Standar Kompetensi 1. Melaksanakan ketentuan taharah bersuci Kompetensi Dasar 1.1 Menjelaskan macam-macam najis dan tatacara taharahnya bersucinya Tujuan Pembelajaran Materi Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN R P P Nama Madrasah : MTsS. Al-Furqon Cileungsi Mata Pelajaran : Fiqih KelasSemester : VII 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit 1 Kali pertemuan

A. Standar Kompetensi 1. Melaksanakan ketentuan taharah bersuci

B. Kompetensi Dasar 1.1 Menjelaskan macam-macam najis dan tatacara taharahnya bersucinya

C. Tujuan Pembelajaran

 Siswa dapat menyebutkan pengertian najis  Siswa dapat menyebutkan macam-macam najis  Siswa dapat menjelaskan tatacara membersihkan najis  Karakter siswa yang diharapkan :  Religius, Jujur, Mandiri, Demokratis, Komunikatif , Tanggung jawab  Kewirausahaan Ekonomi Kreatif :  Percaya diri, Berorientasi tugas dan hasil.

D. Materi Pembelajaran

 Pengertian najis Najis adalah kotoran yang setiap muslim wajib untuk menyucikan diri darinya dan menyucikan setiap sesuatu yang terkena kotoran najis tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT : ررهههططفط كطبطايطثهوط Dan pakaianmu, bersihkanlah QS. Al-Muddatstsir : 4 نطيرههههططتطمملرا بهمحهيموط نطيبهاوهطتهطلا بهمحهيم هطلهطلا نهطإه ...Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. QS. Al-Baqarah : 222 Rasulullah SAW bersabda: نهامطيلها رمطرشط رموهمطهملا Bersuci itu sebagian dari iman HR. Muslim dan Ahmad RPP – Fiqih Kls VII-IXSmt 1-2 MTs.  Macam-macam najis 1,2 - Kencing dan kotoran tinja manusia Mengenai najisnya kotoran manusia ditunjukkan dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, رروهمطط هملط بطارطتهملا نهطإهفط ىذطلطا ههيرلطعرنطبه مركمدمحطأط ئططهوط اذطإه “Jika salah seorang di antara kalian menginjak kotoran al adza dengan alas kakinya, maka tanahlah yang nanti akan menyucikannya.”[5] Al adza kotoran adalah segala sesuatu yang mengganggu yaitu benda najis, kotoran, batu, duri, dsb.[6] Yang dimaksud al adza dalam hadits ini adalah benda najis, termasuk pula kotoran manusia.[7] Selain dalil di atas terdapat juga beberapa dalil tentang perintah untuk istinja’ yang menunjukkan najisnya kotoran manusia.[8] Sedangkan najisnya kencing manusia dapat dilihat pada hadits Anas, » - - لطوط هموعمدط ملسو هيلع هللا ىلص ههلهطلا لموسمرط لطاقطفط مهورقطلرا ضمعربط ههيرلطإه مطاقطفط دهجهسرمطلرا ىفه لطابط ايهيبهارطعرأط نهطأط . .« ههيرلطعط همبهطصطفط ءءامط نرمه وءلردطبه اعطدط غطرطفط امهطلطفط لطاقط هموممرهزرتم “Suatu saat seorang Arab Badui kencing di masjid. Lalu sebagian orang yakni sahabat berdiri. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Biarkan dan jangan hentikan kencingnya”. Setelah orang badui tersebut menyelesaikan hajatnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas meminta satu ember air lalu menyiram kencing tersebut.”[9] Shidiq Hasan Khon rahimahullah mengatakan, “Kotoran dan kencing manusia sudah tidak samar lagi mengenai kenajisannya, lebih-lebih lagi pada orang yang sering menelaah berbagai dalil syari’ah.”[10] 3,4 - Madzi dan Wadi Wadi adalah sesuatu yang keluar sesudah kencing pada umumnya, berwarna putih, tebal mirip mani, namun berbeda kekeruhannya dengan mani. Wadi tidak memiliki bau yang khas. Sedangkan madzi adalah cairan berwarna putih, tipis, lengket, keluar ketika bercumbu rayu atau ketika membayangkan jima bersetubuh atau ketika berkeinginan untuk jima. Madzi tidak menyebabkan lemas dan terkadang keluar tanpa terasa yaitu keluar ketika muqoddimah syahwat. Laki-laki dan perempuan sama-sama bisa memiliki madzi.