Nilai Kepadatan Kepadatan Relatif, dan Frekuensi Kehadiran Makrozoobenthos

Jumlah individu makrozoobenthos yang terbanyak terdapat di stasiun 3 sebanyak 363 individu dan jumlah yang paling sedikit terdapat di stasiun 1 sebanyak 93 individu. Hal ini dikarenakan stasiun 3 merupakan lokasi yang lebih cocok untuk mendukung kehidupan makrozoobenthos tersebut, seperti oksigen terlarut yang tinggi dan juga kejenuhan oksigen Tabel 3.2. Oksigen sangat dibutuhkan oleh makrozoobenthos dalam proses respirasi dan aktivitas metabolisme lainnya.

3.1.1 Nilai Kepadatan Kepadatan Relatif, dan Frekuensi Kehadiran Makrozoobenthos

Nilai Kepadatan K, Kepadatan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK makrozoobenthos pada setiap stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.1 berikut: Tabel 3.1.1 Nilai Kepadatan Populasi ind.m 2 , Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran pada setiap stasiun penelitian Dari Tabel 3.1.1 diketahui bahwa nilai K dan KR tertinggi pada stasiun 1 pada genus Faunus dengan nilai 39,26 indm 2 dan 54,64 , sedangkan yang terendah pada genus Rhabdolaimus dengan nilai 0,74 indm 2 dan 1,03. Nilai FK tertinggi pada genus Fusconaia dengan nilai 80 dan terendah pada genus Melanoides dan Rhabdolaimus dengan nilai 6,6. Besarnya nilai K dan KR Faunus dikarenakan nutrisi yang dibutuhkan sangat mendukung pertumbuhannya, seperti kelarutan oksigen dan kecepatan arus Tabel 3.2. Menurut Dharma 1988, genus Faunus merupakan siput air tawar, umumnya di muara sungai dan perairan yang tenang, sebagian di daerah Genera Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 K KR FK K KR FK K KR FK K KR FK K KR FK Cardisoma - - - - - - 0,74 0,28 6,66 - - - - - - Cerithidea - - - - - - - - - - - - 2,22 1,97 13,33 Clithon - - - 30,37 38,68 46,66 - - - - - - - - - Donax - - - - - - - - - - - - 1,48 1,32 6,66 Faunus 39,26 54,64 60 16,30 20,75 26,66 159,26 61,08 80 191,11 84,87 100 2,96 2,63 13,33 Fusconaia 29,63 41,24 80 12,59 16,04 53,33 6,67 2,56 26,66 - - - 5,19 4,61 20 Mactra sp1 - - - - - - - - - - - - 1,48 1,32 6,66 Mactra sp2 - - - - - - - - - - - - 0,74 0,66 6,66 Melanoides 2,22 3,09 6,66 19,26 24,53 33,33 91,85 35,23 86,66 28,15 12,50 40 17,78 15,79 26,66 Nereis - - - - - - - - - 2,22 0,99 6,66 64,44 57,24 73,33 Nerita - - - - - - 2,22 0,85 13,33 3,70 1,64 6,66 4,44 3,95 13,33 Pisania - - - - - - - - - - - - 7,41 6,58 33,33 Psammotreata - - - - - - - - - - - - 4,44 3,95 33,33 Rhabdolaimus 0,74 1,03 6,66 - - - - - - - - - - - - Jumlah 71,85 100 78,52 100 260,74 100 225,19 100 112,59 100 Universitas Sumatera Utara pasang surut. Cangkangnya berukuran kecil antara 6-8,5 cm, bentuk cangkangnya memanjang. Termasuk hewan herbivorus dan ovoviviparus. Pada stasiun 2 nilai K dan KR tertinggi pada genus Clithon dengan nilai 30,37 indm 2 dan 38,68, sedangkan yang terendah pada genus Fusconaia dengan nilai 12,59 indm 2 dan 16,04. Nilai FK tertinggi pada genus Fusconaia dengan nilai 53,33 dan terendah pada genus Faunus dengan nilai 33,33. Besarnya nilai K dan KR Clithon disebabkan oleh nutrisi dan sampah organik yang sesuai untuk pertumbuhannya sehingga cukup banyak dan ditemukan hanya pada stasiun ini. Menurut Dharma 1988, genus Clithon termasuk gastropoda yang umum ditemukan di muara sungai dan daerah pasang surut. Ukuran cangkang kecil 0,8-1 cm dan termasuk herbivorus. Hal ini didukung oleh Haynes 2005, menyatakan bahwa Clithon merupakan gastropoda yang menghabiskan seluruh siklus hidupnya di air tawar dan sedikit tergenang dan sebagian pada lumpur air payau. Genera ini tersebar luas di daerah tropis, umumnya memiliki papilla dan bersifat detritus pada substrat. Pada stasiun 3 nilai K dan KR tertinggi pada genus Faunus dengan nilai 159,26 indm 2 sedangkan terendah pada genus Cardisoma dengan nilai 0,74 indm 2 dan 0,8 . Nilai FK tertinggi pada genus Melanoides dengan nilai 80 dan terendah pada genus Cardisoma dengan nilai 6,66. Besarnya nilai K dan KR genus Faunus dikarenakan faktor biotik dan abiotik pada stasiun ini cukup mendukung pertumbuhannya, seperti kelarutan oksigen yang tinggi dan kejenuhan oksigen Tabel 3.2 yang sangat dibutuhkan oleh hewan tersebut dalam proses respirasi dan metabolisme lainnya. Pada stasiun 4 nilai K dan KR, FK tertinggi terdapat pada Faunus dengan masing-masing nilai 191,11 