1.2 Permasalahan
Hilir sungai Padang kabupaten Batubara banyak digunakan oleh masyarakat sekitar untuk berbagai kegiatan, seperti domestik, pertanian, perkebunan, pengerukan
pasir, dan juga dermaga kapal nelayan. Beragamnya aktivitas manusia ini akan mempengaruhi faktor fisik kimia perairan, sehingga secara tidak langsung juga akan
berpengaruh terhadap keanekaragaman makrozoobenthos. Namun demikian sampai saat ini belum diketahui bagaimanakah keanekaragaman makrozoobenthos di hilir
Sungai Padang tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui keanekaragaman makrozoobentos di hilir Sungai Padang.
b. Untuk mengetahui hubungan faktor fisik kimia terhadap keanekaragaman
makrozoobentos di hilir Sungai Padang.
1.4 Hipotesis
a. Terdapat perbedaan keanekaragaman makrozoobenthos pada beberapa lokasi di
hilir Sungai Padang. b.
Terdapat hubungan faktor fisik kimia perairan dengan keanekaragaman makrozoobenthos di hilir Sungai Padang.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Memberikan informasi mengenai keanekaragaman makrozoobenthos di hilir
Sungai Padang. b.
Memberikan informasi yang berguna bagi pihak yang membutuhkan tentang kondisi lingkungan perairan hilir Sungai Padang.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
BAHAN DAN METODE
2.1 Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 pada beberapa lokasi di hilir Sungai Padang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. Metode yang
digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel makrozoobenthos adalah Purposive Sampling pada lima stasiun pengamatan. Pada
masing-masing stasiun dilakukan 15 kali ulangan pengambilan sampel yaitu 5 ulangan pada setiap pinggiran sungai dan 5 ulangan pada bagian tengah sungai.
2.2 Deskripsi Area
Disepanjang hilir sungai Padang banyak terdapat aktifitas manusia, diantaranya adalah: kawasan perkebunan, pengerukan pasir, limbah rumah tangga domestik, dan
dermaga kapal-kapal nelayan bersandar. Banyaknya aktifitas manusia ini akan mempengaruhi faktor fisik kimia perairan yang juga akan mempengaruhi keberadaan
makrozoobenthos.
Di kawasan hilir sungai ini juga ditemukan muara sungai yang merupakan tempat bertemunya antara air sungai dengan air laut. Pada hilir sungai ini pengambilan
sampel dilakukan pada lima stasiun sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Stasiun 1
Daerah ini merupakan kawasan perkebunan sawit. Kawasan ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh pupuk di sekitar perkebunan. Secara geografis stasiun ini
terletak pada 03 21’ 45,6” LU – 099
24’ 20,4” BT. Substrat pada stasiun ini merupakan lumpur berpasir. Kedalaman berkisar antara 30 cm-150 cm, vegetasi
disekitar pinggiran sungai berupa rumput-rumputan dan sawit.
Gambar 2.1 Foto areal penelitian pada stasiun 1 kawasan perkebunan
2.2.2 Stasiun 2
Stasiun ini merupakan tempat pengerukan pasir dengan menggunakan mesin sederhana. Mesin sederhana tersebut menggunakan air sebagai pendingin dan akan
membuangnya kembali ke badan sungai. Secara geografis terletak diantara 03 22’
01,00” LU- 099 24’ 32,1” BT. Substrat pada stasiun ini merupakan lumpur berpasir.
Kedalaman berkisar 100 cm- 300 cm, vegetasi di sekitar pinggiran sungai berupa rumput-rumputan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Foto areal penelitian pada stasiun 2 kawasan pengerukan pasir
2.2.3 Stasiun 3
Di sekitar pinggiran sungai terdapat kawasan pemukiman penduduk dan juga sebagai tempat mandi, menyuci, dan kakus. Kawasan ini banyak ditemukan limbah
organik rumah tangga. Secara geografis terletak diantara 03 22 22,3 LU dan 099
24 42,1 BT. Substrat pada stasiun ini merupakan lumpur berpasir. Kedalaman berkisar antara 30 cm-150 cm. Vegetasi di sekitar pinggiran sungai berupa rumput-
rumputan.
Gambar 2.3 Foto areal penelitian pada stasiun 3 kawasan pemukiman
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Stasiun 4
Pada stasiun ini terdapat dermaga kapal para nelayan bersandar. Pada kawasan dermaga ini banyak ditemukan limbah minyak dari kapal para nelayan. Secara
geografis stasiun ini berada diantara 03 22 32,7 LU - 099
24 48,9 BT. Substrat pada stasiun ini merupakan lumpur berpasir. Kedalaman berkisar 40 cm-150 cm,
vegetasi di sekitar pinggiran sungai berupa rumput-rumputan.
Gambar 2.4 Foto areal penelitian pada stasiun 4 kawasan dermaga
2.2.5 Stasiun 5
Daerah ini merupakan muara sungai, dimana air tawar bertemu air laut estuaria. Daerah ini dipengaruhi oleh gelombang pasang surut dan termasuk
kawasan perairan payau. Secara geografis terletak diantara 03⁰ 22’ 33,1” LU - 099⁰ 24’ 48,3” BT. Substrat pada stasiun ini adalah lumpur berpasir. Kedalaman berkisar
antara 30 cm-120 cm, vegetasi di sekitar pinggiran sungai berupa mangrove umumnya Ipomea pescaprae.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Foto areal penelitian pada stasiun 5 kawasan muara sungai
2.3 Pengambilan Sampel Makrozoobenthos
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan surber net yang diletakkan di dasar sungai dan dikeruk substratnya. Sampel yang didapat disortir dari
substrat dengan menggunakan Metode Hand Sortir, selanjutnya dibersihkan dengan air dan dimasukkan ke dalam botol koleksi yang berisi alkohol 70 sebagai pengawet
lalu diberi label, selanjutnya diidentifikasi sampel di Laboratorium Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Departemen Biologi FMIPA USU dengan
menggunakan buku acuan identifikasi seperti Edmonson 1963, Pennak 1978, dan Dharma 1988; 2005.
2.4 Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan