Evaluasi Keberadaan Teknologi Pengolahan Limbah Padat Pabrik Kelapa Sawit dengan Metode Fuzzy Delphi di PTPN IV Unit Pabatu

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, 2013.Penentuan Prioritas untuk Pemilihan Komponen Gravel Pump Menggunakan Analytic Hierarchy Process. Yogyakarta : UII.

Anonim.2004. Laporan Penelitian Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit untuk Aplikasi Lahan PT.MP Leidong West Indonesia di Kecamatan Simpang Teritip.Bangka Belitung : Unsri.

Dakley C, Norman, 1969. The Delphi Method : An Experimental Study Of Group Opinion, United States Air Force Project Rand

Dedik, Budianta. 2004. Evaluasi Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit terhadap Ketersediaan Hara dan Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit. Palembang: Universitas Sriwijaya

Departemen Agrikultura Amerika Serikat (USDA).2013. Oilseed:World Markets and Trade. Amerika

Garrod, B. (2007) The Delphi Technique. University of Wales Abersytwyth. Wales:Institute of Rulal Sience

Harold A, Linstone., 2002.The Delphi Method , New Jersey Institute Of Technology: Amerika

Junaidi, Modul Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI, 2011), (Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam)

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan LemakPangan Cetakan Pertama. UI-Press. Jakarta.


(2)

Ngalim Purwanto, 2002.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

Petrus,Nugro.2009. Studi Banding Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Pusat Penelitian Kelapa Sawit.2006.Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Ditjen PPHP Departemen Pertanian.

Risza, S. 1994 Kelapa Sawit : Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Rosnani Ginting, 2010. Perancangan Produk, Yogyakarta:Graha Ilmu

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2008, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara)

Sukaria Sinulingga, , 2011. Metode Penelitian. Medan : USU Press

Sri Kusumadewi, 2006 Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (FUZZY MADM), Yogyakarta:Graha Ilmu

Taiz L, Zeiger E. 2006. Plant Physiology Edisi Keempat. Massachusetts. Sinaver associates, inc

TL.Saaty, 1993. Pengambilan Keputusan. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo

Ubuh Buchara H,2013. Analisis Keputusan, Bandung : Penerbit ITB

Yusuf Anshori. 2012. Pendekatan Triangular Fuzzy Number Dalam Metode Analytic Hierarchy Process. Universitas Tadulako : Teknik Elektro.


(3)

Zeven, A.C dkk.1975. Dictionary Of Cultivated Plants and Their Cemtres of Diversity, Excluding omamentals, Forest Trees and Lowers Plants. Wageningen:Centre for Agricultural Publishing and Documentation.


(4)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Minyak Kelapa Sawit

Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapilarut dalam pelarut organik non-polar, misalnya2H5OC2H53), benzena dan hidrokarbon

lainnya yang polaritasnya sama. Minyak merupakan senyawaan triasgliserol, yang berarti “triester dari gliserol”. Jadi minyak juga merupakan senyawaan dan rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang (Taiz, 2006).Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) dikenal terdiri dari empat macam tipe atau varietas, yaitu tipe Macrocarya, Dura, Tenera dan Pisifera2

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) merupakan tanaman tahunan penghasil minyak nabati yang sangat bermanfaat untuk manusia dan banyak dibudidayakan di daerah tropika termasuk di Indonesia. Tanaman kelapa sawit awalnya banyak berkembang di afrika, kemudian menyebar sampai

2S. Kataren. Penghantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan Cetakan Pertama. Jakarta:UI-Press.1986


(5)

asiatenggara dan amerika tengah3. Sedangkan bapak kelahiran industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah seorang belgia bernama Adrien Hallet.Beliau pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit secara komersial dalam bentuk perkebunan di sungai liput (Aceh) dan Pulau Raja (Asahan)4. Komoditas kelapa sawit mempunya prospek yang sangat cerah disebabkan oleh beragamnya kegunaan minyak kelapa sawit, antara lain sebagi sumber minyak nabati, kosmetika, obat-obatan, serta untuk bahan baku industri kimia lainnya5

Dalam Setiap proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) akan menyisakan berbagai bahan ikutan yang berupa limbah antara lain ampas dan tandan buah kosong yang dapat di abukan sebagai sumber kalium, ampas inti sawit untuk pakan ternak, tempuruh dapat diolah menjadi karbon arang aktif, batang dan daun sebagai bahan pembuatan partical board atau dapat juga digunakan sebagai mulsa, dan limbah cair yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk organik cair. Hasil analisis pengolahan setiap 100% tandan buah segar (TBS) dalam pabrik kelapa sawit akan menghasilkan 21,5% tandan buah kosong 22,5% CPO dan sekitar 56% merupakan limbah cair

.

6

3Zeven, A.C dkk.Dictionary Of Cultivated Plants and Their Cemtres of Diversity, Excluding

omamentals, Forest Trees and Lowers Plants. Wageningen:Centre for Agricultural Publishing

and Documentation. 1975.

4Risza, S. Kelapa Sawit : Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.1994 5

Syamsulbahri.Bercocok Tanaman Perkebunan Tahunan. Malang : Fakutltas Pertanian Universitas Brawijaya

6

Anonim.Laporan Penelitian Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit untuk Aplikasi

Lahan PT.MP Leidong West Indonesia di Kecamatan Simpang Teritip. Bangka Belitung : Unsri. 2004


(6)

3.2. Limbah Kelapa Sawit7

Jenis

3.2.1. Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit

Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama limbah padat yang terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain.Sedangkan limbah cair yang terjadi pada in house keeping.Limbah pada dan limbah cair pada generasi berikutnya dapat dilihat pada gambar 3.1.Pada gambar tersebut terlihat bahwa limbah yang terjadi pada generasi pertama dapat dimanfaatkan dan terjadi limbah berikutnya. Pada Gambar 3.2. dan Tabel 3.1. terlihat potensi dan fraksional limbah yang dapat dimanfaatan sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah dapat dimanfaatkan sebagi sumber unsur bara yang mampu menggantikan pupuk sintesis.

Tabel 3.1.Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Potensi per ton

TBS (%) Manfaat

Tandan Kosong 23,0 Pupul kompos, pulp kertas, papan partikel, energi Wet Decanter

Solid 4,0

Pupuk, kompos, makanan ternak.

Cangkang 6,5 Arang, karbon aktif, papan partikel

Serabut (fiber) 13,0 Energi, pulp kertas, papan, partikel

Limbah Cair 50 Pupuk, air irigasi

Air Kondesat Air umpan Boiler

Sumber: Tim PT. SP (2000)

7

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Ditjen


(7)

Gambar 3.1. Pohon Industri Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit

Gambar 3.2.fraksionasi Hasil Pengolahan Tandan Buah Segar

Limbah padat tandan kosong (TKS) merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup besar yaitu 6 juta ton yang tercatat pada tahun 2004, namun


(8)

pemanfaatannya masih terbatas.Limbah tersebut selama ini dibakar dan sebagian diterbarkan dilapangan sebagai mulsa. Presentase tankos terhadap TBS sekitar 20% dan setiap ton tankos mengandung unsur hara N, P, K, dan Mg berturut-turut setara dengan 3 kg Urea: 0,6 Kg CIRP; 12 Kg MOP; dan 2 Kg kieserit. Dengan demikian dari satu unit PKS kapasitas olah 30 ton TBS/jam atau 600 ton TBS/hari akan menghasilkan pupuk N, P, K dan Mg beruturt-turut setara dengan 360 Kg Urea, 72 Kg CIRP; 1.440 Kg MOP; dan 240 Kg kiserit (Lubis dan Tobing 1989). Potensi dan pemanfaatan TKS dari limbah PKS sebagai hara dalam suatu luasan areal tertentu dapat kita lihat pada tabel 3.2.berikut:

Tabel 3.2.Potensi dan Pemanfaatan TKS dari Limbah PKS sebagai Hara dalam Suatu Luasan

Kapasitas Pabrik (Ton/jam)*

TKS (Ton/th)**

Luasan yang dapat Diaplikasi TKS (ha/th)***

30 31.200 780

45 46.800 1.170

60 62.400 1.560

Keterangan : * = jam kerja pabrik 2 jam per hari, hari kerja dalam 1 tahun = 260 hari

** = 20% TBS merupakan TKS *** = dosis 40 ton TKS/ha

Sedangkan limbah padat seperti cangkang dan serat sebesar 1,73 juta ton dan 3,74 ton. Dari hasil perhitungan untuk setiap hektar tanaman memberikan gambaran dan informasi untuk menentukan kelayakan daur ulang limbah sawit


(9)

sebagai pupuk tanaman.Pada tabel 3.3.dibawah ini disajikan potensi limbah padat kelapa sawit sebagai hara.

Tabel 3.3. Potensi Limbah Padat Kelapa Sawit Sebagai Hara

No.

Limbah Kelapa Sawit dari Peremajaan dan Bobot Kering/ha

Tanaman

Bobot dalam Kg/Ha Tanaman

N P K Mg Ca

1. Batang Sawit 74,48 ton 368,2 35,5 527,4 82,3 166,4 2. Pelepah 14,47 150,1 13,9 193,9 24,0 35,7 3. Pangkasan 10,40 ton/tahun 107,9 10,0 139,4 17,2 25,6 4. Serat buah 1,63 ton 5,2 1,3 7,6 2,0 1,8

5. Cangkang 0,94 ton 3,0 0,1 0,8 0,2 0,2

Satu hektar tanaman kelapa sawit menghasilkan pelepah daun dengan bobot kering 14,47 ton sekali dalam 30 tahun (peremajaan) dan 10,40 ton dari pangkasan setahun. Produksi TBS setahun sekitar 20,80 ton dengan bobot kering 10,59 ton dan tanaman kosong 22% dari jumlah TBS yaitu 4,42 ton dengan bobot kering 1,55 ton.