[11] Hukum madzi adalah najis sebagaimana terdapat perintah untuk membersihkan kemaluan ketika madzi tersebut keluar. Dari ‘Ali bin Abi Thalib, beliau radhiyallahu ‘anhu berkata, RPP – Fiqih Kls VII-IXSmt 1-2 MTs. - - دهوطسرلطا نطبر دطادطقرمهلرا تمررمطأطفط ههتهنطبرا نهاكطمطله ملسو هيلع هللا ىلص ىهطبهنهطلا لطأطسرأط نرأط ىيهحرتطسرأط تمنركموط ءياذهطمط ليجمرط تمنركم » أمضهطوطتطيطوط همرطكطذط لمسهغريط لطاقطفط هملطأطسطفط ». “Aku termasuk orang yang sering keluar madzi. Namun aku malu menanyakan hal ini kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallm dikarenakan kedudukan anaknya Fatimah di sisiku. Lalu aku pun memerintahkan pada Al Miqdad bin Al Aswad untuk bertanya pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Lantas beliau memberikan jawaban pada Al Miqdad, “Perintahkan dia untuk mencuci kemaluannya kemudian suruh dia berwudhu”.”[12] Hukum wadi juga najis. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, : ورأط كطرطكطذط لرسهغرا لطاقطفط ىمذرمطلراوط ىمدروطلرا امهطأطوط ، لمسرغملرا همنرمه ىذهلهطا وطهمفط ىهمنهمطلرا امهطأط ، ىمدروطلراوط ىمذرمطلراوط ىهمنهمطلرا كطرطيكهاذطمط . ةهل ط صهطلله كطءطوضموم أرضهطوطتطوط “Mengenai mani, madzi dan wadi; adapun mani, maka diharuskan untuk mandi. Sedangkan wadi dan madzi, Ibnu Abbas mengatakan, “Cucilah kemaluanmu, lantas berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk shalat.”[13] 5 - Kotoran hewan yang dagingnya tidak halal dimakan Contohnya adalah kotoran keledai jinak[14], kotoran anjing[15] dan kotoran babi[16]. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, : رءامطحه ةهثطوررطوط نهيررطجرحط هملط تمدرجطوطفط رءاجطحرأط ةهثطلطثطبه ينهتهئرإه لطاقطفط زطرهطبطتطيط نرأط مطلهطسط وط ههيرلطعط همللا ىلهطصط يهمبهنهطلا دطارطأط كطسطمرأفط : سرجررهيطهه لطاقطوط ةطثطوررهطلا حطرطططوط نطيررطجرحطلا “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermaksud bersuci setelah buang hajat. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Carikanlah tiga buah batu untukku.” Kemudian aku mendapatkan dua batu dan kotoran keledai. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil dua batu dan membuang kotoran tadi. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Kotoran ini termasuk najis”.” [17] Hal ini menunjukkan bahwa kotoran hewan yang tidak dimakan dagingnya semacam kotoran keledai jinak adalah najis. 6 - Darah haidh Dalil yang menunjukkan hal ini, dari Asma’ binti Abi Bakr, beliau berkata, “Seorang wanita pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, ههبه عمنطصرتط فطيركط ةهضطيرحطلرا مهدط نرمه اهطبطورثط بميصهيم انطادطحرإه “Di antara kami ada yang bajunya terkena darah haidh. Apa yang harus kami perbuat?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, RPP – Fiqih Kls VII-IXSmt 1-2 MTs. ههيفه ىلههصطتم مهطثم همحمضطنرتط مهطثم ءهامطلرابه همصمرمقرتط مهطثم همتهمحمتط “Gosok dan keriklah pakaian tersebut dengan air, lalu percikilah. Kemudian shalatlah dengannya.” [18] Shidiq Hasan Khon rahimahullah mengatakan, “Perintah untuk menggosok dan mengerik darah haidh tersebut menunjukkan akan kenajisannya.”