Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Amanat UUD 1945 dalam pembukaannya disebutkan bahwa tujuan negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat berbunyi bahwa “Pemerintahan Negara Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Kesejahteraan masyarakat tidak dapat dicapai bila tidak didukung oleh kemampuan dan sumber daya manusia dalam memanfaatkan segala potensi yang dimiliki. Penyebab utama suatu negara tidak maju atau menjadi terbelakang adalah karena dikelola dengan tidak benar undermanaged. Kemampuan suatu bangsa menjadi causa prima bagi kemajuan bangsa itu sendiri, oleh karena itu, perencanaan wilayah dengan manajemen yang baik sangat diperlukan. Perencanaan dibutuhkan agar bangsa tersebut dapat mengangkat dirinya sendiri dari keterbelakangan menuju kesejahteraan masyarakat yang baik. Pada saat ini perhatian pemerintah terhadap perkembangan dan pengembangan wilayah semakin besar, hal ini terjadi baik di negara maju maupun di negara berkembang. Oleh karena latar belakang historis, sosial, ekonomi, kultural, politik dan teknologi yang berbeda-beda, maka permasalahan yang 1 Universitas Sumatera Utara muncul di negara maju jelas berbeda pula dengan permasalahan yang dihadapi oleh negara berkembang. Sebagaimana diketahui bahwa potensi dan kemampuan masing-masing wilayah yang berbeda-beda satu sama lainnya dan masalah pokok yang dihadapinya berbeda pula sehingga pembangunan tidak terjadi di semua tempat, hal tersebut juga dinyatakan oleh Francois Perroux dalam Adisasmita 2005 bahwa “Growth does not appear everywhere and all it once, it appear in points or development pole, with variable intensities, it spreads along diverse channels and with vattying terminal effect for the whole of economic, In terms of geographic space dominant and propulsive industries make the agglomereation where they are locate the poles of their region”. Dalam melaksanakan pembangunan wilayahnya, pemerintah daerah mencari potensi-potensi yang ada untuk dikembangkan sehingga dapat menyebabkan mutliplier effect bagi wilayah disekitarnya. Salah satu yang berpontensi untuk menciptakan kondisi tersebut adalah pengembangan di sektor pariwisata. Salah satu daerah yang memiliki potensi wilayah di sektor pariwisata adalah Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan pecahan dari Kabupaten Deli serdang yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai. Pembentukan Kabupaten Serdang Bedagai bertujuan mendukung percepatan Pembangunan diwilayah Kabupaten Serdang Bedagai termasuk didalamnya Kecamatan Pantai Cermin. Universitas Sumatera Utara Kecamatan Pantai Cermin merupakan sebuah kecamatan yang berada di bagian timur kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Dengan panjang pantai sekitar 21 km menghadap selat malaka yang memiliki pantai yang landai dan bersih sangat berpotensial sekali untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata khususnya wisata bahari. Selain itu dengan jarak tempuh dari Medan sebagai ibukota propinsi sekitar 1 jam dan merupakan satu-satunya daerah wisata bahari terdekat dari Medan, ibukota provinsi Sumatera Utara, maka Pantai Cermin sangat wajar sekali untuk dapat perhatian guna dikembangkan menjadi Kawasan Wisata Bahari. Produk Domestik Regional Bruto PDRB merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan suatu daerah. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Di lihat dari PDRB Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008 atas harga konstan mencapai Rp. 297.529,37 juta ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007 dan 2006. Tahun 2007 PDRB Kecamatan Pantai Cemin mencapai Rp. 279.694,73 juta dan pada tahun 2006 PDRB Kecamatan Pantai Cemin mencapai Rp. 264.525,09 juta. Ini menunjukkan bahwa jumlah PDRB Kecamatan Pantai Cemin dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 disajikan Tabel 1.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1. DRB Kecamatan Pantai Cermin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006 – 2008 Juta Rupiah No Lapangan Usaha 2006 2007 2008 1 Pertanian 111.020,71 115.374,24 115.395,24 2 Pertambangan dan Penggalian 1.985,09 2.214,93 2.225,90 3 Industri 78.824,90 83.013,01 83.013,01 4 Listrik,Gas, dan Air Minum 2.114,79 2.388,15 2.391,18 5 Bangunan 22.006,89 26.291,29 26.302,25 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 42.615,23 44.767,45 44.775,61 7 Pengangkutan dan komunikasi 868,38 915,78 920,81 8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan dan Tanah, Jasa Perusahaan 6.464,62 6.845,19 6.835,17 9 Jasa-jasa 13.794,12 15.683,22 15.670,20 Produk Domestik Regional Bruto PDRB 264.525,09 279.694,73 297.529,37 Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai Keterangan : Angka Sementara