen sebagai penggugat telah salah menggugat eror in persona,
- BPSK dianggap salah menjatuhkan putusan,
- Keberatan ditafsirkan sebagai gugatan oleh Pengadilan Negeri sehingga membawa
BPSK sebagai Tergugat. -
Atau keberatan ditafsirkan sebagai upaya hukum banding
Terhadap permasalahan ini, Makhamah Agung RI mengeluarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penggunaan Upaya Hukum Terhadap Putusan
BPSK.Mahkamah Agung menetapkan bahwa keberatan merupakan upaya hukum yang hanya dapat diajukan terhadap putusan arbitrase yang dikeluarkan oleh BPSK,
tidak meliputi putusan BPSK yang hanya dimeliputi mediasi atau konsiliasi.Putusan secara mediasi atau konsiliasi dapat disepadankan dengan adanya suatu perdamaian
dading di luar pengadilan atau didalam pengadilan sehingga putusannya bersifat final dan mengikat.Namun tetap saj keluarnya PERMA ini belum dapat
menyelesaikan persolan upaya keberatan ini. Selain itu, ketentuan Pasal 57 UUPK mengenai permintaan eksekusi putusan BPSK kepada Pengadilan Negeri di tempat
konsumen yang dirugikan membawa persoalan hukum yang sangat luas, misalnya mengenai pengajuan permohonan eksekusi serta tata cara menagujakan upaya
keberatan ke Pengadilan Negeri. Berikut ini dikemukakan beberapa kelemahan dari UUPK berkaitan dengan keberadaan BPSK, yaitu antara lain sebagain berikut :
Pertama, peluang untuk mengajukan keberatan terhadap putusan BPSK ke Pengadilan
Universitas Sumatera Utara
104
Negeri, Kedua, tidak jelas tugas dan wewenang BPSK; ketiga, tidak adanya pengaturan jika pelaku usaha selaku tergugat di BPSK tidak memenuhi panggilan
meski telah dipanggil secara patut; keempat, UUPK menugaskan BPSK untuk melakukan pengawasan pencantuman klausula baku; kelima, tidak adanya
perlindungan bagi anggota BPSK; keenam, belum adanya seseragaman honor BPSK se-Indonesia yang diatur dalam APBN, sementara biaya operasional dibebankan
kepad APBD KabupatenKota.
93
Menurut Dr.Susanti Adi Nugroho.,SH.,MH, berpendapat bahwa ada beberapa kendala kelemahan sehingga BPSK selama ini tidak dapat berjalan secara optimal .
kendala – kendala tersebut antara lain: pertama, kendala kelembagaan; kedua,
lembaga pendanaan; ketiga, kendala sumber daya manusia; keempat, kendala pengaturan; kelima, kendala pembinaan dan pengawasan dan minimnya koodinasi
antara aparat penanggung jawab; keenam, kendala kurangnya sosialisasi dan rendahnya kesadaran hukum konsumen; ketujuh, kendala kurangnya respond dan
pehaman dari badan peradilan terhadap kebijakan perlindungan konsumen; dan kedelapan, kurangnya respon masyarakat terhadap terhadap UU Perlindungan
Konsumen dan Lembaga BPSK. Faktor penghambat pelaksanaan penyelesaian sengketa bagi para pihak yang
bersengketa di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen telah disebutkan diatas dan faktor penghambat pelasanaan putusan sabagaimana disebutkan diatas, ialah
pelaksanaan putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang diselesaikan secara arbitrase. Sebagai kesimpulan menurut penulis, terjadinya hambatan dari
pelaksaaan penyelesaian sengketa konsumen tersebut ialah sengkketa yang
93
http;fh.unsoed.ac.idfilesfilekudokumenpermasalahan dan kendala penyelesaian sengketa konsumen melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSKhtml=1 diakses tanggal
18 Maret 2016
Universitas Sumatera Utara
105
diselesaikan secara arbitrase. Disebutkan bahwa terhadap permasalahan ini, Makhamah Agung RI mengeluarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penggunaan Upaya Hukum Terhadap Putusan BPSK. Mahkamah Agung menetapkan bahwa keberatan merupakan upaya hukum yang hanya dapat diajukan terhadap
putusan arbitrase yang dikeluarkan oleh BPSK, tidak meliputi putusan BPSK yang hanya dimeliputi mediasi atau konsiliasi.Putusan secara mediasi atau konsiliasi dapat
disepadankan dengan adanya suatu perdamaian dading di luar pengadilan atau didalam pengadilan sehingga putusannya bersifat final dan mengikat. Sehingga jika
terjadi penghambat dari pelaksanaan putusan arbitrase maka upaya yang dilakukan ialah keberatan yang diajukan terhadap putusan arbitrase tersebut.
