HASIL PENELITIAN 1. Hasil Uji Asumsi
Tabel 9. Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja
Berdasarkan tabel 9 maka dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki masa kerja yang paling banyak adalah yang sudah bekerja selama 11- 20 tahun
yaitu 43 orang 43, sedangkan yang memiliki masa kerja paling sedikit adalah yang sudah bekerja selama 31-40 tahun yaitu hanya 8 orang saja
0,3, selebihnya subjek yang memiliki masa kerja dibawah 10 tahun berjumlah 13 orang dan yang memiliki masa kerja selama 21- 30 tahun
berjumlah 36 orang.
B. HASIL PENELITIAN B.1. Hasil Uji Asumsi
Sebelum analisa data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi normalitas selebaran pada kedua variabel penelitian, baik pada variabel
kesejahteraan psikologis maupun konflik individu. Selain itu juga dilakukan
Masa Kerja Jumlah
Persentase
10 Tahun 13
13 11-20 tahun
43 43
21-30 tahun 36
36 31-40 tahun
8 8
Total 100
100
Universitas Sumatera Utara
uji linieritas untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut.
B.1.1. Uji Normalitas Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian
terdistribusi secara normal. Uji normalitas sebaran menggunakan uji normalitas Skewness dan Kurtosis. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada
tabel 10 berikut ini: Tabel 10. Hasil uji normalitas terhadap variabel kesejahteraan psikologisdan
Konflik Individu
Statistic Kesejahteraan
Psikologis Mean
110.45 Std. Deviation
16.975 Skewness
.346 Kurtosis
-.228 Konflik
Individu Mean
55.64 Std. Deviation
8.811 Skewness
.348 Kurtosis
1.031
Hasil uji normalitas terhadap variabel Kesejahteraan Psikologis diperoleh nilai kurtosis = - 0,228 dan Skewness = 0,346 sehingga menunjukkan
data dari variabel kesejahteraan psikologis karyawan terdistribusi normal. Sedangkan pada variabel Konflik Individu di tempat kerja diperoleh nilai
kurtosis = 1.031 dan Skewness = 0,348. Maka dari data variabel ini juga terdistribusi normal.
Universitas Sumatera Utara
B.1.2 Uji Linearitas Uji linieritas dapat diketahui dengan hasil analisa statistik yaitu dengan
metode statistik uji F. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidak hubungan antara kedua variabel penelitian adalah jika p0.05 maka
hubungan kedua variabel dinyatakan linier. Sebaliknya jika nilai p0.05 maka hubungan kedua variabel tidak linier Hadi, 2000. Hasil penelitian dapat
dilihat pada tabel 11 berikut ini: Tabel 11. Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of Squares
df Mean
Square F
Sig. Kesejahteraan
psikologis Konfik
Between Groups
Combined 18833.206
31 607.523
4.262 .000
Linearity 13058.659
1 13058.659 91.606
.000 Deviation from
Linearity 5774.547
30 192.485
1.350 .154
Within Groups 9693.544
68 142.552
Total 28526.750
99
Dari hasil uji linearitas antara kesejahteraan psikologis karyawan dan konflik individu ditempat kerja diperoleh nilai p = 0,000, yaitu p0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang linier.
Universitas Sumatera Utara
B.2. Hasil Utama Penelitian
Berikut ini akan dijelaskan tentang hasil pengelolahan data penelitian. Pertama mengenai hubungan kesejahteraan psikologis dengan Konflik
Individu ditempat kerja yang diperoleh dengan teknik pearson correlation dengan mengunakan program SPSS versi 16.0 for windows.
Berdasarkan tujuan penelitian, maka dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji Pearson Correlation. Diperoleh korelasi sebesar r = -0,677
dengan p = 0,000. Sehingga dengan Hasil tersebut dapat disimpulkan terdapat korelasi negatif antara kesejahteraan psikologis PNS dengan
konflik individu ditempat kerja. Korelasi negatif yang diartikan sebagai suatu hal dimana semakin tinggi konflik individu ditempat kerja maka
semakin rendah pula kesejahteraan psikologis PNS. Sehingga dapat dikatakan bahwa bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 12 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12 korelasi antara konflik individu dengan kesejahteraan psikologis
Hasil korelasi
r menunjukkan
tanda -
maka terdapat
terdapatHubungan negatif diartikan sebagai suatu hal dimana semakin tinggi Konflik Individu di tempat kerjanya maka semakin rendah Kesejahteraan
Psikologis PNS tersebut. Sebaliknya semakin tinggi kesejahteraan psikologis PNS maka semakin rendah Konflik individu yang dirasakan oleh PNS
dtempat kerjanya.