Angka Sangat Sementara Peningkatan PDRB di sektor pariwisata dapat dilihat dari tumbuhnya perdagangan, hotel dan restoran serta jasa mencapai sekitar 4 dari tahun 2006 ke tahun 2008. Peningkatan tersebut dapat menunjukan bahwa sektor pariwisata di Kecamatan Pantai Cermin telah mengalami perkembangan namun pengembangan tersebut masih dapat ditingkatkan lagi bila menggunakan strategi yang tepat dalam menentukan arah pengemebangan kawasan wisata Pantai Cermin. Dalam perencanaan wilayah untuk pengembangan sektor pariwisata yang menjadikan Kecamatan Pantai Cermin sebagai suatu Kawasan Wisata Bahari harus dilihat dari berbagai aspek strategis multi dimensi. Pembangunan tidak Universitas Sumatera Utara dapat dilaksanakan hanya dari satu sisi saja melainkan secara menyeluruh lintas sektoral sehingga perencanaan wilayah tersebut dapat dikatakan terencana dengan baik yang berakhir pada tujuan utama yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan wilayah dalam pembangunan prasarana wisata harus mempertimbangkan kondisi dan lokasi yang akan meningkatkan aksesbilitas suatu obyek wisata yang pada gilirannya akan meningkatkan daya tarik dari obyek wisata itu sendiri. Selain itu, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotek, rumah sakit, pom bensin, pusat- pusat perbelanjaan dan lain-lain. Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah disusun suatu standar wisata yang baku baik secara nasional maupun internasional, sehingga penyediaan sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakan. Keterlibatan atau partisipasi masyarakat lokal menjadi penting bila dikaitkan dengan upaya keberlanjutan pariwisata itu sendiri dalam hal perlindungan terhadap lingkungan maupun manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat. Hal ini penting agar upaya pengembangan pariwisata tidak hanya demi meningkatkan pendapatan daerah tetapi juga betul-betul memberikan manfaat terutama yang berada di daerah obyek pariwisata yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara Apabila dicermati, disamping keuntungan materi yang dapat diraih, pesatnya perkembangan industri pariwisata seringkali menimbulkan berbagai tantangan baru yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Secara kategorial, tantangan baru itu meliputi sektor ekonomi, lingkungan hidup dan lingkungan sosial. Tantangan di sektor ekonomi terkait dengan apakah sektor indutri pariwisata itu mampu meningkatkan kesejahteran penduduk setempat. Sampai berapa jauh penduduk setempat dapat ikut berperan secara aktif dan menikmati keuntungan dalam pembangunan industri pariwisata mengingat kesiapan perorangan maupun kelembagaannya sosial adaptation. Tantangan di bidang lingkungan hidup menyangkut besarnya modal yang harus ditanam sehingga mendorong pengusaha untuk mengejar keuntungan materi sebesar-besarnya. Adakah keutungan materi itu seimbang dengan besarnya kerusakan yang ditimbulkan. Sedangkan tantangan sosial budaya menyangkut kesiapan penduduk untuk memanfaatkan peluang yang terbuka dan berperan serta dalam kegiatan subjek dalam meningkatkan kesejahteran mereka. Namun yang harus diperhatikan, walaupun dengan adanya pariwisata akan dapat menimbulkan dampak yang positif dari pembangunan bidang lainnya, pada umumnya orang terpikat oleh kemudahan usaha menjaring keuntungan materi dan lupa akan dampaknya bagi lingkungan dan kehidupan sosial budaya masyarakat yang terlibat dalam kegiatan secara langsung ataupun tak langsung. Pariwisata juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, misalkan peredaran obat-obatan terlarang, masuknya kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia seperti seks bebas dan mabuk-mabukan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan keterangan di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa sektor pariwisata di Pantai Cermin memiliki peluang yang lebih besar lagi untuk ditingkatkan dari perkembangannya saat ini. Sektor pariwisata dapat menjadi sektor unggulan lainnya disamping sektor pertanian dan sektor indsutri. Dengan meningkatnya sektor pariwisata diharapkan dapat menimbulkan multiplier effect terhadap kesejahteraan masyarakat disekitarnya. Permasalahan tersebut apabila tidak ditindaklanjuti maka akan menimbulkan efek negatif. Pengembangan wilayah yang diharapkan dapat menimbulkan multiplier effect pun tidak tercapai. Oleh karena itu, maka diperlukan suatu perencanaan wilayah yang baik yang dapat memanfaatkan kekuatan, dan peluang yang ada dengan meminimalisir kelemahan dan ancaman yang terjadi. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam tesis yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Kawasan Wisata dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai”.

1.2. Perumusan Masalah