Dalam proses pelaksanaan putusannya, BPSK menemui hambatan yang berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan putusannya. Dalam hal ini yang
dimaksud ialah putusan yang diselesaikan secara arbitrase, ada 2 kemungkinan yang terjadi, yakni putusan dilaksanakan secara sukarela atau putusan tersebut dimintakan
fiat eksekusi ke pengadilan. Pasal 42 Kepmenperindg Nomor 350MPPKep122001 menyebutkan bahwa putusan BPSK yang telah final dan mengikat dimintakan
penetapan eksekusinya oleh BPSK kepada pengadilan negeri tempat konsumen yang dirugikan. ketentuan pasal ini bertentangan dengan ketentuan hukum acara pada
umumnya yang mengatur bahwa pihak yang dimenangkan dalam putusan hakim, yang memohon kepada pengadilan negeri untuk dilakukan eksekusinya baik secara
tertulis maupun secara lisan. Disamping itu, ketentuan Pasal 42 Kepmenperindag Nomor 350MPPKep122001 tidak sesuai dengan pasal 7 ayat 1 Peraturan
Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan terhadap Putusan BPSK yang tidak diajukan keberatan kepada pengadilan negeri
ditempat kedudukan yang bersangkutan atau dalam wilayah hukum BPSK yang
Universitas Sumatera Utara
106
mengeluarkan putusan. Meskipun tujuan utama pendirian BPSK adalah untuk memberikan perlindungan hukum terhadaap konsumen, tetapi ini tidak berarti bahwa
dalam upaya pelaksanaan ganti kerugian, BPSK yang harus mengajukan permohonan eksekesinya ke pengadilan.Oleh karena ganti kerugian diberikan untuk kepentingan
konsumen, maka yang dapat mengajukan eksekusi terhadap putusan BPSK hanyalah konsumen sendiri, bukan lembaga BPSK.Apabila BPSK dikenakan kewajiban untuk
mengajukan eksekusi seperti yang ditentukan dalam Pasal 42 Kepmenperindag Nomor 350MPPKep122001, maka kedudukan BPSK sebagai badan yang netral
dan imparsial menjadi diragukan. Selain itu apabila BPSK melakukan pengajuan permohonan eksekusi, maka akan menambah beban kerja dari BPSK itu sendiri.
Untuk itulah demi mendorong kinerja BPSK yang baik hendaknya BPSK itu dikenakan kewajiban mengajukan permohonan eksekusi ke pengadilan.
Dan dikaitkan dengan Pasal 52 UUPK, maka sudah seharusnya kewajiban untuk mengajukan permohonan eksekusi permohonan eksekusi ke pengadilan tidak
menjadi tugas dan wewenang dari BPSK karena UUPK sendiri tidak mengatur demikian. Adapun prosedur eksekusi yang dilaksanakan oleh pengadilan negeri
berdasarkan permohonan BPSK Kota Medan dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain :
1. Permohonan pelaksanaan eksekusi atas putusan BPSK Kota Medan.
2. Pengadilan Negeri Medan melaksanakan pemanggilan para pihak aanmaning.
3. Kemudian setelah 8 hari maka diadakan pertemuan antara para pihak untuk
perdamaian. 4.
Apabila perdamaian dinyatakan gagal oleh pengadilan negeri, maka dilaksanakan eksekusi terhadap putusan tersebut sebagai konsekuensi hukum.
Universitas Sumatera Utara
107
Dalam hal mengenai putusan BPSK yang dimintakan penetepan eksekusinya ke pengadilan negeri, peringatan dilakukan untuk menghadirkan para pihak dan
kemudian dipertanyakan apakah para pihak ingin melakukan perdamaian, dan jika tidak, maka dilaksanakanlah eksekusi. Sebagai lanjutan proses peringatan adalah
pengeluaran surat penetapan yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang dimana isi dari surat penetapan ini ialah perintah menjalankan eksekusi dan perintah
ditunjukan kepada panitera atau jurusita ketentuan ini diatur dalam Pasal 197 ayat 1 HIR atau Pasal 208 ayat 1 RBg. Disamping surat penetapan ini berisi perintah
menjalankan eksekusi, surat penetapan itu berisi “penunjukan” nama pejabat yang diperintahkan, dimana penunjukan tersebut harus memperhatikan pasal 197 ayat 3
HiR dan pasal 208 ayat 3 RBg yang merupakan syarat bagi pejabat yang ditunjuk menjalankan perintah eksekusi. Kesemua tata cara eksekusi ini harus dimuat dalam
berita acara sseperti yang tercantum dalam pasal 197 ayat 5 HiR dan pasal 209 ayat 4 RBg, dalam pasal tersebut secara tegas memerintahkan pejabat yang menjalankan
eksekusi memuat berita acara eksekusi, oleh karena itu tanpa berita acara, eksekusi dianggap tidak sah. Keabsahan formal eksekusi hanya dapat dibuktikan dengan berita
acara. BPSK tidak mempunyai lembaga juru sita sebagaimana yang dimiliki oleh
pengadilan negeri sehingga putusan BPSK harus ditindak lanjuti oleh BPSK untuk dilaksanakan eksekusinya oleh pengadilan negeri.Hal ini yang menjadi penghambat
dalam pelaksanaan eksekusi putusan BPSK menjadikan BPSK tidak dapat secara mandiri melaksanakan eksekusi putusannya, sehingga putusan BPSK yang tidak
terlaksana secara sukarela oleh pelaku usaha harus dimintakan penetapan eksekusinya kepada pengadilan negeri. Namun dalam UUPK dan Kepmenperindag Nomor
350MPPKep122001 menyatakan bahwa BPSK yang wajib mengajukan ke
Universitas Sumatera Utara
108
pengadilan negeri. Dan menurut beliau bahwa hal ttersebut keliru, karena seharusnya konsumenlah yang mengajukan permohonanan penetapan eksekusi kepada
pengadilan negeri. BPSK memang tidak memiliki kewenangan untuk melaksanakan putusannya, oleh karena itu seharusnya BPSK diberikan amunisi tambahhan untuk
dapat menjadikan putusannya menjadi putusan yang executable dengan merevisi pasal-pasal yang mengatur mengenai BPSK dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, sehingga putusan BPSK tidak lagi harus dimintakan penetapan eksekusinya ke pengadilan negeri.