Dalam upaya pemanfaatan limbah kelapa sawit secara optimal untuk setiap kasus, perlu dikasi beberapa aspek teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan seperti berikut:

1. Jumlah, waktu pengadaan dan lokasi limbah maupun fluktuasinya sepanjang tahun dan musim

2. Pemanfaatan di lapangan, jumlah biomasa, kebutuhan tenaga kerja, peralatan, kondisi jalan, bahaya, resiko kerusakan atau pelapukan

3. Transportasi, volume limbah, jarak sampai di tujuan, kondisi jalan

4. Struktur fisik dan komposisi kimia maupun kandungan energi (nilai kalor bakar) bahan limbah


(10)

5. Berbagai alternatif pemanfaatan limbah, teknologi yang tersedia, biaya dan nilai produk yang dihasilkan

6. Tingkat pencemaran lingkungan dan teknologi penanganan untuk kelestarian lingkungan hidup

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, maka pemanfaatan limbah dapat dilakukan secara optimal.

3.2.2. Karakteristik Limbah Kelapa Sawit

Hampir seluruh air buangan PKS mengandung bahan organik yang dapat mengalami degradasi. Oleh karenanya dalam pengolahan limbah perlu diketahui karakteristik limbah tersebut, antara lain yaitu:

1. Dari balance sheet ekstraksi minyak kelapa sawi diketahui bahwa jumlah air limbah yang dihasilkan dari 1 ton CPO yang diproduksi adalah 2,50 ton disajikan pada tabel 3.4. berikut:

Tabel 3.4. Komposisi Jumlah Air Limbah dari 1 ton CPO

No. Uraian Kapasitas (ton)

1. Air 2,35

2. NOS (Non Oil Solid) 0,13

3. Minyak 0,02

Jumlah 2,50

Efesiensi pabrik kelapa sawit dapat ditingkatkan dengan pemakaian decanter yang hanya menghasilkan limbah cair sekitar 0,3-0,4 ton untuk setiap 1 ton TBS yang diolah, sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat ditekan hanya 24 ton/jam atau 1,667 m3 per 1 ton CPO yang dihasilkan. Limbah cair yang akan dihasilkan dari seluruh tandan buah segar yang di olah.


(11)

2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap PKS milik PTP (dianggap mewakili PKS pada umumnya) oleh Bank Dunia diketahui bahwa kualitas limbah cair (inlet) yang dihasilkan berpotensi mencemari badan air penerima limbah yang dapat dilihat pada tabel 3.5. berikut:

Tabel 3.5. Kualitas Limbah Cair (inlet) Pabrik Kelapa Sawit

No. Parameter

Lingkungan Satuan

Limbah Cair Baku Mutu

MENLH Kisaran Rata-rata

1. BOD mg/l 8.200-35.00 21.280 250

2. COD mg/l 15.103-65.100 34.720 500

3. TSS mg/l 1.330-50.700 31.170 300

4. Nitrogen Total mg/l 12-126 41 20

5. Minyak dan

Lemak mg/l 190-14.720 3.075 30

6. PH - 3,3-4,6 4.0 6-9

3. Kandungan hara spesifik dari limbah kelapa sawit secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 3.6. sebagai berikut:

Tabel 3.6. Kandungan Hara Limbah Kelapa Sawit

No. Limbah Kelapa Sawit

Kandungan atas dasar % Berat Kering

N P K Mg Ca

1. Batang Pohon 0,488 0,047 0,699 0,117 0,194 2. -Pelepah

-Daun 2,38 0,373 0,157 0,066 1,116 0,873 0,287 0,161 0,568 0,295 3. Tandan Kosong 0,350 0,028 2,285 0,175 0,149 4. Serat Buah 0,320 0,080 0,470 0,020 0,110 5. Cangkang 0,330 0,010 0,090 0,020 0,020 4. Kandungan hara dalam abu hasil pembakaran tandan kosong dan serat serta


(12)

Tabel 3.7. Kandungan Tandan Kosong, Serat dan Cangkang

Abu Hasil Pembakaran Kandungan Hara (%)

P K Ca

Tandan Kosong 1,25 – 2,18 24,9 – 33,2 5,4 Serat dan Cangkang 1,74 – 2,61 16,6 – 24,9 7,1

5. Dengan teknologi terkini, kayu sawit yang memiliki sifat dasar atau kualitas penggunaannya yang rendah dibandingkan dengan kayu biasa ternyata dapat menjadi bahan baku mebel yang potensial. Kepala Badan Litbang Hutan pun mengatakan bahwa produk tersebut selama ini banyak dicari pemberi dari luar negeri, karen selain corak kayunya unik juga memiliki kekuatan yang cukup bagus. Sehingga batang kelapa sawit ini layak disejajarkan dengan kayu komersial lain yang harganya lebih mahal. Selain itu penggunaan rsin dalam pengolahan batang kayu atau kayu kelapa sawit sangat murah dan mudah digunakan dibandingkan dengan bahan impor yang umum digunakan dalam modifikasi kayu.

6. Diketahui dari uji panjang serat dan diameter serat metode Franklin dari sifat fisik dan morfologi serat, serat janjang kosong termasuk serat pendek <1 mm. Kadar selulose 45,19%, menunjukan bahwa janjang kosong cukup baik untuk dibuat pulp. Rendemen 45%, derajat putih 82%, derajat giling 33-430SR dengan kondisi optimum, indeks retak, tarik, cukup tinggi, indeks sobek masih dalam batas yang diijinkan.


(13)

3.2.3. Limbah Cair Kelapa Sawit

Proses pengolahan kelapa sawit menghasilkan juga limbah cair (palm oil mill effluent) yang berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi dan dari hidrosiklon. Sebagaimana hasil limbah pertanian lainnya, limbah cair kelapa sawit mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi.Tingginya bahan organik tersebut mengakibatkan beban pencemaran yang semakin besar, karena diperlukan degradasi bahan organik yang lebih besar. Salah satu limbah cair industri kelapa sawit yang penting karena diduga sebagai penyebab pencemaran lingkungan adalah lumpur (sludge) yang berasal dari proses klarifikasi atau disebut lumpur primer (Sa‟id, 1996).

Seperti halnya limbah cair industri hasil pertanian lainnya, limbah cair industri minyak kelapa sawit mengandung bahan organik yang sangat tinggi, sehingga kadar bahan pencemar akan semakin tinggi. Limbah cair industri minyakkelapa sawit umumnya mengandung minyak dan lemak. Hal ini disebabkan proses ekstraksi minyak kelapa sawit menggunakan uap air, sehingga air buangan dari proses ini akan mengandung minyak, disamping itu, sifatnya yang cenderung asam jika dibiarkan lama pH akan turun mencapai lebih kecil dari empat (Anonim, 1998). Semakin banyak bahan-bahan organik pada limbah cair, maka semakin besar pula nilai biological oxygen demand (BOD) limbah tersebut (Anonim, 1995). Pengaruhnya apabila limbah dibuang langsung tanpa di tangani terlebih dahulu akan mengakibatkan dampak lingkungan yang menyebabkan pengurangan kadar oksigen di dalam badan air yang menerimanya


(14)

sebagai akibat dari terjadinya pemecahan bahan-bahan organik (Anonim, 1995).

Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan makhluk hidup yang membutuhkan oksigen di dalam air akan terganggu dan menghambat perkembangannya (Kementerian Lingkungan Hidup, 2005).

3.2.4. Limbah Padat Kelapa Sawit

Sa‟id (1996) menyebutkan bahwa limbah padat industri kelapa sawit mempunyai kekhasan tersendiri pada komposisinya.Komponen bahan terbesar dari limbah padat adalah selulosa disamping hemiselulolsa dan lignin.alam jumlah yang lebih kecil. Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit yang terbesar adalah tandan kosong sawit (TKS).

Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (100%)

Tandan Kosong 21,5% Brondolan 67% Biji dan Ampas 23,5 % CPO Kasar 43,5%

Penguapan : 0.4% Blowdon : 11,1 %

CPO 22,5% Solid 4,1% Air 16,9 % Biji 10,4% Kernel 5% Cangkang 5,4% Ampas 12,9% Serat 11,5% Air 1,4% Unsur N 1,5% Unsur P 0,5% Unsur K 7,3% Unsur Mg 0,9%


(15)

Gambar 3.3. Persentase Produksi Pengolahan Limbah Kelapa Sawit

3.2.4. Sistem Teknologi Pengolahan Limbah Kelapa Sawit

Terdapat beberapa teknologi pengolahan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Kedua limbah tersebut dapat di aplikasikan sebagai produk sebagai nilai tambah. Uraian pengaplikasian limbah dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Aplikasi Limbah

3.2.6. Sistem Teknologi Pengolahan Limbah Padat

Banyak Penelitian mengenai teknologi pengolahan limbah padat berupa yang dapat dilihat sebagai berikut:

1. Tandan kosong sebagai mulsa

Tandan kosong berfungsi ganda yaitu selain menambah hara ke dalam tanam, juga meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah.Dengan meningkatnya bahan organik tanah


(16)

maka struktur tanah semakin mantap, dan kemampuan tanah menahan air bertambah baik, perbaikan sifat fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara.

Gambar 3.5. Contoh Penebaran Tankos di Areal Tanaman Mengahasilkan

2. Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai Kompos dan Pupuk Organik

Pengkomposan merupakan salah satu cara pemanfaatan limbah padat yang sudah lama dikenal. Salah satu faktor yang penting dalam prosespengkomposan ialah nisbah C dan N. Sebenarnya setiap limbah padat yang dibuang ke tanah akan selalu diikuti pembusukan yang dilakukan oleh mikroba, baik oleh mikroba tanah ataupun mikroba yang berasal dari limbah itu sendiri. Pertumbuhan mikroba membutuhkan nitrogen, dan jika nisbah C/N dalam limbah terlalu besar berarti N tidak mencukupi, dan mikroba akan menggunakan cadangan N yang terdapat dalam tanah tersebut. Akibatnya tanah pada daerah tempat pembuangan limbah padat akan mengalami defesiensi N.


