Masyarakat Memiliki Tingkat Pendidikan yang Rendah Untuk

Kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator dari kesejahteraan masyarakat. Dengan menjaga kesehatan berarti kesejahteraannya juga meningkat. Menjaga kesehatan dalam kegiatan pariwisata diartikan sebagai pemahaman masyarakat dalam mengelola sanitasi lingkungan, perbaikan gizi serta pengelolaan limbah dan sampah. Masyarakat disekitar lokasi wisata dan yang berdagang disekitar lokasi wisata cenderung tidak memperhatikan kesehatannya. Hal ini dapat terlihat seperti pembuangan sampah sembarang disekitar lokasi wisata, tidak adanya pengelolaan limbah bagi rumah makan dan indutri lainnya, juga minimnya sarana sanitasi lingkungan. Bila hal ini tidak diatasi akan mengakibatkan lokasi wisata menjadi kumuh, berantakan mengakibatkan rendahnya daya tarik wisata bagi wisatawan untuk berkunjung. Oleh sebab itu, pemerintah diharapkan dapat meberikan penyuluhan dan bimbingan untuk memperbaiki kondisi tersebut.

5. Masyarakat Memiliki Tingkat Pendidikan yang Rendah Untuk

Menciptakan Kreativitas di Sektor Pariwisata Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat untuk menciptakan kreativitas di sektor pariwisata berada pada posisi yang ketiga dari faktor kelemahan yang ada dengan skor 0,307. Pendidikan masyarakat merupakan tingkat pengetahuan masyarakat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam berkarya dan berusaha khususnya di sektor pariwisata. Dengan pendidikan, masyarakat dapat mengembangkan kreativitas yang dimiliki untuk mengadakan event-event yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata Pantai Cermin. Universitas Sumatera Utara Rendahnya pendidikan yang dimiliki masyarakat di sekitar kawasan lokasi wisata mengakibatkan rendahnya kreativitas yang dapat disajikan bagi wisatawan sehingga pada akhirnya masyarakat mendapatkan pendapatan yang rendah dan kesejahteraan masyarakat tidak tercapai. Dalam hal ini, pemerintah daerah telah membangun sarana pendidikan yang mengarah ke dunia pariwisata dengan mengembangkan sekolah kejuruan dibidang pariwisata dan perhotelan serta pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar lokasi wisata.

C. Strategic Advantege Profile SAP

Berdasarkan pemberian bobot dan nilai yang telah dilakukan oleh responden yang terlibat maka tahap selanjutnya adalah mengetahui posisi Strategic Advantage Profile dari kawasan wisata Pantai Cermin. Untuk mengetahui posisi SAP dilakukan penjumlahan skor total elemen kekuatan dan kelemahan. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui skor kekuatan sebesar 2,324 dan skor elemen kelemahan sebesar 1,675 sehingga skor total dari kedua elemen internal sebesar 3,999. Dengan skor total tersebut maka usaha pemanfaatan kawasan wisata Pantai Cermin sebagai objek wisata pantai alam dalam kategori usaha kuat, maksudnya usaha pemanfaatan tersebut mampu memberikan manfaat ekonomi berupa peningkatan PAD kepada Pemda Kabupaten Serdang Bedagai. Meskipun usaha pemanfaatan pantai sebagai objek wisata termasuk dalam usaha kuat yang perlu diperhatikan adalah usaha untuk meminimalisasikan kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam usaha pengembangan kawasan wisata. Tanpa ada usaha untuk meminimalkan ataupun Universitas Sumatera Utara mengatasi segala kelemahan dalam usaha pemanfaatan pantai sebagai objek wisata dikhawatirkan usaha yang dilakukan akan mengancam eksistensi eksosistem pantai yang pada akhirnya akan berpengaruh pada jumlah kunjungan wisata yang terjadi. Sumber: Data diolah

4.2.3.2 Analisis Faktor-Faktor Ekternal A. Elemen Peluang

Tabel 4.23 Perhitungan Skor Elemen Peluang No Faktor Bobot Nilai B x N 1 Kebijakan otonomi daerah 0,253 4,0 1,012

2 Program Pemerintah Pusat Visit Indonesia 2010

0,228 3,6 0,821

3 PNPM- Mandiri

0,203 3,2 0,650 4 Posisi Kecamatan Pantai Cermin yang berdekatan dengan rencana pembangunan Bandara Kuala Namu dan rencana Tol Medan-Tebing Tinggi 0,127 2,0 0,254 5 Adanya Investor Asing yang mau mengembangkan kawasan wisata Pantai Cermin 0,189 3,0 0,567 Jumlah 1 3,304 Sumber: Data diolah

1. Kebijakan Otonomi Daerah