94
Adapun faktor-faktor pembahambat pelaksanaan putusan arbitrase bagi para pihak yang bersengketa di BPSK Kota Medan adalah :
1. Hasil putusan BPSK yang diputus oleh Majelis tidaklah sesuai dengan keinginan
salah satu pihak yang bersengketa. Meskipun putusan tersebut dianggap adalah putusan yang diputus oleh Majelis dengan seadil-adilnya sesuai dengan alat bukti
– bukti yang ada dan pertimbangan hukum pula. Namun putusannya dianggaplah tidak sesuai sehingga mengajukan kembali perkara ke Pengadilan Negeri setempat
tidak mencapai kepuasan atas putusan BPSK.
95
2. Adanya upaya banding dalam bentuk fiat eksekusi yang diajukan ke pengadilan
negeri, dalam hal ini adanya kembali peran BPSK dalam mengajukan surat sebagai bentuk permohonan pelakasanaan eksekusi ke pengadilan setempat untuk
dapat terlaksananya putusan BPSK tersebut. Perkiraan masyarakat bahwa untuk dapat tercapai nya keberhasilan haruslah ada upaya lagi. Dengan demikian bagi
pihak yang telah dirugikan dan jika pihak yang dirugikan tersebut yang
94
httprepository.usu.ac.idbistreamhtml=123456hlm.11-15 diakses pada tanggal 20 maret 2016
95
Wawancara dilakukan dengan salah satu Pelaku Usaha dalam hal ini ialah PT. PLN persero Wil.SUMUT an. Putri Kuasa Hukum di BPSK Kota Medan , melalui via-telephone di rumah
kediaman penulis.
Universitas Sumatera Utara
109
memenangkan putusan maka ia haruslah kembali mengajukan haknya ke Pengadilan Negeri . Sehingga putusan BPSK dianggap ialah putusan yang kurang
efektif karena disaat permohonan eksekusi pun masih banyak memerlukan waktu yang cukup lama dan proses dari Pengadilan Negeri yang berbelit
– belit.
96
3. Faktor penghambat pelaksanaan putusan arbitrase di BPSK Kota Medan,
disebakan karena pihak pelaku usaha. Pihak pelaku usaha dalam hal ini tidak memahami hukum materiil UU. Nomor 8 Tahun 1999 dan hukum Formil
Kepmen 350MPPKep122001. Di BPSK pembuktian ada pada Pelaku Usaha, bukan pada Konsumen yang merupakan lex spesialis dari Pasal 1865 BW, atau
dengan kata lain adanya pembuktian terbalik. Sehingga menyebabkan terhambatnya pelaksanaan putusan secara arbitrase di BPSK Kota Medan. dan
kemudian adanya faktor moral gengsi, yakni faktor dimana pihak yang kalah tidak menerima kekalahannya, dan Karena adanya upaya keberatan dengan
mengajukan banding ke Pengadilan Negeri, sehingga pihak tersebut mengambil jalan untuk kembali melakukan upaya hukum semata- mata untuk membela
haknya.
97
4. Faktor penghambat pelaksanaan putusan BPSK secara arbirase disebakan karena,
bahwa berdasarkan perjanjian para pihak yang bersengketa telah melakukan kesepakatan jika terjadi perselisihan maka penyelesaian sengketa diselesaikan di
Pengadilan Negeri, BANI, dsb. Bukan di BPSK Kota Medan. sebagai perjanjian yang dibuat sebelumnya. Akan tetapi bagaimanapun BPSK tidak boleh menolak
pengaduan konsumen dan tetap menerima pengaduan tersebut. Sehingga BPSK tetap memutuskan sengketa. Meskipun demikian, diluar dari ketentuan yang ada
96
Wawancara dilakukan dengan salah satu Konsumen di BPSK Kota Medan an.Yusuf melawan Adira Finance Pelaku Usaha melalui vi-telephone di rumah kediaman penulis.
97
Wawancara dilakukan dengan H.M.Dharma Bhakti, SE.,SH.,MsI.,Ketua BPSK Kota Medan, di BSPK Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
110
upaya penyelesain sengketa diluar pengadilan dengan cara mediasi pastilah tetap dihargai. Namun pihak Pelaku Usaha tidak menerima hal tersebut, dan tetap
mengajukan keberatan dalam bentuk gugatan kembali ke Pengadilan Negeri. Dan putusan BPSK dianggap lah sebagai pertimbangan hukum di Pengadilan Negeri.
98
5. Lewatnya jangka waktu.
99
maksud dari lewatnya jangka waktu ialah dalam pengajuan permohonan fiat eksekusi ke pengadilan negeri setempat setelah
putusan tersebut diketahui dan diterima oleh konsumen maupun pelaku usaha yang bersengketa, jika putusan tersebut tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak
maka harus dilakukan eksekusi dalam bentuk permohonan yang dikeluarkan oleh BPSK ke Pengadailan Negeri yang setempat berwenang dalam jangka waktu 14
terhitung sejak diketahui daan diterimanya putusan. Namun masih banyak pihak yang dirugikan tidaklah mengetahui adanya jangka waktu pengajuan eksekusi
tersebut. Sehingga putusan yang telah diputus dan tidak terlaksana dengan baik tersebut yang telah lewat jangka waktu fiat eksekusinya, dianggaplah tidak
mempunyai kekuatan hukum lagi untuk mengajukan eksekusi. Maka pihak tersebut mengajukan kembali perkaranya dalam bentuk gugatan ke pengadilan
negeri, dan putusan BPSK hanyalah dijadikan sebagai pertimbangan hukum bagi hakim di pengadilan negeri saja.