(17)

Tabel 3.8. Kelebihan dan Kekurangan TKS yang dirajang dan yang tidak dirajang untuk dimanfaatkan sebagai Kompos

Jenis Kelebihan Kekurangan

TKS utuh - Biaya rendah - Volume dan massa TKS yang besar pada pengangkutan

- Penanganan TKS yang sulit pada perkebunan (berat, sulit ditangani) - Bahaya hama dan penyakit (kumbang

tanduk, dll) - Degradasi lambat TKS yang

Dirajang

- Struktur yang homogen - Penanganannya mudah

- Memungkinkan untuk mekanisasi penyebarannya di perkebunan (dengan blower)

- Memungkinkan untuk didistribusikan secara teratur

- Biaya yang lebih tinggi dibandingkan TKS utuh (membutuhkan mesin perajang)

- Volume dan massa TKS yang besar pada pengangkutan

- Bahaya hama dan penyakit (kumbang tanduk, dll)

Kompos TKS tanpa

perajangan

- Biaya yang lebih rendah dibandingkan kompos TKS dengan perajangan

- Mengurangi voulme dan massa pada pengangkutan (10-50%)

- Struktur yang tidak homogen

- Bahaya hama dan penyakit (kumbang tanduk, dll)

Kompos TKS dengan perajangan

- Mengurangi volume dan massa pada pengangkutan (10-50%) - Struktur yang homogen - Penanganan yang mudah

- Memungkinkan untuk mekanisasi penyebarannya di perkebunan (dengan blower)

- Memungkinkan untuk didistribusikan secara teratur - Dapat digunakan sebagai substrat

tanaman

- Produk yang dapat dijual

- Biaya relatif tinggi

3. Pembuatan kompos bokasih dari limbah tandan kosong kelapa sawit

Bokasih merupakan hasil fermentasi bahan organik yang terdiri dari jerami, sampah, pupuk kandang, sekam padi, serbuk gergaji, rumput-rumputan dan lain-lain. Bokasih terdiri dari beberapa macam yaitu: bokasih jerami, bokasi


(18)

pupuk kandang, bokasi pupuk kandang arang, bokasih pupuk kandang tanah dan bokasi ekspres 24 jam.

Gambar 3.6. Proses Pembuatan Kompos

4. Pembuatan papan semen dari serat tandan kosong kelapa sawit yang disediakan secara bioteknologi

Papan semen pulp (pulp cemen board) merupakan papan buatan dimana bahan bakunya adalah pulp yang berasal dari berbagai jenos serta lignoselulosa atau kertas bekas yang dicampur dengan semen atau bahan pengisi lainnya. Bila bahan bakunya berupa potongan kayu yang kecil seperti serpihan dan serbuk gergaji maka disebut papan semen partikel


(19)

Gambar 3.7. Diagram Alir Pelaksanaan Pembuatan Papan Partikel

5. Tandan kosong sebagai bubur kertas (pulp)

Pembuatan pulp dan kertas tankos dilakukan dengan proses soda-soda AQ. Untuk pulp yang belum putih maupun yang sudah putih pada proses pemasakan dengan sodium hidroksida sebagai alkali aktif antara 16-24% (PT. Bosto-Leces).

6. Pembuatan papan partikel dari sabut kelapa sawit

Sabut kelapa sawit merupakan salah satu limbah terbesar yang dihasilkan dalam proses pengolhan minyak sawit. Kebanyakan limbah berupa sabut ini biasanya hanya dijadikan bahan bakar, dibuang atau ditimbun didalam tanah saja.Sabut kelapa sawit ini bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan papan partikel yang berarti bisa mengatasi masalah pembuangan limbah sabut kelapa sawit sekaligus memberikan nilai tambah secara ekonomi. Minyak yang terdapat pada sabut kelapa sawit dapat mengganggu proses perekatan dalam pembuatan papan partikel. Oleh karena itu, kadar minyak harus


(20)

dikurangi seminimal mungkin. Pengurangan kadar minyak dapat dilakukan salah satunya dengan memasak sabut kelapa sawit dalam larutan NaOH 10% selama 1 jam.

7. Tandan kosong menjadi briket

Briket merupakan teknologi dari pengolahan limbah padat tandan kosong yang didikeringkan pada suhu 1000 C yang dicampur dengan konsentrasi perekat sebanyak 10% – 30%. Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunaan sebagai bahan untuk memulau dan mempertahankan api. Teknologi briket dengan perbandingan konsentrasi bahan 1:20 dan konsentrasi perekat 20% dengan nilai parameter sebagai berikut: Nilai bakar: 5303.07 kal/gr, Total karbon: 61.41%, Kadar air: 7.81%, Kadar abu: 9,26%, Kadar Cox:27.64mg/l, Uji mekanik:6.02 kg/in2, Uji Pm10: 0.0200 mg/m3.

(Arganda,2008)

8. Tandan kosong menjadi bioetanol

Bioetanol merupakan produk fermentasi yang dapat dibuat dari substrat yang mengandung karbohidrat (gula, pati, atau selulosa).Satu ton tandan buah kelapa sawit mengandung 230 – 250 kg tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Komponen utama tandan kosong kelapa sawit yaitu selulosa (45,95%), lignin (16,46%) dan hemiselulosa (22,84%) (Sun dkk, 1999) yang tergabung menjadi lignoselulosa.Selulosa yang dimiliki tandan kosong kelapa sawit inilah yang menyebabkan TKKS bisa diolah menjadi bioetanol.


(21)

9. Bahan Bakar Biodiesel

Biodiesel diperoleh dengan merefluks minyak kelapa sawit dengan metanol yang telah terlebih dahulu direndam di dalamnya abu tandan kosong kelapa sawit.Refluks dilakukan padatemperatur kamar selama 2 jam. Lapisan ester didistilasi pada temperatur 74 °C,diekstraksi dengan aquades, kemudian sisa air diikat dengan penambahan Na2SO4 anhidrat dan disaring. Biodiesel yang dihasilkan dikarakterisasi dengan kromatografi gas-spektroskopi massa (GC-MS), ASTM D 1298 (gravitasi spesifikpada 60/60°F), ASTM D 97 (titik tuang), ASTM D 2500 (titik kabut), ASTM D 93(titik nyala), ASTM D 445 (viskositas kinematik pada 40°C), ASTM D 482 (kadar abu), dan ASTM D 189 (sisa karbon Conradson). Biodiesel yang diperolehmemiliki penyusun utama berupa campuran metil ester dengan senyawa utama berupa metil palmitat.Kenaikan berat abu tandan kosong kelapa sawit memberikan konversi biodiesel maksimum pada berat abu sebesar 15 g, dan menurun untuk berat yang lebih besar. Kenaikan jumlah mol metanol menaikkan konversi biodiesel sampai optimum pada perbandingan mol metanol minyak 9:1 (84,12%) dan menurun pada rasio 12:1 (75,58%). Sebagian besar biodiesel yang dihasilkan telah sesuai dengan karakter fisis minyak solar dan minyak diesel. (Yoeswono J, 2008)

10. Pengolahan batang sawit menjadi bahan baku industri mebel

Kayu sawit yang memiliki sifat dasar atau kualitas penggunaannya yang rendah dibandingkan dengan kayu biasa ternyata dapat menjadi bahan baku mebel yang potensial. Resin pada batang sawit berupa ikatan kimia polimer.


(22)

Senyawa yang itu disuntikan pada bagian lunak batang kelapa sawit sehingga bagian tengah batang sawit itu mengeras. Setelah mengeras seperti kayu pada umumnya batang kelapa sawit bisa digunakan untuk bahan baku industri kayu olahan dikarenakan corak kayunya yang unik juga memiliki kekuatan yang cukup bagus.

3.3. Teknik Evaluasi

Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata tersebut diserap kedalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi”.8 Terdapat beberapa istilah yang hampir sama pengertiannya dengan evaluasi, yaitu pengukuran (measurement) dan penilaian (appraisal). Pengukuran atau dalam bahasa Inggrisnya measurement adalah kegiatan mengukur, yakni membandingkan sesuatu dengan kriteria/ukuran tertentu.9Sedangkan penilaian merupakan suatu tindakan mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk.10

8

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm 1

9

Junaidi, Modul Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam, 2011), hlm 9

10

Ibid, hlm. 8.

Kedua istilah tersebut tidak sama artinya, namun masih ada kaitannya. Pengukuran lebih menekankan kepada proses penentuan kuantitas sesuatu melalui perbandingan dengan satuan ukuran tertentu.


(23)

Menurut Ngalim Purwanto, untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan evaluasi, maka sedikitnya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan, diantaranya:

1. Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis, ini berarti bahwa evaluasi (dalam pengajaran) merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan.

2. Setiap kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut objek yang sedang dievaluasi.

3. Setiap proses evaluasi tidak dapat dilepaskan dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Tanpa menentukan atau merumuskan tujuan-tujuan terlebih dahulu..11

Adapun tujuan dari evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan obyektif tentang suatu program yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas kegiatan evaluasi suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak atau hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi. Selanjutnya informasi tersebut dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan, penyusunan kebijakan, maupun program selanjutnya. Agar informasi dapat berfungsi secara maksimal, maka informasi yang dihasilkan harus lengkap, akurat, valid, reliable, serta tepat waktu dalam penyampaian.