B.3. Hasil Tambahan Penelitian
B.3.1. Kategorisasi skor Kesejahteraan Psikologis Karyawan Kategorisasi skor kesejahteraan psikologisdi tempat kerja kerja dapat
diperoleh melalui uji signifikansi perbedaan antara mean skor empirik dan mean hipotetik. Skala kesejahteraan psikologis pada karyawan terdiri dari
Correlations
konflik Kesejahteraan
psikologis dan
Konflik individu Pearson Correlation
-.677 Sig. 1-tailed
.000 Sum of Squares and Cross-
products -1.002E4
Covariance -101.190
N 100
. Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed.
Universitas Sumatera Utara
35 aitem dengan lima pilihan jawaban yang bergerak dari 1 sampai 5. Dari skala kesejahteraan psikologis pada karyawan yang diisi subjek, maka
diperoleh mean hipotetik sebesar 105,00 dengan standar deviasi sebesar 23,33. Sementara mean empirik yang diperoleh sebesar 110,45 dengan
standar deviasi sebesar 16,975. Perbandingan antara mean hipotetik dan mean empirik dapat dilihat pada tabel 13 berikut.
Tabel 13. Nilai Hipotetik dan Empirik pada skala kesejahteraan psikologis
Variabel Nilai Empirik
Nilai Hipotetik Min
Max Mean
SD Min Max Mean
SD
Kesejahteraan psikologis
Karyawan 75
161 110,45
16,975 35
175 105
23,33
Berdasarkan tabel 13 diatas maka diperoleh kategorisasi kesejahteraan psikologis PNS di tempat kerja seperti berikut
Tabel 14. Kategorisasi data hipotetik kesejahteraan psikologis
Variabel Rentang Nilai
Kategori Frekuensi
Persentase
kesejahteraan psikologis
PNS X 82
Rendah 2
2 82
X 128 Sedang
84 84
X 128
Tinggi 14
14
Total 100
100
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa subjek terbanyak adalah karyawan yang memiliki kesejahteraan psikologis yang sedang ditempat kerja
dengan total sebanyak 84 orang 84, subjek yang memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi sebanyak 14 orang 14 dan subjek
yang memiliki kesejahteraan psikologis rendah sebanyak 2 orang 2. B.3.2. Kategorisasi Skor Konflik Individu ditempat kerja.
Kategorisasi skor penyesuaian kerja dapat diperoleh melalui uji signifikansi perbedaan antara mean skor empirik dan mean hipotetik. Skala
penyesuaian kerja terdiri dari 20 aitem dengan lima pilihan jawaban yang bergerak dari 1 sampai 5. Dari skala penyesuaian kerja yang diisi subjek,
maka diperoleh mean hipotetik sebesar 60 dengan standar deviasi sebesar 13,33. Sementara mean empirik yang diperoleh sebesar 59,85 dengan standar
deviasi sebesar 8,520. Perbandingan antara mean hipotetik dan mean empirik dapat dilihat pada tabel 15 :
Tabel 15. Nilai Hipotetik dan Empirik pada skala Konflik Individu
Variabel Nilai Empirik
Nilai Hipotetik Min
Max Mean
SD Min
Max Mean
SD
Konflik Individu
37 89
59,85 8,520 20
100 60
13,33
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 15 diatas maka diperoleh kategorisasi konflik individu ditempat kerja seperti berikut :
Tabel 16. Kategorisasi data hipotetik Konflik Individu
Variabel Rentang Nilai
Kategori Frekuensi
Persentase
Konflik Individu
ditempat Kerja
X 47 Tinggi
15 15
47 X 73
Sedang 80
80
X 73
Rendah 5
5
Total 100
100
Dari tabel diatas dilihat bahwa subjek yang memiliki Konflik individu sedang berada pada jumlah subjek terbanyak yaitu 80 orang 80, subjek
yang memiliki konflik individu yang rendah sebanyak 5 orang 5 dan subjek yang memiliki konflik individu tinggi sebanyak 15 orang 15
ditempat kerjanya. B.3.3. Hubungan Tipe Konflik Individu dengan Kesejahteraan Psikologis PNS
ditempat kerja Schemerhorn dkk 2002 mengelompokkan 2 tipe konflik individu
yaitu: Interpersonal Conflict, yang terdiri dari 2 sifat konflik yaitu substantif dan emosional dan Intrapersonal conflict yang terdiri dari tiga