C. Keberhasilan Dan Kegagalan Penyelesaian Sengketa Secara Arbirase Di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Dalam menyelesaiakan sengketa Konsumen di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Khususnya di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota
Medan, terdapat beberapa Kasus ataupun Sengketa yang diketahui dan diperoleh dari
98
Wawancara dilakukan dengan Majelis BPSK Kota Medan An. Siti Aisyah Dana, SH Majelis dari Unsur Konsumen di BPSK Kota Medan.
99
Wawancara dilakukan dengan salah satu bagian administratif BPSK Kota Medan An. Vivi Afriani di BPSK Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
111
Sekretariat Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota BPSK Medan, ada yang dapat diselesaikan secara efektif. Atau dengan kata lain putusan arbitrase yang di
putus oleh Majelis BPSK dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai denngan putusan oleh para pihak yang bersengketa. Namun adapula yang tidak efektiv, atau dengan
kata lain putusannya tidak dilaksanakan dengan baik, bahkan tidak terlaksana oleh para pihak yang bersengketa meski sengketa telah diputus oleh majelis dan dianggap
adalah putusan yang seadil-adilnya. Sehingga sebagaimana telah disebutkan di pembahasan sebelumnya, pihak
– pihak yang bersengketa tersebut mengajukan keberatan dalam bentuk Fiat eksekusi ke Pengadilan Negeri sebagai bentuk upaya
pelaksanaan dari putusan BPSK yang juga telah disebutkan dipembahasan sebelumnya.Apabila putusan BPSK dapat dijalankan dengan baik oleh para pihak
yang bersengketa maka putusan BPSK dianggaplah berhasil dan begitu pula sebaliknya. Maka dari data yang diperoleh penulis dari sekretariat BPSK Kota Medan,
penyelesaian sengketa secara arbitrase dari tahun 2014 sampai dengan 2015, adalah : Tahun2014
Sumber : Diperoleh penulis dari laporan tahunan Sekretariat BPSK Kota Medan
1 2
3 4
5 6
asuransi leasing
BPKB pelayanan
Universitas Sumatera Utara
112
1. Garis berwarna biru yang terdapat pada tabel menjelaskan mengenai sengketa
asuransi, di bulan Januari sampai bulan april sengketa asuransi yang di selesaikan di BPSK Kota Medan secara Arbitrase mengalami penurunan jumlah sengketa, yakni
hanya 2 sengketa ditiap bulannya. Di bulan mei sampai dengan bulan desember hanya ada 1 sengketa yang diselesaikan mengenai asuransi yaitu di bulan juli. Adapun
sengketa asuransi yang dimaksud dalam hal ini ialah tidak keluarnya pembayaran asuransi disebabkan karena sakitnya konsumen, terbakarnya kendaraan konsumen
mobil, kereta, rumah atau perusahaan sebagaimana yang telah dijanjikan sebelumnya oleh para pihak.
2. Garis berwarna merah yang terdapat pada tabel menjelaskan mengenai sengketa
leasing dibulan januari sampai bulan desember mengalami penurunan dan peningkatan.Mengenaipenyelesaian sengketa leasing secara arbitrase. Tepatnya pada
bulan februari, april, september dan november terdapat 2-3 kasus yang diselesaikan. Sengketa leasing yang dimaksud ialah penarikan kereta ataupun mobil oleh pelaku
usaha baik dengan cara baik maupun paksa ditengah jalan. 3.
Garis berwarna hijau yang terdapat pada tabel menjelaskan mengenai sengketa BPKB, pada bulan januari sampai desember juga mengalami penurunan. Namun
disetiap bulannya selama setahun yaitu dibulan april sampai desember, rata-rata menyelesaikan 1 sengketa mengenai BPKB ini. Adapun yang dimaksud mengenai
BPKB ini ialah, iuran atau pembayaran tagihan telah dibayar namun BPKB belum diserahkan oleh pelaku usaha.
4. Garis berwarna ungu yang terdapat pada tabel menjelaskan mengenai sengketa
pelayanan yang diselesaikan di BPSK Kota Medan secara arbitrase, merupakan sengketa yang paling banyak diselesaikan dari pada sengketa lainnya, khususnya
dibulan maret sampai dengan juni, yakni berjumlah 8 sengketamengenai pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
113
Tahun2015
Sumber : Diperoleh Penulis dari Laporan Tahunan sekretariat BPSK Kota Medan 1.
Garis berwarna biru yang terdapat pada tabel menjelaskan mengenai sengketa asuransi, di bulan Januari sampai bulan desember sengketa asuransi yang di
selesaikan di BPSK Kota Medan secara Arbitrase mengalami penurunan jumlah sengketa. Namun pada bulan agustus sampai desember terdapat peningkatan yakni
ada 8 sengketa. Adapun sengketa asuransi yang dimaksud dalam hal ini ialah tidak keluarnya pembayaran asuransi disebabkan karena sakitnya konsumen, terbakarnya
kendaraan konsumen mobil, sepeda motor, rumah atau perusahaan sebagaimana yang telah dijanjikan sebelumnya oleh para pihak.