11

Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 3-4


(24)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai kegiatan atau suatu proses menyediakan data dan informasi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan atau penentuan alternatif dalam pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. Jadi, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari evaluator untuk pengambilan keputusan (decision maker). Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan program keputusan, yaitu :

1. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.

2. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit).

3. Melanjutkan program, karena terlaksananya program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.

4. Menyebarluaskan program (melaksanakan program ditempat-tempat lain atau mengulangi lagi program di lain waktu), karena program


(25)

tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi ditempat dan waktu yang lain.12

12Ibid, hlm.22


(26)

3.4. Metode Sampling13

3.4.1. Probability Sampling

Sampling adalah metode pengumpulan data yang sangat populer karena memanfaatkannya yang demikian besar dalam penghematan sumberdaya waktu dan biaya dalam kegiatan pengumpulan data. Sampling sering dibandingkan dengan sensus yaitu metode pengumpulan data secara menyeluruh yaitu seluruh sumber data ditelusuri dan setiap elemen data yang dibutuhkan diambil. Metode sensus memang menghasilkan data lebih lengkap tetapi tidak sedikit kendala yang dihadapi dengan menggunakan metode ini.

14

13Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian. USU Press, Medan, 2011, hlm. 181-182. 14Sukaria Sinulingga, Idem, hal : 184-193.

Probability sampling adalah metode pengambilan sampel dimana setiap elemen dari populasi diberi kesempatan yang untuk ditarik menjadi anggota dari sampel. Rancangan atau metode propability sampling ini digunakan apabila faktor keterwakilan (representiveness) oleh sampel terhadap populasi sangat dibutuhkan dalam penelitian antara lain agar hasil penelitian dapat digeneralisasi secara lebih luas. Pemilihan atas lima metode penarikan samel yang telah disebutkan di atas tergantung pada banyak faktor, antara lain yang utama ialah luasnya cakupan generalisasi yang diinginkan, ketersediaan waktu, maksud dan tujuan penelitian (tipe masalah yang ingin dicari jawabannya).


(27)

Teknik sampling yang berada dalam lingkup probabilistik sampling adalah sebagai berikut:

1. Simple Random Sampling

Simple random sampling yang sering juga disebut unrestricted probability sampling, setiap elemen dari populasi memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Simple random sampling dikatakan tidak terbatas (unrestricted) karena semua elemen dianggap sama dalam arti semuanya mempunyai kesempatan terpilih yang sama walaupun karakteristik masing-masing anggota mungkin tidak sama. Simple random sampling memiliki bias yang relatif kecil dan memberikan kemampuan generalisasi yang tinggi. Penggunaan metode ini terbatas pada kondisi populasi yang memiliki elemen dengan karakteristik atau property yang tidak berfluktuasi besar.

2. Systematic Sampling

Systematic sampling adalah suatu metode pengambilan sampel dengan cara menarik elemen setiap kelipatan ke-n dari populasi mulai dari urutan yang dipilih secara acak di antara nomor 1 hingga n. Metode Systematic sampling pada umumnya digunakan dalam pemeriksaan mutu proses atau produk dalam industri manufaktur yang bersifat continue dan flow process seperti industri penyulingan minyak, industri semen, pupuk dan lain-lain sejenisnya. 3. Stratified Random Sampling

Penarikan sampel menurut metode stratified random sampling merupakan perluasan sekaligus mengatasi kelemahan dari metode simple random


(28)

sampling. Strata elemen dalam populasi mendapat perhatian sehingga populasi dibagi sesuai dengan strata yang ada.Strata dalam populasi dibagi sesuai dengan sasaran penelitian.

4. Cluster Sampling

Populasi pada kebanyakan kasus berada dalam keadaan seperti terkotak-kotak menunjukkan karakteristik yang berbeda.Misalnya suatu wilayah dihuni oleh penduduk yang bersifat multi-kultur.

5. Area Sampling

Area sampling sangat mirip bahkan sering digabung dalam cluster sampling. Area sampling memiliki perbedaan dengan cluster sampling yaitu cluster dari populasi adalah perbedaan lokasi geografis dari populasi.

3.4.2. Non-probability Sampling15

1. Convinience Sampling

Non-probability sampling adalah teknik sampling dimana setiap elemen populasi yang akan ditarik menjadi anggota sampel tidak berdasarkan pada probabilitas yang melekat pada setiap elemen tetapi berdasarkan karakteristik khusus masing-masing elemen. Model dari metode sampling yang non-probabilistik ini adalah convinience sampling dan purposive sampling.

Convinience sampling adalah suatu metode sampling dimana para respondennya adalah orang-orang yang secara sukarela menawarkan diri (conviniencely avaiable) dengan alasan masing-masing.

15Sukaria Sinulingga, Idem, hlm. 193-195.


(29)

2. Purposive Sampling

Purposive sampling adalah metode sampling non-probability yang menggunakan orang-orang tertentu (specific target-group) sebagai sumber data/informasi.Orang-orang tertentu yang dimaksud disini adalah individu atau kelompok yang karena pengetahuan, pengalaman, jabatan dan lain-lain yang dimilikinya menjadikan individu atau kelompok tersebut perlu dijadikan sumber informasi. Individu atau kelompok khusus ini langsung dicatat namanya sebagai reponden tanpa melalui proses seleksi secara random.

Purposive sampling dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu judgement sampling dan quota sampling.Judgement sampling adalah tipe pertama dari purposive sampling, responden terlebih dahulu dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu misalnya karena kemampuannya atau kelebihannya di antara orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat khusus yang dibutuhkan peneliti.

Quota sampling adalah tipe kedua purposive sampling dimana kelompok-kelompok tertentu dijadikan responden (sumber data/informasi) untuk memenuhi kuota yang telah ditetapkan.

3.5. Kuesioner16

Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.Tujuan pokok pembuatan

16


(30)

kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Syarat utama pengisian kuesioner adalah pertanyaan yang jelas dan mengarah ke tujuan.

Ada empat komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu:

1. Adanya subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian. 2. Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara

aktif dan objektif pertayaan maupun pernyataan yang tersedia.

3. Adanya petunjuk pengiisian kuiioner, dimana petunjuk yang tersedia harus mudah dimengerti.

4. Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat pengisian jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup, maupun terbuka.

Dalam merancang kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsip yang terkait dengan cara penulisan pertanyaan (wording of

quetions), cara pengukuran yaitu mengkatagorikan, membuat skala dan

mengkodekan (catagorized, scaled and coded) jawaban dari responden dan kerapian (general appearance) kuesioner tersebut17

3.6. Defenisi Metode Delphi

.

18

Metode Delphi adalah metode sistematis dalam mengumpulkan pendapat dari sekelompok pakar melalui serangkaian kuesioner, di mana ada mekanisme feedbackmelalui ‘putaran’/round pertanyaan yang diadakansambil menjaga anonimitas tanggapan responden (para ahli).

17

Sukaria Sinulingga, Idem, hlm.155 . 18


(31)

Metode Delphi adalah teknik komunikasi terstruktur, awalnya dikembangkan sebagai metode peramalan interaktif yang bergantung pada sejumlah expert.Metode Delphi merupakan modifikasi dari teknik brainwriting dan survei.Dalam metode ini, panel digunakan dalam pergerakan komunikasi melalui beberapa kuisioner yang tertuang dalam tulisan.Teknik Delphi dikembangkan pada awal tahun 1950 untuk memperoleh opini ahli.Objek dari metode ini adalah untuk memperoleh konsensus yang paling reliabel dari sebuah grup ahli. Teknik ini diterapkan di berbagai bidang, misalnya untuk teknologi peramalan, analisis kebijakan publik, inovasi pendidikan, program perencanaan dan lain – lain.

3.6.1. Sejarah Metode Delphi19

Pendekatan Delphi memiliki tiga grup yang berbeda yaitu: Pembuat keputusan, staf, dan responden. Pembuat keputusan akan bertangungjawab terhadap keluaran dari kajian Delphi. Sebuah grup kerja yang terdiri dari lima sampai sembilan anggota yang tersusun atas staf dan pembuat keputusan, bertugas

Metode Delphi dikembangkan oleh Derlkey dan asosiasinya di Rand Corporation, California pada tahun 1968. Metode Delphi merupakan metode yang menyelaraskan proses komunikasi komunikasi suatu grup sehingga dicapai proses yang efektif dalam mendapatkan solusi masalah yang kompleks.

3.6.2. Pendekatan dalam Metode Delphi

19Dakley C, Norman, 1969. The Delphi Method : An Experimental Study Of Group Opinion, United States Air Force Project Rand


(32)

mengembangkan dan menganalisis semua kuisioner, evaluasi pengumpulan data dan merevisi kuisioner yang diperlukan. Grup staf dipimpin oleh kordinator yang harus memiliki pengalaman dalam desain dan mengerti metode Delphi serta mengenal problem area.Tugas staf kordinator adalah mengontrol staf dalam pengetikan. Mailingkuesioner, membagi dan proses hasil serta pernjadwalan pertemuan. Responden adalah orang yang ahli dalam masalah dan siapa saja yang setuju untuk menjawab kuisioner.

3.6.3. Prosedur Delphi

Prosedur Delphi mempunyai ciri – ciri yaitu : 1. Mengabaikan nama

2. Iterasi dan feedback yang terkontrol 3. Respon kelompok secara statistik

Jumlah dari iterasi kuesioner Delphi bisa tiga sampai lima tergantung pada derajat kesesuaian dan jumlah penambahan informasi selama berlaku. Umumnya kuesioner pertama menanyakan kepada individu untuk merespon pertanyaan dalam garis besar.Setiap subsequen kuisioner dibangun berdasarkan respon kuisioner pendahuluan. Proses akan berhenti ketika konsensus mendekati partisipan, atau ketika penggantian informasi cukup berlaku.

