Kompetensi Literasi di Era Digital

32 pertumbuhan media social seperti, FB, Twitter, dan lainnya mulai mendominasi budaya masyarakat. Literasi media muncul dan sering dibicarakan karena media sering dianggap sumber kebenaran, dan pada sisi lain, tidak banyak yang tahu bahwa media memiliki kekuasaan secara intelektual di tengah publik dan menjadi medium untuk pihak yang berkepentingan untuk memonopoli makna uang akan dilempar ke publik. Karena pekerja media bebas untuk merekonstruksi fakta keras dalam konteks untuk kepentingan publik pro bono publico dan merupakan bagia dalam kebebeasan pers tanggung jawab atas suatu hasil rekonstruksi fakta adalah berada pada tangan jurnalis, yang seharusnya netral dan tidak dipengaruhi oleh emosi dan pendapatnya akan narasumber dan bukan pada narasumber Ashidisiregar 2013. Oleh sebab itu bila seseorang memiliki literasi media ia akan dapat mengembangkan kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi tersebut berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki dalam memaknai pesan. Pengetahuan literasi media akan mendorong orang untuk selalu mempertanyakan atas apa yang mereka tonton, baca atau dengarkan. Pengetahuan yang baik akan mengembangkan rasa kritis untuk menganalisa pesan, dan bias berita pada program-program yang ada dalam media massa.

2.7 Kompetensi Literasi di Era Digital

Elemen dari teori model literasi adalah identifikasi kompetensi pembelajaran lingkungan yaitu kompetensi instrumental, kognitif, sosial, aksiologis, komunikatif. Model tersebut tidak terpisahkan, pendidikan dan global untuk melek dalam penggunaan TIK membutuhkan pengembangan simultan dari lima bidang kompetensi dalam subjek untuk belajar. Berikut kelima bidang tersebut Area dan Teressa 2012, 18-19. 1. Instrumental competence: technical control over each technology and its logical use procedures. This refers to the acquisition of practical knowledge and skills for using hardware and software or computer programs. Universitas Sumatera Utara 33 2. Cognitive-intellectual competence: the acquisition of specific cognitive knowledge and skills that enable the subject to search for, select, analyse, interpret and recreate the vast amount of information to which he has access through new technologies and communicate with others via digital resources. 3. Socio-communicative competence: the development of a set of skills related to the creation of various text types and their dissemination in different languages, establishing fluid communication with other subjects through the technologies available. 4. Axiological competence: referring to the awareness that ICT are not aseptic or neutral from the social viewpoint but exert a significant influence on the cultural and political environment in our society. 5. Emotional competence: this deals with the affections, feelings and emotional sentiment aroused by the experience of acting in digital environments. Kelima bidang tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 2. Kompetensi Instrumental Kontrol teknis atas setiap teknologi dan penggunaan prosedur yang logis. Ini yang mengacu pada perolehan pengetahuan dan keterampilan ractical untuk menggunakan perangkat keras set-up, instalasi dan penggunaan berbagai perangkat periferal dan mesin komputasi dan perangkat lunak atau program komputer sistem operasi, aplikasi dan navigasi internet dan komunikasi, dll. 3. Kompetensi kognitif-intelektual: Ini merujuk kepada praktek pengetahuan akuisisi tertentu dan keterampilan yang memungkinkan subjek untuk mencari, pilih, menganalisis, menafsirkan dan menciptakan sejumlah besar informasi yang memiliki akses melalui teknologi baru dan berkomunikasi dengan orang lain melalui sumber daya digital. Subjek belajar untuk memanfaatkan data cerdas untuk dapat mengakses informasi, memberikan makna, menganalisis secara kritis dan merekonstruksi itu disukainya. 4. Kompetensi sosial komunikatif Pengembangan seperangkat keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan berbagai jenis teks hypertextual, audiovisual, ikon, tiga dimensi, dll, dan penyebaran mereka dalam bahasa yang berbeda, Universitas Sumatera Utara 34 membangun komunikasi dengan mata pelajaran lain melalui teknologi yang tersedia. Ini juga mengasumsikan perolehan dan pengembangan norma-norma perilaku dengan sikap sosial inheren positif terhadap orang lain yang bisa mengambil bentuk kerja kolaboratif, rasa hormat dan empati dalam jaringan sosial pilihan. 5. Kompetensi aksiologis Mengacu pada kesadaran bahwa teknologi informasi tidak aseptik atau netral dari sudut pandang sosial, tetapi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap lingkungan budaya dan politik dalam masyarakat kita; akuisisi nilai-nilai etika dan demokratis ditimbulkan oleh penggunaan informasi yang benar dan teknologi akan membantu untuk menghindari difusi komunikasi sosial negatif. 6. Kompetensi emosi Ini berkaitan dengan kasih sayang, perasaan dan sentimen emosional terangsang oleh pengalaman bertindak dalam lingkungan digital. Ini dapat terjadi selama tindakan yang berlangsung dalam pengaturan virtual, seperti video game, atau selama komunikasi interpersonal dalam jaringan sosial. Literasi dalam dimensi ini berkaitan dengan belajar bagaimana mengontrol emosi negatif, dengan perkembangan empati dan pembangunan identitas digital yang ditandai dengan keseimbangan afektif-personal dalam penggunaan ICT.

2.8 Kriteria Penilaian Tingkat Literasi Media