2. Garis berwarna merah yang terdapat pada tabel menjelaskan mengenai sengketa
leasing dibulan januari sampai bulan desember mengalami penurunan dan peningkatan. Terutama dibulan januari sampai maret. Dan mengalami penurunan
yang signifikan dibulan april hingga mei. Namun pada bulan Juni sampai dengan desember mengenai sengketa leasing terjadi peningkatan sampai menyelesaikan 23
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Pelayanan BPKB
leasing asuransi
Universitas Sumatera Utara
114
sengketa arbitrase. Sengketa leasing yang dimaksud ialah penarikan sepeda motor ataupun mobil oleh pelaku usaha baik dengan cara baik maupun paksa ditengah jalan.
3. Garis berwarna hijau yang terdapat pada tabel menjelaskan mengenai sengketa
BPKB, pada bulan januari sampai desember juga mengalami penurunan dan peningkatan. Tepatnya pada bulan januari sampai bulan maret. Namun pada bulan
april sampai dengan bulan mei mengalami penurunan. Dan kemudian pada bulan juni sampai desember sengketa mengenai BPKB yang diselesaikan secara arbitrase di
BPSK Kota Medan mengalami penurunan dan peningkatan yang meningkat di bulan desember. Adapun yang dimaksud mengenai BPKB ini ialah, iuran atau pembayaran
tagihan telah dibayar namun BPKB belum diserahkan oleh pelaku usaha. 4.
Garis berwarna ungu yang terdapat pada tabel menjelaskan mengenai sengketa pelayanan yang diselesaikan di BPSK Kota Medan secara arbitrase, merupakan
sengketa yang paling banyak diselesaikan dari pada sengketa lainnya, khususnya dibulan agustus sampai oktober. Dan mengalami penurunan yang signifikan di bulan
desember. Nb: Ditahun 2014 dan 2015 , penyelesaian sengketa secara arbitrase mengalami
penurunan dan peningkatan jenis sengketa baik itu asuransi, leasing, BPKB, dan mengenai pelayanan. Sebagaimana dapat dilihat dari grafik diatas. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa 1.
Mengenai sengketa leasing adalah sengketa yang peling banyak diselesaikan secara arbitrase di BPSK Kota Medan.
2. Mengenai sengketa pelayanan, adalah sengketa kedua yang paling banyak
diselesaikan secara arbitrase di BPSK Kota Medan setelah sengketa Leasing. Sengketa Pelayanan adalah sengketa berupa, pelayanan Bank mengenai penarikan
uang tanpa diketahui konsumen, produk barang yang dibeli konsumen tidak sesuai
Universitas Sumatera Utara
115
dengan iklan, pelayanan mengenai hilangnya kendaraan konsumen saat parker diarea pelaku usaha.
3. Yang ketiga ialah sengketa mengenai BPKB. Dalam hal ini yang dimaksud dengan
sengketa mengenai BPKB adalah konsumen telah membayar lunas iuran pembayaran, namun pelaku usaha tidak memberikan BPKB nya kepada Konsumen.
4. Dan yang terahir adalah mengenai klaim asuransi. Klaim asuransi yang dimaksud
dalam hal ini ialah dimana konsumen telah mengalami kerugian misalnya klaim asuransi yang tidak dikeluarkan atas penyakit yang diderita konsumen, kendaraan
konsumen hilang atau rusak dan klaim asuransi tidak dikeluarkan. Adapun terdapat beberapa contoh sengketa yang diselsaikan secara arbitrase di BPSK Kota
Medan , Ditinjau dari putusannya ; 1.
Analisis mengenai sengketa antara Eunice Primsa G munthe yang diwakili oleh kuasanya S. Makmur Hasibuan, SH melawan PT. Bank Mandiri sengketa nomor
723ArbitraseBPSK-Mdn2015. Antara konsumen dan pelaku usaha adalah pihak yang mempunyai hubungan sesuai dengan dengan Undang
– undang Perlindungan Konsumen, yakni antara Konsumen dan Pelaku Usaha, dimana konsumen telah
melakukan setor tunai sebanyak Rp. 15.000.000,- di Bank Mandiri. Yang jadi permasalahan adalah, ketika konsumen melakukan penyetoran uang tersebut, tidak
lama kemudian konsumen ingin menggunakan kembali uang tersebut tenyata uangnya sudah tidak ada lagi didalam rekening bank mandiri atas nama konsumen dan sudah
beralih ke rekening atas nama orang lain. Menurut pelaku usaha Bank Mendiri bahwa konsumen telah mengakses situs Mandiri Internet yang sudah terinfeksi suatu
firus yang bernama malware program berbahaya atau sering dikenal dengan virus untuk melakukan transfer uang ke rekening orang lain pembajak internet yang tidak
dikenal. Bahwa kejadian tersebut disebkan karena keridak telitian konsumen dalam
Universitas Sumatera Utara
116
melakukan akses Mandiri Internet, dan menurut Pelaku Usaha bahwa merupakan tanggung jawab konsumen mengenai keamanan perangkat yang digunakannya,
dengan memastikan laptopPC yang digunakan bebas dari virus. Pelaku Usaha hanya bertangggung jawab terhadap keamanan saluran distribusi Mandiri Internet. Dan uang
yang berpindah tangan tersebut pun telah ditarik tunai oleh si pembajak internet. Menurut pertimbangan majelis BPSK pada bahagian Fakta dan Hukumnya;
- Bahwa dalam sengketa ini berdaasarkan informasi yang disampaiakn oleh
konsumen dan hasil investigasi yang dilakukan oleh Pelaku Usaha diketahui bahwa konsumen mengalami phisingpenipuan dengan modus malware, maka
hal tersebut bukan kewenangan BPSK Kota Medan untuk menyelesaikannya. -
Bahwa phising merupakan suatu bentuk penipuan atau kejahatan melalui cyber crime dimana pelaku berusaha mencuri data melalui malwaredengan mencuri
informasidata maupun PIN Mandiri Internet yang digunakan oleh Konsumen. -
Bahwa pelaku usaha telah melakukan sosialisasi mengenai kejahatan penipuan bermodus phising melalui internet banking, dan upaya pencegahannya melalui
situs. Dan konsumen telah mendapatkan informasi mengenai penggunaan Internet Banking, telah membaca dan menggunakan layanan transfer melalui
internet banking, maka hal ini sesuai dengan hak dan kewajiban sebagai konsumen.