Prosedur metode Delphi adalah sebagai berikut : a. Mengembangkan pertanyaan Delphi

Ini merupakan kunci proses Delphi. Langkah ini dimulai dengan memformulasikan garis besar pertanyaan oleh pembuatan keputusan. Jika


(33)

responden tidak mengerti garis besar pertanyaan maka masukan proses adalah sia-sia. Elemen kunci dari langkah ini adalah mengembangkan pertanyaan yang dapat dimengerti oleh responden. Anggota staf harusmenginterview pembuat keputusan benar – benar jelas mengenai pertanyaan yang dimaksud dan bagaimana informasi tersebut akan digunakan.

b. Memilih dan kontak dengan responden

Partisipan sebaiknya diseleksi dengan dasar; secara personal responden mengetahui permasalahan, memiliki informasi yang tepat untuk dibagi, tranformasi untuk melengkapi Delphi dan responden merasa bahwa agregasi pendapat panel responden akan termasuk informasi yang mereka nilai dan mereka tidak mengakses dengan cara lain. Seleksi aktual dari responden umumnya menyelesaikan melalui penggunaan proses nominasi. c. Memilih ukuran contoh

Ukuran panel responden bervariasi dengan kelompok yang homogen dengan 10 – 15 partisipan mungkin cukup.Akan tetapi dalam sebuah kasus dimana refrence yang bevariasi diperlukan maka dibutuhkan partisipan yang lebih besar.

d. Mengembangkan kuisioner dan test 1

Kuisioner pertama dalam Delphi mengikuti partisipan untuk menulis respon pada garis besar masalah. Sampul surat termasuk tujuan, guna dari hasil, perintah dan batas akhir respon.


(34)

e. Analisa kuisioner 1

Analisa kuisioner harus dihasilkan dalam ringkasan yang bersisi bagian – bagian yang diidentifikasi dan komentar dibuat dengan jelas dan dapat dimengerti responden terhadap kuisioner 2. Anggota grup kerja mendokumentasikan masing – masing respon pada kartu indeks, memilih kartu kedalam katagori umum, mengembangkan sebuah konsensus pada label untuk masing – masing katagori dan menyiapkan ringkasan bayangan yang berisi katagori – katagori.

f. Pengembangan kuisioner dan test 2

Kuisioner kedua dikembangkan menggunakan ringkasan responden dari kuisioner 1. Fokus dari kuisioner ini adalah untuk mengidentifikasikan area yang disetujui dan yang tidak, mendiskusikan dan mengidentifikasi bagian yang diinginkan serta membantu partisipan mengetahui masing-masing posisi dan bergerak menuju pendapat yang akurat, responden diminta untuk memilih pada ringkasan bagian kuisioner 1

g. Analisa kuisioner 2

Tugas dari kelompok kerja adalah menghitung jumlah suara masing bagian yang meringkas komentar yang dibuat tentang masing-masing bagian. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menentukan jika informasi lengkap akan membantu untuk penyelesaian masalah atau paling tidak membuktikan untuk digunakan di berbagai cara.

h. Mengembangkan kuisioner dan test 3


(35)

i. Analisis kuisioner 3

Analisa tahap ini mengikuti prosedur yang sama pada analisis kuisioner 2 j. Menyiapkan laporan akhir

3.6.4. Evaluasi terhadap Teknik Evaluasi Delphi20

Teori Delphi ini sangat baik untuk memecahkan masalah yang bersifat general, dimana rencana kebijakan tersebut berkaitan erat dengan ahli-ahli bidang tertentu. Karena dari setiap ahli pada bidang tertentu akan dapat mengeluarkan

Teknik evaluasi Delphi merupakan salah satu alat dari teknik evaluasi yang digunakan dalam teknik evaluasi dengan pendekatan keputusan teoritis.Sedangkan teori keputusan teoritis adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode diskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan.Perbedaan pokok antara evaluasi teoritis keputusan di satu sisi, dan evaluasi semu dan evaluasi formal di sisi lainnya, adalah bahwa evaluasi keputusan teoritis berusaha untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan baik yang tersembunyi atau dinyatakan. Ini berarti bahwa tujuan dan target dari para pembuat kebijakan dan administrator merupakan salah satu sumber nilai, karena semua pihak yang mempunyai andil dalam memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan dilibatkan dalam merumuskan tujuan dan target di mana kinerja nantinya akan di ukur.

20 Dakley C, Norman, Idem,


(36)

aspirasinya yang memiliki kemampuan dari segi yang didalaminya. Selain itu, metode ini tidak memperhatikan nama dari ahli untuk mencegah pengaruh besar satu anggota terhadap anggota yang lainnya, dan Masing – masing responden memiliki waktu yang cukup untuk mempertimbangkan masing – masing bagian dan jika perlu melihat informasi yang diperlukan untuk mengisi kuisioner sehingga dapat menghindari tekanan social psikologi.

Namun, teori ini juga mempunyai beberapa kekurangan yang juga harus diperhatikan yaitu waktu yang akan dihabiskan dalam mengisi kuisioner akan cukup lama, karena metode ini menggunakan pendapat para ahli yang berbeda-beda aspek maka dikhawatirkan akan merepresentasikan opini yang tidak dapat dipertahankan secara ilmiah dan cenderung berpikir hanya dari aspek yang terbaik baginya.

3.6.5. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Delpi21

21Garrod, B.The Delphi Technique. University of Wales Abersytwyth. Wales:Institute of Rulal Sience. (2007)

3.6.5.1. Kelebihan Teknik Delphi

1. Teknik ini sangat fleksibel untuk diaplikasikan dalam berbagai situasi dan berbagai permasalahan yang rumit, dimana seringkali tidak ada metode analisis yang cocok untuk diterapkan.

2. Prosedur iterasinya memungkinkan para ahli untuk memikirkan kembali penilaian mereka berdasarkan feedback dari rekan ahli yang lain.


(37)

3. Proses ini juga memberikan lebih banyak waktu kepada partisipan untuk memikirkan kembali ide-ide mereka sebelum memberikan penilaian, hal ini tentunya akan memberikan respon yang lebih berkualitas.

4. Adanya kemungkinan pengaruh individual juga otomatis dihilingkan.

5. Adanya pengalihan isu yang keluar dari fokus utama diskusi dapat dikendalikan oleh project manager

6. Proses ini akan menghasilkan catatan dari pemikiran grup dapat direview saat diperlukan

7. Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi sebaran pendapat dari para ahli ataupun poin-poin konsensus (hal-hal yang telah disepakati)

3.6.5.2. Kelamahan Metode Delphi

1. Delphi biasa sangat sensitif terhadap hal-hal berikut: a. Level keahlian dari para panelis

b. Komposisi panelis

c. Cara project manager melaporkan outlier d. Administrasi kuesioner

2. Teknik ini mengasumsikan para ahli memperbolehkan penilaian mereka direvisi oleh pendapat dari orang lain.

3. Panel ahli rentan terhadap atrisi (proses pelemahan) disebabkan karena: a. Kejenuhan dengan subjek/topic penelitian

b. Ketidakpuasan dengan proses


(38)

4. Beberapa praktisi/pengguna delpi menggunakan pengaruh uang/persuasi secara moral untuk meyakinkan panelis supaya keep on track dalam kasus ini, akan tetapi hal ini dapat menyebabkan bias terkait hasil studi.

5. Ada kemungkinan terbentuk konsensus semu dalam panelis menyetujui dan menyesuaikan peniliaian di grup.

6. Teknik ini seringkali memerlukan sejumlah waktu yang berkualitas untuk melengkapi kuesioner dan seringkali menyita banyak waktu dari periset.

3.7. Dasar-Dasar AHP22

22TL.Saaty, Pengambilan Keputusan.PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1993, Hal.3

Pada dasarnya, metode AHP ini memecah-mecah suatu situasi yang kompleks, tak terstruktur, ke dalam bagian-bagian komponennya yaitu menata bagian atau variabel dalam suatu susunan hierarki memberi nilai numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempebgaruhi hasil padea situasi tersebut. Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa tahapan, yaitu: penguraian (decomposition), perbandingan berpasangan (pair comparisons), sintesa prioritas (synthesis of priority), dan konsistensi logis (logical consistency).


(39)

3.7.1. Decomposition23

Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur – unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur – unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki lengkap. Bentuk struktur dekomposisi yakni :

Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal) Tingkat kedua : Kriteria – kriteria Tingkat ketiga : Alternatif – alternatif

23USU, Analytic Hierarchy Process, (http://repository.Usu.ac.id/bitstream/1 23456789/20560/3/ Chapter%20II.pdf), diakses pada 23 Nopember 2013, Pukul 21.23 WIB.


(40)

Gambar 3.8.Struktur Hirarki

Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu.

3.7.2. Comparative Judgement

Comparative judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen – elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan


(41)

tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menujukkan tingkatan paling tinggi (extreme importance).

3.7.3. Synthesis of Priority

Synthesis of Priority adalah tahap untuk mendapatkan bobot bagi setiap elemen hierarki dan elemen alternatif.

Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari vektor prioritas (eigen vector) dari suatu level hierarki untuk mendapatkan local priority. Proses penentuan eigen vector mensyaratkan matriks yang non negatif dan tidak ada angka nol. Dengan skala 1 sampai 9, syarat ini dapat terpenuhi karena 1/9 adalah nilai elemen terkecil dan 9 terbesar.

Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat untuk mendapatkan global priority, maka sintesis harus dilakukan pada setiap local priority.Prosedur pelaksanaan sintesis berbeda dengan bentuk hierarki.Sedangkan pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting.

