lama di Asia, justru diwarnai oleh pola-pola kehidupan masyarakat yang cukup khas sampai sekarang Ikaputra, 2000: 11-12. Hal ini sesuai
dengan makna budaya sendiri yang tidak dapat dilihat hanya dari dimensi fisik atau kebendaan saja namun juga menyangkut isi, yang menekankan
pada kehidupan life style masyarakat. Perlu disadari bahwa masyarakat
tradisional yang tinggal di kawasan cagar budaya bukan merupakan masyarakat yang statis, namun mereka juga berkembang sekaligus selalu
berusaha memenuhi kebutuhan kehidupannya sesuai dengan tuntutan jaman. Sehingga menurut Ikaputra 2000:11 cagar budaya dapat
diterjemahkan sebagai setting budaya suatu kawasan yang memerlukan
perlindungan atau pelestarian. Dengan kata lain, bahwa kawasan tersebut dilindungi karena memiliki
komponen-komponen yang bernilai budaya sedemikian rupa sehingga memunculkan karakter khas lingkungan cagar
budaya itu.
2.2. Tinjauan Konservasi
Pengenalan Konservasi
Konservasi merupakan istilah yang menjadi payung dari semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan internasional yang telah
dirumuskan dalam Piagam Burra tahun 1981. Pada piagam tersebut, konservasi diartikan sebagai segenap proses pengelolaan suatu tempat
place agar makna kultural cultural significance yang dikandungnya terpelihara dengan baik.
Place diartikan sebagai suatu site tapak, area,
bangunan dan sejenisnya, kelompok bangunan dan sejenisnya bersama dengan isinya dan keadaan sekitar yang saling berhubungan. Sedangkan
makna kultural cultural significance berarti keindahan, kesejarahan, nilai
pengetahuan atau nilai sosial bagi generasi masa lampau, masa kini dan masa depan.
Senada dengan penjelasan pada piagam tersebut, Danisworo dalam Budihardjo, 1997:18 menyatakan pada dasarnya konservasi
merupakan upaya memelihara tempat atau lokalitas tertentu sedemikian rupa sehingga makna dan tujuan tempat tersebut dapat dipertahankan.
Tempat yang dimaksud meliputi : tanah, area, bangunan atau kelompok bangunan termasuk lingkungan yang terlibat. Sedangkan maksud dari
makna dan tujuan suatu tempat ialah apa yang dipresentasikan tempat tersebut, seperti : sejarahnya, aspek kultur dan tradisi yang dimiliki,
kebesaran dan kejayaannya, setra fungsi sosial dan ekonominya yang penting. Kesemuanya ini dipandang dari makna pada masa awalnya serta
arti pentingnya pada masa kini dan masa depan. Di Indonesia sendiri pelestarian atau konservasi telah menjadi isu
penting dan mendorong disusunya Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003. Pada piagam ini ditekankan bahwa pusaka Indonesia, termasuk
didalamnya pusaka budaya, sangat penting sebagai landasan dan modal awal bagi pembangunan masyarakat Indonesia di masa depan. Karena itu
harus dilestarikan untuk diteruskan kepada generasi selanjutnya dan perlu ditingkatkan nilainya untuk membentuk pusaka masa datang bagi
generasi selanjutnya. Pusaka budaya sesuai dengan piagam tersebut diartikan sebagai hasil cipta, rasa, karsa dan karya yang istimewa dari
lebih 500 suku di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia dan dalam interaksinya dengan budaya lain
sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka budaya mencakup pusaka berwujud dan tidak berwujud.
Berdasarkan piagam ini pula, pelestarian didefinisikan sebagai upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian, perencanaan,
perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan, danatau pengembangan secara selektif untuk menjaga kesinambungan,
keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas. Berbagai bentuk
kegiatan konservasi warisan budaya yang telah dikenal selama ini menurut Piagam Burra 1981: pasal 1, meliputi: preservasi,
restorasirehabilitasi, rekonstruksi, adaptasi-revitalisasi, dan demilisi. Dengan demikian, pelestarian warisan budaya mengandung prinsip
pengelolaan yang ditempuh melalui berbagai bentuk kegiatan, dari yang berupa penelitian hingga tindakan-tindakan aktif, baik itu pemeliharaan,
perlindungan, pemanfaatan, pengawasan, pengawetan kondisi preservasi maupun bentuk intervensi atau pengembangan lain, seperti:
mengoptimalkan kegunaan atau utilitas suatu tempat, menyediakan ruang bagi suatu aktivitas yang dulu pernah ada atau aktivitas yang dulu
terwadahi di tempat tersebut, atau bahkan menyediakan ruang bagi
aktivitas yang benar-benar baru, sehingga dapat mendukung keberlanjutan eksistensi tempat itu. Singkatnya, pelestarian atau
konservasi suatu tempat lokalitas merupakan suatu proses pengelolaan sumberdaya yang dimiliki suatu tempat sejak masa lampau hingga saat ini
sebagai upaya mempertahankan eksistensi tempat tersebut dengan tetap menjaga makna budayanya dan menjamin keserasian, daya dukung dan
perannya dalam mendukung perkembangan kehidupan bangsa yang lebih baik.
2.3. Lingkup Konservasi