- Bahwa konsumen telah dirugikan atas hilangnya uang yang ditransfer oleh
konsumen ke rekening milik orang lain si pembajak tanpa dikenal, dan pelaku usaha telah berupaya menyelesaikan permasalah tersebut dan menyimpulkan
bahwa konsumen mengalami phisingpenipuan dengan modus malware. -
Sehingga putusannya adalah, “ Menolak pengaduan konsumen yang bukan merupakan kewenangan BPSK”.
Universitas Sumatera Utara
117
Kemudian sebagaimana informasi yang diperoleh penulis dari hasil wawancara dengan bagian sekretariat BPSK, bahwa konsumen yang dalam hal ini
adalah pihak yang kalah, melakukan upaya banding dengan mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dengan BPSK adalah pihak yang ikut digugat oleh pengugat
sebagai Tergugat- I. dan saat ini di pengadilan negeri sedang dalam proses penyelesaian. Dan penulis juga melakukan wawancara dengan konsumen An.
S.Makmur Hasugian, SH melalui via telephone, ia mengatakan bahwa putusan BPSK adalah putusan yang tidak efektif, disebabkan karena dalam hal ini BPSK tidak teliti
melakukan investigasi dengan pelaku usaha mengenai program pelayanan internet banking tersebut, untuk apa ada program pelayanan internet kalau tidak ada pelindung
dan keamanan dari penggunaan programsitus tersebut. Sehingga konsumen menganggap putusan BPSK tidak seperti yang diharapkan, ialah putusan yang
mepertimbangkan argumentasi
sebagai fakta
dan hukumnya
dalam putusan.Argumentasi yang tidak sesuai fakta tidaklah dapat dijadikan sebagai
pertimbangan hukum. Dari peninjauan terhadap putusan diatas, dapat diketahui bahwa pihak yang
dirugikan dalah hal ini ialah Konsumen, mengajukan keberatan dalam bentuk Gugatan ke Pengadilan Negeri disebabkan ketidak puasan atas putusan BPSK yang
dianggap tidak sesuai dengan apa yang di-inginkannya. Sebagaimana telah disebutkan pada bagian faktor penghambat pelaksanaan putusan BPSK Kota Medan yang telah
disebutkan sebelumnya adalah, Hasil putusan BPSK yang diputus oleh Majelis tidaklah sesuai dengan keinginan salah satu pihak yang bersengketa. Meskipun
putusan tersebut dianggap adalah putusan yang diputus oleh Majelis dengan seadil- adilnya sesuai dengan alat bukti
– bukti yang ada dan pertimbangan hukum pula.Namun putusannya dianggaplah tidak sesuai sehingga mengajukan kembali
Universitas Sumatera Utara
118
perkara ke Pengadilan Negeri setempat tidak mencapai kepuasan atas putusan BPSK, maka putusan yang diselesaikan secara arbitrase di BPSK ini, dianggaplah
gagal mecapai efektif tidak efektif. 2.
Analisis mengenai sengketa antara Delima Nainggolan, sebagai Konsumen melawan PT. Mandiri Tunas sebagai Pelaku Usaha sengketa Nomor 114ArbitraseBPSK-
MDN 2014. Konsumen mempunyai tanggungjawab mengenai kredit mobil kepada pelaku usaha sebesar Rp. 87.714.524,- yang sebelumnya telah melakukan pembayan
kredit selama 30 bulan, dan setiap bulannya dibayar denngan harga Rp. 5.188.500 bulan. Sisa pembayaran wajib konsumen adalah 18 lagi. Kemudian konsumen
mengalami kerugian atau bangkrut pada usahanya, sehingga konsumen tidak mampu membayar kredit dan tanggung jawabnya, sampai hutang konsumen mencapai Rp.
87.714.524,- dengan hal tersebut konsumen merasa keberatan dan mengajukan pengaduan ke BPSK dengan gugatan :
- Memohon bunga dan denda ditiadakan
- Dan konsumen tetap mau membayar kewajibannya, namun bunga dan denda
ditiadakan , sehingga konsumen mampu membayar sebesar Rp.80.000.000,- Kemudian yang menjadi pertimbangan hukum oleh majelis BPSK adalah ;
- Bahwa pada pokoknya sengketa ini adalah tentang pembelian mobil seara kredit
selama 48 bulan 4 tahun yang pembiayaannya adalah melalui PT.Mandiri Tunas Finance, dan konsumen telah membayar selama 30 bulan, sisanya adalah 18 bulan
lagi kewajiban pembayaran oleh konsumen. -
Bahwa konsumen telah membayar kepada pelaku usaha 30 bulan x Rp. 5.188.500bulan = Rp.155.655.000. dan jika dijumlahkan Rp.155.655.000 +
80.000.000 = Rp. 2325.655.000,- , sedangkan jika dibayar selama 48 bulan x Rp.