3.7.4. Logical Consistency

Logical Consistency dapat dianggap sebagai prinsip rasionalitas AHP.Ada tiga makna yang terkandung dalam konsep konsistensi, pertama adalah objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi.Kedua adalah matriks perbandingan bersifat resiprokal, artinya jika A1 adalah lebih penting dari A2, maka A2 adalah setengah kali lebih penting dari


(42)

A1.Ketiga, hubungan antar dua elemen diupayakan bersifat transitif.Contohnya, jika sepak bola dinilai dua kali lebih menarik dibanding basket dan basket tiga kali lebih menarik dibanding tinju, maka sepak bola harus dinilai enam kali lebih menarik dibanding tinju.Bila tidak demikian, maka terjadi intransitivitas. Jadi, rasionalitas yang dimaksud AHP bukan sekedar transitivitas.

3.8. Konsistensi Hierarki24

Perhitungan Rasio Konsistensi bertujuan untuk menentukan konsistensi penilaian responden yang diisikan kedalam kuesioner. Nilai Rasio Konsistensi Hirarki didapatkan dengan membagi indeks konsistensi hirarki dengam indeks konsistensi acak hirarki, dan disebut konsisten apabila nilai Rasio Konsistensi Hirarki < 0,1. Langkah – langkah untuk menentukan Rasio Konsistensi adalah sebagai berikut :

1. Kalikan setiap kolom dalam matrik perbandingan berpasangan A prioritas relatif yang bersesuaian dengan kolomnya masing – masing dan jumlahkan untuk memperoleh matriks B yang berukuran n x 1

24Unikom, Konsistensi Hierarki, 2007, (http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/127/jbptunikompp-gdl-s1-2007-supriatnan-6334-bab-2.pdf), diakses pada 23 Nopember 2013, Pukul 21.45 WIB


(43)

2. Menghitung Eigen Value Maksimum (ʎ Maks)

3. Menghitung Indeks Konsistensi (Consistency Index) yang dilambangkan dengan CI

4. Menghitung Rasio Konsistensi yang dilambangkan dengan CR

jika Rasio Konsitensi (CR) < 0,1 maka hasil sudah dapat diterima.

Tabel 3.9. Nilai Indeks Random

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56

Formula untuk menghitung Rasio Konsistensi Hirarki

Dimana :

CRH : Rosio Konsistensi Hierarki CIH : Indeks Konsistensi Hierarki RIH : Indeks Random Hierarki


(44)

CI1 : Indeks Konsistensi dari matrik banding berpasangan dari hirarki level pertama

CI2 : Indeks Konsistensi dari matrik banding berpasangan dari hirarki level kedua

EV1: Eigen Value dari matrik banding berpasangan pada hirarki level pertama

RI1 : Indeks Random dari matrik banding berpasangan pada level pertama RI2 : Indeks Random dari matrik banding berpasangan pada level kedua

3.9. AHP dalam Kelompok25

Analytic Hierarchy Process (AHP) juga dapat digunakan dalam suatu kelompok. Sumbang saran dan saling berbagi ide dan wawasan sering menghasilkan pengertian dan pemahaman yang lebih baik tentang masalah, ketimbang pada seorang pengambil keputusan tunggal.Tetapi idealnya kelompok itu kecil dan para pesertanya memiliki informasi yang baik, bermotivasi tinggi, dan sepakat mengenai pertanyaan dasar yang sedang digarap.

Dengan menggunakan model ini dalam suatu pertemuan kelompok, anggota kelompok menstruktur persoalannya, memberi penilaian (pertimbangan), memperdebatkan penilaian itu dan memberi argumentasi untuk nilai-nilai tertentu sampai tercapai konsensus atau kompromi.

Perdebatan boleh ditiadakan dan pendapat perseorangan diambil melalui kuesioner yang disebarkan kepada tiap-tiap anggota sebagai responden.Nilai

25 Agus,Penentuan Prioritas untuk Pemilihan Komponen Gravel Pump Menggunakan Analytic


(45)

akhirnya diperoleh dari rata-rata geometrik penilaian (geometric mean). Untuk menghitung rata-rata geometrik, nilai harus dikalikan, dan dari hasil ini ditarik akar pangkat bilangan yang sama dengan jumlah orang yang memberi penilaian itu.

� = ���1.�2�3… . .��

Keterangan :

G = rata-rata geometrik xn = penilaian ke-n

n = banyaknya penilaian

3.10. Teori Fuzzy26

26

Sri Kusumadewi, Idem, hlm. 1-2.

Pada akhir abad ke-19 hingga akhir abad ke-20, teori probabilitas

memegang peranan penting untuk penyelesaian masalah ketidakpastian. Teori ini terus berkembang, hingga akhirnya pada tahun 1965, Lotfi A. Zadeh memperkenalkan teori himpunan fuzzy, yang secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa tidakhanya teori probabilitas saja yang dapat digunakan untik merepresentasikan masalah ketidakpastian. Namun demikian, teori himpunan fuzzy bukanlah merupakan pengganti dari teori probabilitas.Pada teori himpunan fuzzy, komponen utama yang sangat berpengaruh adalah fungsi keanggotaan.Fungsi keanggotaan merepresentasikan derajat kedekatan suatu obyek terhadap atribut tertentu, sedangkan pada teori probabilitas lebih pada penggunaan frekuensi relatif.


(46)

Teori himpunan fuzzy merupakan kerangka matematis yang digunakan untuk merepresentasikan ketidakpastian, ketidakjelasan, ketidaktepatan, kekurangan informasi, dan kebenaran parsial.Kurangnya informasi, dalam menyelesaikan permasalahan sering kali dijumpai di berbagai bidang kehidupan.

Max Black mendefinisakan suatu proposisi tentang ketidakjelasan sebagai suatu proposisi dimana status kemungkinan dari proposisi tersebut tidak didefinisikan dengan jelas.Sebagai contoh, untuk menyatakan seseorang termasuk dalam kategori muda, pernyataan “muda” dapat memberikan interpretasi yang berbeda dari oleh tiap individu, dan tidak dapat diberikan umur tertentu untuk mengatakan seseorang masih muda atau tidak.

3.11. Fungsi Keanggotaan27

3.12. Analisa Fuzzy Synthetic Extent

Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi.

28

Analisa fuzzy synthetic extent dipakai untuk memperoleh bobot dalam sebuah objek alternatif yang merupakan sekumpulan kriteria sebanyak n, dan A =

(A1, A2, …. An) merupakan alternatif sebanyak m, maka untuk fuzzy M. Mci1,

27

Sri Kusumadewi, Idem, hlm.9. 28

Yusuf Anshori. Pendekatan Triangular Fuzzy Number Dalam Metode Analytic Hierarchy Process. Universitas Tadulako : Teknik Elektro.2012


(47)

Mci2, …. Mcim adalah nilai extent pada i-kriteria dan m-alternatif keputusan

dimana i= 1,2,…n dan untuk semua Mcij (j=1,2,3….m) merupakan bilangan

triangular fuzzy. Langkah-langkah fuzzy synthetic extent yaitu: a. Fuzzy Synthetic extent didefeinisikan sebagai berikut:

�� = � ���� � �=1

⊗ �� �� �

�=1

�=1 �

−1

b. Defuzzifikasi

Nilai defuzzyfikasi dapat diperoleh dari persamaan berikut: DMi =

(�� −��)+ (�� −��)


(48)

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu yang

bergerak dibidang pengolahan kelapa sawit.Pabrik ini berlokasi di Jl. Medan-Tebing Tinggi, Medan-Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan pada 1 juni 2015 sampai dengan selesai.

4.2. Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu tergolong penelitian deskriptif yang bersifat studi kasus dengan tujuan untuk mengumpulkan dan memaparkan informasi secara langsung dari kondisi teknologi pengolahan limbah padat PKS di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu. Penelitian deskriptif menggunakan data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara yang didukung oleh schedule questionaire ataupun interview guide serta dalam group discussion. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi terhadap teknologi pengolahan limbah padat kelapa sawit dengan menentukan alternatif teknologi pengolahan limbah padat kelapa sawit terbaik berdasarkan kriteria dari berbagai aspek hasil dari konsensus para pakar pada PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu.


(49)

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yaitu dengan melakukan perbandingan pada teknologi pengolahan limbah padat tandan kosong yang dihasilkan dari produksi PKS di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu dengan teknologi pengolahan limbah padat lain yaitu kompos, briket, pakan ternak, bahan bakar dan mulsa.

4.4. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah.

Adapun gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Penentuan Konsensus Pakar Terhadap Kriteria

Pemilihan Alternatif Teknologi Pengolahan

Limbah Padat CPO Keberadaan

Teknologi Pengolahan Limbah Padat Tandan Kosong

Penilaian Pakar Terhadap Bobot Tertinggi Alternatif Teknolgi Pengolahan Limbah Padat berdasarkan konsensus kriteria dari berbagai aspek

Evaluasi teknologi pengolahan limbah padat

kelapa sawit yang berfokus pada tandan

kosong Aspek Lingkungan Hidup Aspek Ekonomi Aspek Teknologi Aspek Sosial

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual

Gambar 4.1 menunjukan konsensus kriteriateknologi pengolahan limbah padat yang dilakukan dengan menggunakan konsep delphimenjadi variabel yang nantinya akan dipilih sebagai evaluasi dari penentuan alternatif teknologi pengolahan limbah padat kelapa sawit terbaik dengan menggunakan metodeanalisa fuzzy synthetic extent. Alternatif teknologi dengan bobot tertinggi akan menjadi suatu keputusan yang sesuai dengan kondisi manajemen


(50)

perusahaan, sehingga alokasi dana yang dikeluarkan dapat lebih efektif dan efisien dalam teknologi pengolahan limbah serta dapat menanggulangi pencemaran lingkungan akibat produksi limbah padat kelapa sawit.