indm 2 , 84,86 dan 100 sedangkan yang terendah pada genus Nereis dengan masing-masing nilai 2,22 dan 0,99 . dan 6,66. Sama halnya seperti stasiun 3, faktor abiotik untuk pertumbuhan genus ini sangat mendukung, terutama kelarutan oksigen dan kejenuhan oksigen yang masih relatif tinggi dan tidak berbeda jauh dengan stasiun 3. Universitas Sumatera Utara Pada stasiun 5 nilai K, KR dan FKtertinggi pada genus Nereis dengan masing- masing nilai 64,44 indm 2 , 57,24 dan 73,33. Nilai K dan KR terendah dimiliki oleh genus Mactra sp2 dengan nilai 0,74 indm 2 dan 0,66 sedangkan FK terendah pada genus Donax dengan nilai 6,66. Besarnya nilai kepadatan Nereis dikarenakan faktor lingkungan yang merupakan daerah pasang surut sangat mendukung pertumbuhannya, termasuk substrat berlumpur dan memiliki salinitas yang lebih tinggi daripada stasiun yang lainnya karena terjadi pencampuran air dan substrat saat gelombang pasan dan surut yang sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Costa et al. 2006, genus Nereis tersebar luas di muara sungai dan daerah pasang surut dan menunjukkan toleransi fisiologis tinggi untuk variasi faktor lingkungan yang ekstrim, dapat tumbuh dan bereproduksi dalam jenis sedimen yang berbeda dan dalam menekankan lingkungan. Pada umumnya kelompok ini lebih cepat beradaptasi dengan kondisi bahan organik tinggi. Genus ini memiliki kapasitas yang luas mengenai ukuran makanan yang ia makan, yang berkisar dari makrozoobentos, diatom mikro, untuk bahan organik terfragmentasi termasuk detritus. Jenis ini dapat juga menggunakan strategi yang berbeda untuk menangkap makanannya, menangkap makanan pada permukaan sedimen. Genus Faunus dan Melanoides sangat dominan muncul hampir pada setiap stasiun penelitian. Jumlahnya lebih sedikit ditemukan pada stasiun 5 muara sungai. Hal ini disebabkan oleh faktor fisik kimia perairan pada setiap stasiun tersebut cocok untuk pertumbuhannya, seperti pH, DO, dan kecepatan arus. Berkurangnya jumlah genus ini pada stasiun 5 dikarenakan pada stasiun tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang-surut sehingga kawasan tersebut memiliki salinitas yang lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya. Perbedaan salinitas tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan genus tersebut. Menurut Francis et all. 2011, genus Faunus dan Melanoides merupakan gastropoda yang hidup di hilir sungai dengan sedikit pengaruh payau. Periostracum melindungi shell dari lingkungan yang asam habitatnya. Radula yang kuat menunjukkan bahwa genus ini adalah herbivorus. Genus Rhabdolaimus merupakan salah satu genus yang ditemukan hanya pada stasiun 1 kawasan perkebunan. Hal ini mungkin dikarenakan genus ini memiliki habitat yang banyak terkandung bahan organik pada substrat yang dibutuhkannya Universitas Sumatera Utara sebagai sumber nutrisi. Menurut Peters 2005, Rhabdolaimus merupakan jenis nematoda yang hidupnya di perairan pada substrat lumpur yang sedikit keras. Umumnya hidup pada daerah yang oligotrofik dan dangkal. Genus Cerithidea, Donax, Mactra, Pisania, dan Psammotreata merupakan jenis moluska yang habitatnya di perairan payau hingga laut. Genus ini ditemukan hanya pada stasiun 5 kawasan muara sungai. Kawasan ini termasuk daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga memungkinkan adanya pencampuran substrat dan biota juga dapat terbawa oleh gelombang tersebut. Menurut Laxmilatha 2009, genera tersebut merupakan jenis moluska laut yang ditemukan di zona ombak pantai berpasir yang terbuka. Merupakan kelompok hewan filter feeder, memiliki bentuk cangkang sangat bervariasi, umumnya subtriangular, subovate, atau oval. Genus Cardisoma adalah salah satu genus yang hanya terdapat di stasiun 3 daerah pemukiman penduduk. Hal ini dikarenakan kondisi substrat pada stasiun ini cocok untuk kehidupan genus tersebut, yang merupakan kawasan yang cukup banyak tumpukan semak dan sampah organik lain. Menurut Miculka 2009, Cardisoma merupakan kepiting tanah yang hidupnya di dalam liang di sekitar wilayah pesisir. Hidupnya di dalam lubang tanah, atau semak-semak, serasah tanah, sampah tumpukan yang berada di sekitar padang rumput pantai. Koloninya ditemukan di dekat air payau dan biasanya dekat outlet sungai ke laut.

3.1.2 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E