[19] 7 - Jilatan anjing Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, بهارطتهملابه نهطهملطوأم تءارهطمط عطبرسط هملطسهغريط نرأط بملركطلرا ههيفه غطلطوط اذطإه مركمدهحطأط ءهانطإه رموهمطم “Cara menyucikan bejana di antara kalian apabila dijilat anjing adalah dicuci sebanyak tujuh kali dan awalnya dengan tanah.”[20] Yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, bagian anjing yang termasuk najis adalah jilatannya saja. Sedangkan bulu dan anggota tubuh lainnya tetap dianggap suci sebagaimana hukum asalnya.[21] 8 - Bangkai Bangkai adalah hewan yang mati begitu saja tanpa melalui penyembelihan yang syar’i. [22] Najisnya bangkai adalah berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abdullah bin ‘Abbas, رطهمطط درقطفط بماهطلها غطبهدم اذطإه “Apabila kulit bangkai tersebut disamak, maka dia telah suci.” Bangkai yang dikecualikan adalah : a - Bangkai ikan dan belalang Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, لماحططههلاوط دمبهكطلرافط نهامطدهطلا امهطأطوط دمارطجطلراوط تموحملرافط نهاتطتطيرمطلرا امهطأطفط نهامطدطوط نهاتطتطيرمط انطلط ترلهطحهأم “Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa.” [23] b - Bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir Contohnya adalah bangkai lalat, semut, lebah, dan kutu. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, RPP – Fiqih Kls VII-IXSmt 1-2 MTs. ءيادط رهخطلا ىفهوط ءيافطشه ههيرحطانطجط دهحطأط ىفه نهطإهفط ، همحررططريطلر مهطثم ، هملهطكم همسرمهغريطلرفط ، مركمدهحطأط ءهانطإه ىفه بمابطذهملا عطقطوط اذطإه “Apabila seekor lalat jatuh di salah satu bejana di antara kalian, maka celupkanlah lalat tersebut seluruhnya, kemudian buanglah. Sebab di salah satu sayap lalat ini terdapat racun penyakit dan sayap lainnya terdapat penawarnya.”[24] c - Tulang, tanduk, kuku, rambut dan bulu dari bangkai Semua ini termasuk bagian dari bangkai yang suci karena kita kembalikan kepada hukum asal segala sesuatu adalah suci. Mengenai hal ini telah diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq tanpa sanad, beliau rahimahullah berkata, . فهلطسط نرمه اسيانط تمكررطدرأط ههرهيرغطوطلهيفهلرا وطحرنط ىتطورمطلرا مهاظطعه ىفه ىهمرههرزهملا لطاقطوط ةهتطيرمطلرا شهيرهبه سطأربط لط درامهطحط لطاقطوط اسيأربط ههبه نطوررطيط لط ، اهطيفه نطونمههدهطيطوط ، اهطبه نطوطمشهتطمريط ءهامطلطعملرا “Hammad mengatakan bahwa bulu bangkai tidaklah mengapa yaitu tidak najis. Az Zuhri mengatakan tentang tulang bangkai dari gajah dan semacamnya, ‘Aku menemukan beberapa ulama salaf menyisir rambut dan berminyak dengan menggunakan tulang tersebut. Mereka tidaklah menganggapnya najis hal ini’.” [25] Tersisa pembahasan beberapa hal yang sebenarnya tidak termasuk najis -menurut pendapat ulama yang lebih kuat- yaitu mani, darah selain darah haidh, muntah, dan khomr. Dan juga masih tersisa pembahasan bagaimana cara membersihkan najis. Semoga Allah memudahkan kami membahasnya dalam rubrik fiqih selanjutnya  Ketentuan dan tatacara membersihkan najis Cara menghilangkan najis yang menempel : 1. Najis Ringan Cukup dibasuh dengan air hingga bersih baik zat, warna, maupun baunya. Najis akibat air senikencing anak dibawah 2 tahun yang masih minum susu membersihkannya cukup dengan memercikkan air saja. 2. Najis Berat Jika terkena air liurludah anjing maka membersihkannya harus dengan membasuh dengan air hingga 7 kali terus-menerus dengan salah satunya dengan medium tanah. Berarti 6 kali dibersihkan dengan air dan sekali dengan tanah.

E. Metode Pembelajaran