4.5. Identifikasi Variabel Penelitian 4.5.1. Variabel Independen

Variable independen ataupun variabel bebas dalam penelitian ini adalah: 1. Aspek Lingkungan Hidup

2. Aspek Teknologi 3. Aspek Ekonomi 4. Aspek Sosial

Sub variabel keempat aspek tersebut akan dikembangkan berdasarkan keputusan konsensus para pakar terhadap teknologi pengolahan limbah padat dengan menggunakan konsep delphi.

4.5.2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat (variabel yang dipengaruhi) dalam penelitian ini yaknialternatif teknologi pengolahan limbah padat pada PKS terbaik.

4.6. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah pengumpulan informasi mengenai


(51)

teknologi-teknologi pengolahan limbah padat PKS berdasarkan literature serta informasi pakar. Sedangkan data primer yang digunakan adalah data penyebaran kuesioner kepada para pakar tentang penentuankriteria dalam penilaian alternatif teknologi pengolahan limbah padat.

4.7. MetodePengumpulan Data

Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian berupa penyebaran kuesioner.

2. Teknik kepustakaan, yaitu mencatat dan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan pemecahan masalah dari berbagai buku yang sesuai dengan permasalahan yang diamati di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu.

4.8. Instrumen Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian didasarkan pada konsep teknologi pengolahan limbah padat yang dimasukkan pada instumen penelitian yaitukuesioner. Observasi dilakukan dengan memberikan kuesioner yang dilakukan dalam beberapa tahapan kuesioner berdasarkan langkah-langkah kuesioner delphi sebagai berikut:


(52)

1. Mengembangkan kuisioner dan test 1

Kuisioner pertama dalam Delphi mengikuti partisipan untuk menulis respon pada garis besar masalah.

2. Analisa kuisioner 1

Analisa kuisioner harus dihasilkan dalam ringkasan yang bersisi bagian – bagian yang diidentifikasi dan komentar dibuat dengan jelas dan dapat dimengerti responden terhadap kuisioner 2 berdasarkan kriteria-kriteria variable yang telah ditetapkan.

3. Pengembangan kuisioner dan test 2

Kuisioner kedua dikembangkan menggunakan ringkasan responden dari kuisioner 1.Fokus dari kuisioner ini adalah untuk mengidentifikasikan area yang disetujui dan yang tidak, mendiskusikan dan mengidentifikasi bagian yang diinginkan serta membantu partisipan mengetahui masing – masing posisi dan bergerak menuju pendapat yang akurat. Responden diminta untuk memilih pada ringkasan bagian kuisioner 1

4. Analisa kuisioner 2

Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menentukan jika informasi lengkap akan membantu untuk penyelesaian masalah atau paling tidak membuktikan untuk digunakan di berbagai cara.

5. Mengembangkan kuisioner dan test 3

Kuisioner 3 merupakan terusan dari kuesioner 2 jika masih terpadat kerancuan atas jawaban pakar yang didesain untuk mendorong masukan


(53)

proses Delphi berdasarkan kriteria serta tekonologi-teknologi pengolohan limbah padat PKS.

6. Analisis kuisioner 3

Analisa tahap ini mengikuti prosedur yang sama pada analisis kuisioner 2 serta penilaian teknologi alternatif berdasarkan variable kriteria yang nantinya akan dibobotkan untuk mendapatkan alternatif teknologi terpilih.

Setelah mengetahui kriteria dari berbagai aspek maka akan dilakukan evaluasi pengolahan limbah padat kelapa sawit dengan menentukan alternatif teknologi terbaik berdasarkan kriteria tersebut dengan analisa fuzzy synthetic extent.

4.9. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan penyebaran kuesioner.Kuesioner dibuat untuk memperoleh data primer yang disusun berdasarkan parameter-parameter analisis yang dibutuhkan dan relevan sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini. Teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling, yaitu judgement sampling yang artinya kuesioner ini diberikan kepada responden-responden yang representatif dari tujuan penelitian, para pakar di bidang teknologi pengolahan limbah padat baik itu akademisi, praktisi konsultan, dan praktisi kontraktor atau pihak pelaku industri pengolahan kelapa sawit. Pengumpulan data dilakukan juga dengan carainterview guide serta dalam group discussion.


(54)

4.10. Block Diagram Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan dalam melaksanakan suatu penelitian.Prosedur dalam penelitian ini dimulai dari identifikasi masalah untuk mendapatkan akar dari permasalahan yang akan diselesaikan. Pengumpulan data dan pengolahan data sesuai dengan masalah yang telah diidentifikasi dan penentuan kriteria dalam pemilihan alternatif teknologi berdasarkan berbagai aspek yang telah menjadi konsensus pakar dengan pengembangan konsep delphi dan menentukan alternatif teknologi pengolahan limbah padat terbaik dengan metodeAhp yang dilanjutkan dengan Fuzzy Syntetic Extent .Adapun prosedur dalam penelitian ini dapat dilihat pada blok diagramGambar 4.2.


(55)

MULAI

Identifikasi Masalah

Studi Lapangan: -Kriteria teknologi pengolahan

limbah padat

Pengolahan Data:

-Pengembangan alternatif dan kriteria teknologi pengolahan limbah padat tankos -Perancangan dan Penyebaran Kuesioner AHP

-Prosedur AHP

-Menetapkan nilai Fuzzy synthetic extent -Defuzifikasi

-Pembobotan

-Pemilihan alternatif teknologi

Analisis pemecahan masalah dan analisis alternatif teknologi pengolahan limbah

terbaik

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambaran Permasalahan

Pengumpulan Data Sekunder : - Sejarah Perusahaan

-Proses Produksi - Struktur Organisasi

- Stasiun pengolahan limbah Studi Literatur:

- Teknologi pengolahan limbah padat - Teknik Evaluasi

- Metode Delphi - fuzzy synthetic extent

Pengumpulan Data Primer : - Kriteria Teknologi

- Pembuatan dan Analisis Kuesioner 1 - Pembuatan dan Analisis Kuesioner 2


(56)

4.11. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi penyajian hasil konsensus para pakar terhadap kriteria dari berbagai aspek dalam pemilihan teknologi pengolahan limbah padat kelapa sawit berupa tandan kosong dengan konsep delphi dan perhitungan nilai bobot tertinggi dari alternatif teknologi pengolahan limbah padat tandan kosong kelapa sawit dengan menggunakan analisa fuzzy synectic extent.


(57)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Metode penelitian survey yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan 2 jenis data yang digunakan baik itu primer maupun sekunder.Data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang didistribusikan kepada para pakar dalam teknologi pengolahan limbah padat, dimana kuesioner tersebut merupakan kuesioner hasil klarifikasi-verifikasi-validasi kepada para pakar. Sedangakan data sekunder didapatkan dari hasil studi literatur seperti buku, refrensi, jurnal dan penelitian lain yang di dapat dari perpustakaan/internet.

5.2. Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner

.Kuesioner ini diberikan kepada responden-responden yang representative dari tujuan penelitian yaitu para pakar di dalam bidang industri kelapa sawit.Kuesioner disebarkan berdasarkan prinsip Delphi yaitu dengan mengumpulkan pendapat dari sekelompok pakar melalui serangkaian kuesioner dimana mekanisme feedback melalui putaran dalam sebuah grup secara terpisah serta dengan pertanyaan-pertanyaan dari literatur terkait dan disarankan oleh para ahli.Data pakar dapat dilihat pada tabel 5.1.sebagai berikut:


(58)

Tabel 5.1. Data Responden

No. Nama Responden Jabatan terakhir Pengalaman

Kerja Profesi Bekerja di

Pendidikan terakhir

1. Dr. rer. Silv. Erwinsyah

Ketua kelompok peneliti rekayasa teknologi dan Pengolahan lingkungan

8 tahun Praktisi Konsultan Pusat Penelitian Kelapa

Sawit (PPKS) S3

2. M. Ansori Nasution, S.T., M.Sc

Anggota kelompok peneliti rekayasa teknologi dan pengolahan lingkungan

6 tahun Praktisi Konsultan Pusat Penelitia Kelapa

Sawit (PPKS) S2

3. Dr. Mersi Suriani

Sinaga, S.T., M.T Lektor Kepala Akademisi

Universitas Sumatera

Utara S3

4. Alfi Nursyahrin, ST Asisten Pengolahan 3 Tahun Praktisi Industri PT. Perkebunan Nusantara

IV Unit Kebun Pabatu S1 5. Ruben Sihombing, ST Asst. Teknik Pabrik & Umum 4 tahun Praktisi Industri PT. Perkebunan Nusantara


(59)

pemilihan teknologi secara umum. Kuesioner tersebut dalam bentuk kuesioner terbuka yang dapat dilihat pada Lampiran 1.

2. Kuesioner 2 digunakan untuk melakukan seleksi terhadap kriteria-kriteria secara umum menjadi lebih fokus dan menetapkan kriteria-kriteria evaluasi teknologi pengolahan limbah padat sesuai dengan konsensus dari para pakar. Kuesioner 2 dapat dilihat pada Lampiran 2

5.3. Rekapitulasi Kuesioner

Berdasarkan konsep Delphi setelah dilakukan pengembangan dari serangkaian kuesioner maka akan dilakukan analisis dari kuesioner-kuesioner yang disebarkan kepada para pakar dari teknologi pengolahan limbah padat kelapa sawit. Analisis kuesioner dapat dilihat sebagai berikut:

5.3.1. Analisis kuesioner 1


(60)

Tabel 5.2. Rekapitulasi Kuesioner 1

Variabel Sub Variable

Aspek Lingkungan

1. Emisi CO2 2. Konsumsi energi 3. Integrasi Limbah 4. Efisiensi energi 5. Tingkat Emsisi

Aspek Teknologi

6. Kematangan teknologi

7. Potensi pengembangan teknologi 8. Dukungan industri teknologi 9. Kemudahan pengoperasian 10. Tingkat Kegagalan

11. Performance 12. Perawatan

13. Sumber daya manusia 14. Dukungan industri 15. Durrability

Aspek Ekonomi

16. Investasi awal 17. Biaya operasional 18. Biaya perawatan 19. Biaya SDM Aspek Soial

20. Penggunaan lahan 21. Penerimaan sosial 22. Dampak teknologi

5.3.2. Analisis Kuesioner 2

Analisis kuesioner 2 merupakan lanjutan dari hasil kuesioner 1.Kuesioner 2 merupakan kuesioner tertutup untuk membuat konsensus kriteria teknologi pengolahan limbah padat berdasarkan jawaban-jawaban yang telah terkumpul sebelumnya.


