Pengertian Komitmen Organisasi Konsep Komitmen Organisasi

BAB 2 TINJAUAN KASUS

1. Konsep Komitmen Organisasi

1.1. Pengertian Komitmen Organisasi

Dalam prilaku organisasi, terdapat beragam defenisi tentang komitmen. Sebagai suatu sikap, Luthans 1992 yang menyatakan komitmen oraganisasi merupakan: Keinginan yang kuat untuk menjadi anggota dalam suatu kelompok, Kemauan usaha yang tinggi untuk organisasi, Suatu keyakinan tertentu dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan organisasi. Jewell dan Siegal 1998 Komitmen kerja dapat didefenisikan sebagai derajat hubungan individu memandang dirinya sendiri dengan pekerjaannya dalam organisasi tertentu. Komitmen juga dapat didefenisikan sebagai jaminan dan janji baik secara eksplisit maupun implisit dari keberlansungan hubungan antara patner dalam pertukaran Schur dalam Gunlach, 1995. Komitmen juga berarti keinginan yang abadi untuk memelihara hubungan yang bernilai Zaltman dan Dashpande , 1992. Selanjutnya Komitmen keanggotaan secara umum dapat didefenisikan sebagai tingkat keterlibatan psikologist anggota pada organisasi tertentu Summers dan Acito,2000. Keterlibatan Universitas Sumatera Utara psikologis ini akan tercermin pada tingkat aktivitas seseorang tersebut dalam suatu organisasi dan untuk kepentingan organisasi. Dalam kaitannya dengan komitmen organisasional Mayer dan Allen 1990 mengidentifikasi tiga tema berbeda dalam mendefenisikan komitmen. Ketiga tema tersebut adalah komitmen sebagai keterikatan afektif pada organisasi affective commitmen, komitmen sebagai biaya yang harus di tanggung jika meninggalkan atau keluar organisasi continuance commitmen, dan komitmen sebagai kewajiban untuk tetap dalam organisasi normative commitmen. 1. Continuance commitment dapat didefenisikan sebagai keterikatan anggota secara psikologis pada organisasi karena biaya yang dia tanggung sebagai konsekuensi keluar organisasi Summer dan Acito,2000 . Dalam kaitannya dengan ini anggota akan mengakulasi manfaat dan pengorbanan atas keterlibatan dalam atau menjadi anggota suatu organisasi. Anggota akan cenderung memiliki daya tahan atau komitmen yang tinggi dalam keanggotaan jika pengorbanan akibat keluar organisasi semakin tinggi. 2. Normative commitment adalah keterikatan anggota secara psikologis dengan organisasi karena kewajiban moral untuk memelihara hubungan dengan oraganisasi Summer dan Acito, 2000. Dalam kaitan ini sesuatau yang mendorong anggota untuk Universitas Sumatera Utara tetap berada dan memberikan sumbangan pada keberadaan suatu organisasi, baik materi maupun non materi adalah adanya kewajiban moral, yang mana seseorang akan merasa tidak nyaman dan bersalah jika tidak melakukan sesuatu. 3. Affective commitmen adalah tingkat lain keterikatan secara psikologis dengan organisasi berdasarkan seberapa baik perasaan mengenai organisasi Summer dan Acito, 2000. Komitmen dalam jenis ini muncul dan berkembang oleh dorongan adanya kenyamanan, keamanan, dan manfaat lain yang dirasakan dalam suatu organisasi yang tidak diperoleh nya dari tempat atau organisasi yang lain. Semakin nyaman dan tinggi manfaatnya yang dirasakan oleh anggota, semakin tinggi komitmen seseorang pada organisasi yang dipilihnya. Dari ketiga jenis komitmen diatas tentu saja yang tertinggi tingkatannya adalah affective commitment. Anggotakaryawan dengan affective commitment tinggi akan memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap organisasi. Sedangkan tingkatan terendah adalah continuance commitment. Anggotakaryawan yang terpaksa menjadi anggotakaryawan untuk menghindari kerugian financial atau kerugian lain, akan kurangtidak dapat diharapkan berkontribusi berarti bagi organisasi. Untuk normative commitment, tergantung seberapa jauh internalisasi norma agar anggotakaryawan bertindak sesuai dengan Universitas Sumatera Utara tujuan dan keinginan organisasi. Komponen normatif akan menimbulkan perasaan kewajiban atau tugas yang memang sudah sepantasnya dilakukan atas keuntungan-keuntungan yang telah diberikan organisasi Soekidjan, 2009. Komitmen pegawai sering kali digambarkan sebagai bentuk keterikatan, identifikasi, dan keterlibatan dari individu terhadap organisasi Brooks, 1986. Namun Meyer Allen 1997, menyatakan bahwa pengertian komitmen sesungguhnya merefleksikan tiga tema umum, yang kemudian dikembangkan oleh mereka sebagai model tiga komponen dari komitmen pegawai. Komitmen dapat diidentifikasikan sebagai upaya mencapai tujuan organisasi dengan kemauan mengarahkan segala daya untuk kepentingan organisasi dan ketertarikan untuk tetap menjadi bagian organisasi Mowday, Steers, dan Porter, 1979. Dalam organisasi, komitmen sering kali dikaitkan dengan kepuasan kerja. Asumsinya semakin tinggi kepuasan kerja karyawan akan semakin tinggi pula komitmen kerja. Menurut teori ini reinforcement, orang memasuki kelompok karena ingin mendapatkan reward, artinya ia akan memperoleh keuntungan langsung seperti uang ataupun kekuasaan. Seseorang juga termotivasi untuk masuk kelompok karena kelompok bisa dijadikan alat untuk mencapai keuntungan yang diperoleh di luar kelompok tersebut, misalnya ingin dekat pejabat, maka ia memasuki organisasi tertentu sehingga bisa Universitas Sumatera Utara berinteraksi d engan pejabat yang diharapkan. Kalau semua itu akan diperoleh anggota, tentunya komitmen terhadap organisasi akan dicapai. Luthans 1992 mengatakan bahwa komitmen ditentukan oleh variabel personal dan variabel organisasi. Variabel personal meliputi usia, masa jabatan dalam organisasi, dan disposisi individu seperti afektif positif atau negatif, dan kontrol atribusi baik internal ataupun eksternal. Sedangkan variabel organisasional meliputi rancangan tugas pekerjaan dan gaya kepemimpinan supervisor. Dari konsep teori organisasi, telah dijelaskan bahwa komitmen pegawai itu merupakan hal yang penting bagi organisasi, terutama untuk menjaga kelangsungan dan pencapaian tujuan. Namun untuk memperoleh komitmen yang tinggi, diperlukan kondisi-kondisi yang memadai untuk mencapainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa komitmen merupakan sikap loyalitas pekerja terhadap organisasinya dan juga merupakan suatu proses mengekspresikan perhatian dan pertisipasinya terhadap organisasi.

1.2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap komitmen organisasi.

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning Pada Pasien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara

18 171 101

Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

1 53 73

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Pasien Minum Obat di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

14 109 73

Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Perilaku Kekerasan dengan Kesiapan Keluarga dalam Merawat Pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

18 157 71

HUBUNGAN TINDAKAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI DENGAN PENGENDALIAN HALUSINASI PADA KLIEN POLIKLINIK GMO RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SAANIN PADANG TAHUN 2009.

0 0 6

Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning Pada Pasien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara

0 0 39

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan - Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning Pada Pasien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara

0 0 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan - Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Klien Halusinasi di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

0 1 39

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Klien Halusinasi di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

0 0 48

Hubungan Pelaksanaan Intervensi Keperawatan Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

0 0 18