BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
2.1.1. Batasan Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme makhluk hidup yang mempunyai cakupan luas antara lain: berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar Notoatmodjo, 2007.
2.1.2. Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo 2007, perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang organisme terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Secara lebih terinci, perilaku kesehatan itu mencakup:
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit adalah bagaimana seseorang merespons, baik secara pasif maupun aktif terhadap sakit dan penyakit yang
dialaminya. Perilaku ini meliputi tingkatan pencegahan sebagai berikut: a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan health promotion
behaviour b. Perilaku pencegahan penyakit health prevention behaviour
c. Perilaku pencarian pengobatan health seeking behaviour d. Perilaku pemulihan kesehatan health rehabilitation behaviour
Universitas Sumatera Utara
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan modern maupun tradisional
3. Perilaku terhadap makanan nutrition behaviour adalah respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan
4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan environmental health behaviour adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia
2.2. Determinan Perilaku Masyarakat
Menurut Notoatmodjo 2005, meskipun perilaku adalah bentuk respon terhadap stimulus dari luar diri seseorang, namun karakteristik dan faktor-faktor lain
dari orang yang bersangkutan juga dapat memengaruhi respons seseorang. Banyak teori determinan perilaku, salah satunya adalah teori Lawrence Green
yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003, membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut yakni behavioral factors faktor perilaku dan non behavioral
factors faktor non perilaku. Green menganalisis bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor
pendorong.
2.2.1. Faktor predisposisi predisposing factor
Faktor predisposisi perilaku adalah faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada individu atau masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, sistem dan nilai yang ada di masyarakat. Apabila seorang atau masyarakat memiliki pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat terutama
menyangkut penggunaan jamban keluarga, maka itu akan mempermudah dirinya
Universitas Sumatera Utara
untuk mencegah penyakit yang berbasis lingkungan seperti cacingan, diare dan lain- lain. Adapun yang menjadi faktor predisposisi penelitian ini adalah :
1. Pengetahuan Knowledge
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang overt behaviour. Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1. Kesadaran Awareness, di mana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek 2. Tertarik Interest terhadap stimulus atau objek tersebut. Sikap subjek sudah
mulai timbul 3. Menimbang-nimbang Evaluation terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya 4. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus 5. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus Namun demikian, dari penelitian Rogers menyimpulkan bahwa perubahan
perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:
Universitas Sumatera Utara
a. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
b. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar
c. Aplikasi Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya d. Analisis Analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain e. Sintesis Synthesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek Notoatmodjo, 2003
Universitas Sumatera Utara
2. Sikap
Menurut Notoatmodjo 2003, menyatakan bahwa sikap merupakan suatu reaksi atau respons sesorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: 1. Menerima Receiving
Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
2. Merespons Responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap 3. Menghargai Valuing
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah
4. Bertanggung jawab Responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko merupakan sikap yang paling tinggi
3. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo 2010, menyatakan bahwa pendidikan adalah derajat tertinggi jenjang pendidikan yang diselesaikan berdasar ijasah yang diterima dari
sekolah formal terakhir dengan sertifikat kelulusan. Pendidikan merupakan suatu usaha atau pengaruh yang diberikan yang bertujuan untuk proses pendewasaan.
Pendidikan dapat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang termasuk
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan tentang pentingnya penggunaan jamban keluarga sebagai tempat membuang tinja dan pemeliharaan jamban dengan baik
4. Pekerjaan
Menurut Notoatmodjo 2010, mengatakan pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga memperoleh penghasilan
5. Penghasilan
Penghasilan adalah jumlah pendapatan suami istri per bulan yang dikategorikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2009 Tentang
Penetapan Upah Minimun Kabupaten UMK yaitu sebesar Rp. 1.100.000,- per bulan
2.2.2. Faktor pendukung enabling factor
Faktor pendukung enabling perilaku adalah fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat,
misalnya: tersedianya pusat kesehatan masyarakat puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. Faktor pendukung adalah kondisi jamban.
2.2.3. Faktor pendorong reinforcing factor
Faktor pendorong perilaku adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, misalnya: untuk berperilaku sehat diperlukan contoh dari para
tokoh masyarakat, seperti lurah, dokter tenaga kesehatan, camat dan lain-lain. Adapun faktor pendorong penelitian ini adalah peran petugas. Peran petugas dalam
memberikan penyuluhan tentang penggunaan jamban keluarga sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan perilaku. Diharapkan individu atau masyarakat
Universitas Sumatera Utara
menggunakan jamban keluarga setelah mereka memperoleh pandangan yang baik dari petugas terkait.
2.3. Pengertian Jamban Keluarga
Jamban adalah suatu fasilitas pembuangan tinja manusia. Jamban terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
cemplung yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya Abdullah, 2010. Jamban keluarga adalah suatu fasilitas
pembuangan tinja bagi suatu keluarga Depkes RI, 2009. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun 2008 tentang
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jamban sehat adalah suatu fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan
penyakit. Sementara pengertian kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat
yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja, air seni dan CO
2
Notoatmodjo, 2010.
2.4. Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia