mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh Ravid tersebut, bahwa risiko merupakan faktor penentu yang negatif terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitian Jensen, et al. 1992 melaporkan bahwa terdapat hubungan kausal yang negatif antara dividen dengan kebijakan hutang, dan berpendapat bahwa
perusahaan mengorbankan pembayaran dividen dengan beban keuangan yang jumlahnya tetap. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kalay 1982 yang
menemukan bahwa kesepakatan menggunakan hutang akan membatasi pembayaran dividen baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun hasil penelitian Kim, et
al. 2007 menemukan bahwa kebijakan dividen berpengaruh secara positif terhadap kebijakan hutang, dikarenakan baik kebijakan dividen maupun kebijakan hutang
dapat digunakan untuk mengurangi arus kas dan likuiditas perusahaan agar tidak disalahgunakan oleh manajemen.
3.1.4. Kebijakan Dividen dan Hubungannya dengan Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Risiko, dan Kebijakan Hutang
Rozeff 1982 menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat kepemilikan pihak internal atau manajerial yang rendah lebih mempunyai kemungkinan untuk
membayar dividen dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat kepemilikan internalnya tinggi, yang secara langsung menunjukkan usaha untuk mengurangi
agency cost. Hal ini menekankan bahwa hubungan antara rasio pembayaran dividen dividend payout ratios dengan kepemilikan saham manajerial adalah negatif pada
tingkat kepemilikan internal yang rendah. Namun, Schooley dan Barney 1994
Universitas Sumatera Utara
melaporkan bahwa pada tingkat kepemilikan internal yang tinggi, kepemilikan saham oleh pihak internal berhubungan secara positif dengan pembayaran dividen.
Dengan jumlah investasi yang semakin tinggi, investor institusional melakukan pengawasan monitoring yang semakin ketat terhadap manajer untuk
menghalangi timbulnya perilaku oportunis oleh manajer. Pengawasan oleh investor institusional ini dapat mengurangi agency cost, sehingga dividen yang dibayarkan
juga menurun. Kehadiran kepemilikan institusional memiliki efek substitusi bagi pembayaran dividen dalam mengurangi agency cost.
Kale dan Noe 1990 mengembangkan model penelitian di mana dengan tingkat risiko yang lebih tinggi menyebabkan pembayaran dividen yang semakin
rendah. Hubungan negatif antara risiko dan kebijakan dividen ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Steiner 1999. Dengan tingginya
risiko yang dihadapi perusahaan, akan diantisipasi dengan kebijakan pembayaran dividen yang rendah. Dividen yang rendah dapat digunakan untuk menghindari
pemotongan dividen di masa mendatang sehingga pengalokasian sebagian keuntungan pada laba ditahan perusahaan dapat digunakan untuk investasi lebih
lanjut. Dalam kondisi informasi asimetri, manajer bersedia untuk menggunakan
hutang danatau dividen sebagai alat untuk memberikan sinyal positif kepada pasar modal Ross, 1977; Miller dan Rock, 1985. Hal ini memunculkan kebijakan hutang
dan kebijakan dividen sebagai kekuatan substitusi dan penanda substitution- signalling forces. Oleh karena itu, dapat diperkirakan pengaruh kebijakan hutang
Universitas Sumatera Utara
terhadap kebijakan dividen adalah sama seperti pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang, yaitu kebijakan hutang akan berpengaruh negatif terhadap
kebijakan dividen apabila teori penyatuan kepentingan convergence of interests lebih dominan, sebaliknya kebijakan hutang akan berpengaruh positif terhadap
kebijakan dividen apabila teori entrenchment lebih dominan.
3.2. Hipotesis