Universitas Sumatera Utara
119
5.188.500bulan = Rp. 249.048.000,- dan kalau dipaksa konsumen membayar Rp. 93.393.000 18 bulan sesuai dengan kontrak perjanjian , konsumen tidak mampu,
sementara jika mobil dijual konsumen merasa keberatan karena harga mobil terlalu rendah.
- Bahwa konsumen tidak mampu membayar sisa cicilan kepada pelaku usaha sesuai
dengan surat permohonan kepada pelaku usaha, dan konsumen mau melaksanakan kewajibannya yaitu pembayaran sisa kredit selama 18 bulan dengan total, Rp.
80.000.000,- tanpa bunga dan denda, bukan Rp.87.714.524 diikuti dengan bunga dan denda.
Sehingga keputusan Majelis BPSK Kota Medan adalah : -
Mengabulkan gugatan konsumen sebahagian, -
Menghukum pelaku usaha PT. Mandiri Tunas Finance untuk menerima sisa cicilan sebesar Rp. 80.000.000,- tanpa diikuti pembayaran bunga dan denda. Serta
pelaku usaha wajib menyerahkan BPKB kendaraan kepada konsumen. Dari informasi yang diterima oleh penulis dari hasil wawancara yang dilakukan di
BPSK dengan Majelis dan sekretariat BPSK, bahwa Konsumen dan Pelaku Usaha telah melaksanakan putusan BPSK secara arbitrase tersebut, tanpa ada upaya banding
dalam bentuk pengajuan gugatan pelaku usaha ke pengadilan negeri, maupun permohonan upaya fiat kasasi oleh konsumen ke pengadilan negeri. Sehingga putusan
BPSK yang diselesaikan secara arbitrase, dianggaplah putusan yang efektif. Karena para pihak melaksanakan apa yang menjadi kewajiban masing
– masing tanpa ada kendala apapun. Dengan kata lain, putusan tersebut adalah keputusan yang
memuaskan konsumen terutama, dan pula tidak merugikan pelaku usaha. Maka
Universitas Sumatera Utara
120
putusan BPSK yang diselesaikan secara arbitrase, berdasarkan kasus dan sengketa ini dianggap efektif.
3. Analisis terhadap putusan BPSK yang diselesaikan secara arbitrase, antara Delima
Nainggolan sebagai Konsumen, melawan PT.Cimb Niaga Auto Finance sebagai pelaku Usaha sengketa Nomor 689ArbitraseBPSK-MDN2015. Konsumen
mempunyai hubunga terikat dengan Pelaku Usaha mengenai pembayaran dan pembiayaan mobil secara kredit. Konsumen mngkredit 1 unit mobil melalui Pelaku
Usaha , dengan DP Rp.30.000.000., dan angsuran Rp.3.442.000,-bulan, untuk masa pembayaran 48 bulan. Angsuran telah dibayar selama 24 bulan, dan sisa pembayaran
adalah 24 bulan lagi, kemudian konsumen mengalami kerugian dan bangkrut dimana tempat usaha konsumen terbakar, sehingga konsumen mengalami kerugian dan jatuh
sakit secara beruntun. Kemudian pelaku usaha mengambil mobil tersebut dalam keadaan mobil dihentikan ditengah jalan, dan konsumen melakukan upaya dengan
mendatangi pelaku usaha dengan menerima printoutdari pelaku usaha mengenai sisa hutang hutang yang harus dibayar dan konsumen mengajukan surat permohonan
pengurangan hutang kepada pelaku usaha namun tidak ada balasan dari pelaku usaha. Dengan demikian adapun yang menjadi pertimbangan Fakta dan Hukumnya oleh
Majelis BPSK adalah : -
Bahwa yang menjadi permasalahan adalah konsumen membeli 1 unit mobil, dengan cicilan perbulan sebesar Rp.3.442.000,- selama 48 bulan dengan DP
Rp.37.000.000,- kemudian konsumen telah membayar selama 24 bulan, kemudian macet atau tertunggak pada maret 2015, dan kemdian mobil ditarik ditengah jalan,
untuk itu konsumen ingin melunasinya sebesar Rp. 60.000.000,- lagi tanpa dibebankan bunga dan denda.