jenis konflik yaitu : Approach-approach conflict, Avoidance-avoidance conflict, serta Approach- avoidance conflict .Sementara itu Pychological
Universitas Sumatera Utara
well being karyawan menurut Ryff 1995 terbagi atas 6 dimensi yaitu : Penerimaan diri, Hubungan poitif dengan orang lain, kemandirian,
penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan pengembangan diri. Hubungan Tipe dari konflik individu dengan kesejahteraan
psikologis dianalisis dengan menggunakan Pearson Product Moment untuk melihat bagaimana hubungan antara tipe konflik individu dengan
kesejahteraan psikologis PNS ditempat kerja. Tabel 17. Korelasi antara tipe konflik individu dengan kesejahteraan psikologis
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa konflik interpersonal dan konflik intrapersonal memiliki hubungan yang significant dengan
kesejahteraan psikologis. Hal ini dapat dilihat dari nilai konflik interpersonal r = -0,648 dan p = 0,000 dan nilai konflik intrapersonal r = -0.497 dan p =
0.000.
Correlations
Pearson Correlation Sig. 2-tailed
Kesejahteraan psikologis
N
Konflik interpersonal 1
.000 -.648
100
Konflik intrapersonal .
1 .000
-.497 100
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil data statistik korelasi diatas, menunjukkan bahwa yang paling memiliki hubungan kuat dengan kesejahteraan psikologis PNS
ditempat kerja adalah konflik interpersonal dimana nilai korelasinya lebih tinggi dari pada korelasi konflik intrapersonal dengan kesejahteraan
psikologis.
B.3.4. Tipe Konflik Individu yang Mempengaruhi Kesejahteraan di Tempat Kerja.
Schemerhorn dkk 2002 mengelompokkan 2 tipe konflik individu yaitu: Interpersonal Conflict, yang terdiri dari 2 sifat konflik yaitu
substantif dan emosional dan Intrapersonal conflict yang terdiri dari tiga jenis konflik yaitu : Approach-approach conflict, Avoidance-avoidance
conflict, serta Approach- avoidance conflict .Sementara itu Pychological well being karyawan menurut Ryff 1995 terbagi atas 6 dimensi yaitu :
Penerimaan diri, Hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan pengembangan diri. Elemen dari
tipe konflik individu kemudian dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear sederhana untuk melihat pengaruhnya pada kesejahteraan psikologis
di tempat kerja. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 18 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 18. Hasil uji regresi tipe konflik individu
P0.01, R = 0.689
R²
= 0.475 Berdasarkan tabel 18 diperoleh B
1
interpersonal = -1,469 dan B
2
intrapersonal = -0,996. Dengan demikian dapat dilihat bahwa tipe konflik individu yang paling berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis adalah
konflik interpersonal Schermerhorn dkk 2002 mengungkapkan salah satu konflik yang
muncul adalah konflik interpersonal dimana munculnya konflik interpersonal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi hubungan tidak
harmonis antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain. Sementara itu konflik intrapersonal dikatakan oleh Schermerhorn dkk
2002 terjadi pada diri individu karena tekanan sebenarnya atau yang dirasakan dari ketidaksesuaian tujuan dan harapan. Ketika konflik
intrapersonal muncul maka secara tidak langsung berhubungan kesejahteraan psikologis seseorang ditempat kerja
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
Constant 183.423
7.906 23.200
.000 interpersonal
-1.643 .253
-.533 -6.488
.000 intrapersonal
-.996 .314
-.261 -3.178
.002 a. Dependent Variable: pwb
Universitas Sumatera Utara