Universitas Sumatera Utara
121
- Bahwa berdasarkan perhitungan pelaku usaha bahwa tunggakan konsumen secara
riil adalah tertunggak Rp. 81.601,212,50, dan kemudian pelaku usaha menghitung hutang konsumen yang diikuti dengan bunga dan denda, sehigga hutang
konsumen adalah sebesar Rp. 114.867.712,50,- dimana bunga dan denda yang harus dibayar adalah Rp.33.266.500,50,-, jumlah demikian adalah sangat
merugikan konsumen secra lahir dan bathin. -
Bahwa, konsumen adalah pihak yang beritikad baik, yang mau melunasi seluruh tunggakannya sebesara Rp. 60.000.000,- adalah beralasan untuk dikabulkan,
karena dengan membayar sebesar Rp. 60.000.000,- lagi, maka hutang pembelian mobil tersebut sebesar Rp. 165.216.000,- telah terlunasi bahkan melebihi dimana
sebelumnya konsumen telah membayar kepada pelaku usaha sebesar Rp. 119.608.000, maka jumlah seluruhnya adalah sebesar Rp. 179.608.000,- telah
melebihi sebesar lebih kurang Rp. 15.000.000 dari perjanjian pembiayaan konsumen, yakni beban yang harus ditanggung konsumen menurut perhitungan
dari pelaku usaha adalah Rp. 234.475.712,50 yang sudah dibayar konsumen Rp.119.608.000 + tunggakan yang harus dibayar konsumen Rp.114.867.7112.
maka selisih dari perjanjian pembiayaan konsumen sebesar Rp. 69.259.712,50. Sehingga pelaku usaha adalah pelaku usaha yang tidak beritikad baik,
seyogyanya tidak logis satu unit mobil picanto seharga Rp. 234.475.712,50 secara kredit harus membelit bunga dan denda kepada konsumen adalah perhitungan
yang tidak normal; -
Pelaku usaha mengambil secara paksa mobil konsumen adalah perbuatan semena – mena dan melanggar hak – hak konsumen sebagaimana diatur dalam pasal 5
UUPK dan sangat merugikan konsumen, untuk itu beralasan hukum kendaraan tersebut dikembalikan kepada konsumen karena konsumen akan melaksanakan
Universitas Sumatera Utara
122
seluruh kreditnya, konsumen berdasarkan perhitungannya sanggup membayar sebesar Rp.60.000.000,- adalah tindakan yang patut dihargai apabila pelaku usaha
tidak mengindahkannya, maka hak – hak kosumen telah terlanggar, tegasnya
pelaku usaha telah melanggar asas undang – undang perlindungan konsumen yaitu
asas keadilan, keseimbangan, keamanan serta kepastian hukum pasal 2 UUPK. Sehingga putusan majelis BPSK adalah;
- Menerima pengaduan konsumen untuk sebahagian
- Menghukum pelaku usaha untuk mengembalikan satu unit mobil tersebut kepada
konsumen secara utuh. -
Menghukum pelaku usaha untuk menerima pelunasan mobil tersebut diatas sebesar Rp. 60.000.000,-
- Mengabulkan permohonan konsumen untuk membebaskan denda dan bunga
sebelum dan berjalan; -
Menghukum pelaku usaha untuk memberikan BPKB kendaraan tersebut kepada konsumen setelah putusan point 3btersebut diats diselesaikan.
Dari hasil penelitian yang diperoleh penulis, putusan yang diselesaikan secara arbitrase di BPSK kota medan tersebut, tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, yaitu Pelaku
Usaha .dalam hal ini pihak pelaku usaha adalah pihak yang kalah. sehingga jelaslah iia yang tidak melaksanakan putusan tersebut. Menurut majelis yang memutus kan
perkara tersebut, pihak pelaku usaha tidak menerima hasil putusan BPSK dan tidak menghiraukannya sama sekali. Padahal Majelis menganggap putusan tersebut adalah
putusan yang seadil –adilnya. Atas hal demikian konsumen melakukan upaya
permohonan fiat eksekusi dari putusan BPSK tersebut ke pengadilan negeri, dan saat ini sedang dalam proses. Dan konsumen juga melaporkan Pelaku Usaha kepolisian atas
Universitas Sumatera Utara
123
ketidaksediaan pelaku usaha melaksanakan putusan BPSK.Sehingga dapat disimpulkan bahwa putusan BPSK yang diselesaikan secara arbitrase ini, tidaklah
efektif.karena pelaku usaha tidak mau menjalankan apa – apa yang menjadi
kewajibannya padahal sengketa sudah diputus, dan pihak konsumen kembali melakukan permohonan upaya fiat eksekusi atas putusan tersebut. Padahal dalam hal
ini konsumen adalah pihak yang dirugikan dan mempunyai i’tikad baik, tetapi ia harus kembali memperjuangkan haknya.
Dari beberapa putusan yang diselesaikan secara arbitrase di BPSK Kota Medan, 3 putusan yang diselesaikan secara arbitrase diantaranya, ditahun 2014 ada 1 kasus 2015 ada 2 kasus,
sebagaimana telah disebutkan dan dianalisis diatas. Maka diperoleh kesimpulan bahwa putusan BPSK yang diselesaikan secara arbitrase, tidaklah efektif.Disebabkan oleh beberapa
faktor dan pengendala pelaksanaan putusan BPSK Kota Medan yang diselesaikan secara arbitrase tersebut.Adapun faktor dan pengendala pelaksanaan putusan BPSK Kota Medan
telah disebutkan di pembahasan sebelumnya. Dan dapat disimpulkan pula bahwa, mengapa tidak terlaksananya putusan tersebut dengan baik, karena tidak adanya pihak yang berwenang
untuk mengeksekusi langsung putusan BPSK atau dikenal dengan Juru SitaPihak eksekutorial. Adapun yang berhak melakukan eksekusi selama ini ialah Pengadilan Negeri .di
Pengadilan Negeri, memerlukan waktu yang cukup lama dan memerlukan biaya kembali untuk melakukan permohonan eksekusi. Sehingga putusan BPSK secara arbitrase tersebut
dianggap tidak efektif.
Universitas Sumatera Utara
124
BAB V PENUTUP