(61)

Hasil dari Kuesioner 2 dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5.3.Rekapitulasi Deskripsi Responden Terhadap Kriteria Variabel

Variabel Sub Variabel 1 2 3 4 5

Aspek Lingkungan

Emisi CO2 0 0 0 0 0

Konsumsi energi 1 1 1 1 1

Integrasi Limbah 1 1 1 1 1

Efisensi energi 1 1 1 1 1

Tingkat Emsisi 1 1 1 1 1

Aspek Teknologi

Kematangan teknologi 0 0 0 0 0

Potensi pengembangan teknologi 1 1 1 1 1 Dukungan industri teknologi 0 0 0 0 0

Kemudahan pengoperasian 0 0 0 0 0

Tingkat Kegagalan 0 0 0 0 0

Performance 1 1 1 1 1

Perawatan 1 1 1 1 1

Sumber daya manusia 1 1 1 1 1

Dukungan industri 1 1 1 1 1

Durrability 0 0 0 0 0

Aspek Ekonomi

Investasi awal 1 1 1 1 0

Biaya operasional 1 1 1 1 1

Biaya perawatan 1 1 1 1 1

Biaya SDM 1 1 1 1 1

Aspek Sosial

Penggunaan lahan 1 1 1 1 1

Penerimaan social 1 1 1 1 1

Dampak teknologi 1 1 1 1 1

Dari hasil verifikasi dan validasi pakar diambil kesimpulan bahwa dari 22 sub variable awal, terjadi pengurangan variabel pada aspek lingkungan hidup yaitu emisi Co2 dan pada aspek teknologi yaitu dukungan industri teknologi dan durability. Variabel kriteria dalam menentukan teknologi pengolahan limbah padat kelapa sawit berupa tandan kosong yang tidak disetujui oleh pakar karena


(62)

bukan merupakan kriteria yang tidak berhubungan kuat atau terdapat dalam cakupan kriteria lain menurut para pendapat para pakar.

5.4. Kriteria Evaluasi dan Alternatif Teknologi Pengolahan Limbah Padat Kelapa Sawit Tandan Kosong

Teknologi pengolahan limbah padat kelapa sawit sesuai dengan batasan masalah sebelumnya bahwa hanya pada teknologi pengolahan limbah padat berupa Tandan Buah Kosong (Tankos). Berikut merupakan kriteria evaluasi dan alternatif teknologi pengolahan limbah padat kelapa sawit berupa Tankos:

5.4.1. Kriteria Evaluasi Pengolahan Limbah Padat Kelapa Sawit Tandan Kosong

5.4.1.1.Kriteria dari Perspektif Lingkungan

1. Konsumsi energi

Konsumsi sektor energi termasuk pemakaian sendiri.Ini meliputi bahan bakar energi dan limbah yang digunakan oleh industri untuk mendukung produksi energi.Sektor energi mencakup energi yang digunakan untuk mendukung aktivitas transformasi. (International Energi Agency.2005)

2. Integrasi Limbah

Perpaduan dari beberapa teknologi pemgolahan limbah kelapa sawit dan saling keterkaitan satu dengan yang lainnya agar dapat meningkatkan nilai tambah dari pengolahan teknologi limbah.


(63)

3. Efisiensi energi

Kriteria ini sering digambarkan dengan membandingkan ouput sistem dengan konsumsi energi. Energi yang diperlukan untuk teknologi pengolahan limbah padat terdiri dari energi yang tersimpan dalam bahan baku (misalnya gas alam atau biomassa) dan energi transformasi eksternal (misalnya, listrik dan panas). Sebagaimana dicatat, efisiensi energi adalah kriteria yang paling umum untuk menilai teknologi dan sistem aplikasi. (Chang,long. 2011)

4. Tingkat Emisi

Berdasarkan protokol Kyoto, pemerintah dari berbagai Negara telah sepakat untuk mengurangi tingkat emisi rumah kaca dalam rangka untuk mengurangi dampak lingkungan dari konsumsi bahan bakar. (Chang,long. 2011)

5.4.1.2. Kriteria dari Perspektif Teknologi

1. Potensi pengembangan teknologi

Kriteria ini didefinisikan sebagai evalauasi setiap teknologi yang berkaitan dengan potensi untuk pengembangan masa depan dan diukur dengan statusnya relatif. (Chiung, 2011)

2. Performance

Kemampuan dari teknologi pengolahan limbah padat kelapa sawit dalam hal menghasilkan output dan penggunaan input yang optimum dalam aplikasi sistem.


(64)

3. Perawatan

Perawatan dalam aplikasi dari teknologi pengolahan limbah padat kelapa sawit mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhkan tenaga ahli khusus dalam sistem perawatannya.

4. Sumber Daya Manusia

Tidak dibutuhkannya tenaga khusus dalam aplikasi teknologi pengolahan limbah padat dan dapat memanfaatkan sumber daya manusia secara optimum. 5. Dukungan industri

Ditetapkan sebagai kemampuan dimana keterkaitan teknologi atau dukungan industri dapat dicari selama pengembangan teknologi pengolahan limbah padat tankos.

5.4.1.3. Kriteria dari Perspektif Ekonomi

1. Investasi awal

Ditetapkan sebagai biaya fasilitas dan bangunan pabrik diperlukan untuk tekonologi pengolahan limbah padat.Investasi awal dinilai dari segi rasio biaya moneter untuk kapasitas teknologi pengolahan limbah padat tankos (Kg/hari). (Chiung, 2011)

2. Biaya Operasional

Biaya operasional ditetapkan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses pengolahan limbah padat tankos, seperti gaji tenaga kerja dan konsumsi energi. (Afgan NH.2004)


(65)

3. Biaya Perawatan

Biaya perawatan ditetapkan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses pengolahan limbah padat tankos seperti pergantian peralatan dan suku cadang.

4. Biaya Sumber Daya Manusia

Biaya sumber daya manusia dimaksudkan dalam penerapan teknologi pengolahan limbah padat tankos tidak membutuhkan biaya cukup besar karena membayar tenaga ahli khusus dalam aplikasi teknologi.

5.4.1.4. Kriteria dari Perspektif Sosial

1. Penggunaan Lahan

Digambarkan sebagai proporsi lahan (areal) diperlukan untuk teknologi pengolahan limbah padat tankos.Misalnya, sebagian tanah mungkin diperlukan untuk aplikasi sebuah energi untuk mengasilkan listrik dan menggunakannya untuk mengalirkan air dan menghasilkan teknologi pengolahan limbah padat tankos.Seperti penilaian diukur dengan membagi areal lahan (km2) oleh kapasitas teknologi pengolahan limbah padat tankos. (Chiung, 2011)

2. Penerimaan Sosial

Ditetapkan sebagai apakah sistem tersebut aman untuk lingkunggan dan orang-orang. (Wang JJ, 2008). Faktor potensi penerimaan dalam masyarakat digambarkan oleh penerimaan publik dari aplikasi teknologi pengolahan limbah padat tankos.


(66)

3. Dampak Teknologi

Teknologi pengolahan limbah padat tankos tidak mencemari lingkungan dan mengganggu masyarakat dalam aplikasi sistem pengolahan limbah padat tankos.

5.4.2. Alternatif Teknologi Pengolahan Limbah Padat Kelapa Sawit Tandan Kosong

1. Briket

Briket merupakan teknologi dari pengolahan limbah padat tandan kosong yang didikeringkan pada suhu 1000C yang dicampur dengan konsentrasi perekat sebanyak 10% – 30%. Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunaan sebagai bahan untuk memulau dan mempertahankan api. Teknologi briket dengan perbandingan konsentrasi bahan 1:20 dan konsentrasi perekat 20% dengan nilai parameter sebagai berikut: Nilai bakar: 5303.07 kal/gr, Total karbon: 61.41%, Kadar air: 7.81%, Kadar abu: 9,26%, Kadar Cox:27.64mg/l, Uji mekanik:6.02 kg/in2, Uji Pm10: 0.0200 mg/m3.

(Arganda,2008) 2. Pakan Ternak

Pada teknologi ini limbah tandan kosong ditumpuk dan didiamkan selama 3-4 hari, saat proses tersebut berlangsung serangga kan berdatangan dan bertelur, setelah 2-3 hari telur tersebut akan menjadi belatung dan dikeringkan belatung tersebut menjadi tepung belatung yang siap dijadikan pakan ternak


(67)

3. Bahan bakar

Bahan bakar berupa biodiesel diperoleh dengan merefluks minyak kelapa sawit dengan metanol yang telah terlebih dahulu direndam di dalamnya abu tandan kosong kelapa sawit.Refluks dilakukan padatemperatur kamar selama 2 jam. Lapisan ester didistilasi pada temperatur 74 °C,diekstraksi dengan aquades, kemudian sisa air diikat dengan penambahan Na2SO4 anhidrat dan disaring. Biodiesel yang dihasilkan dikarakterisasi dengan kromatografi gas-spektroskopi massa (GC-MS), ASTM D 1298 (gravitasi spesifikpada 60/60°F), ASTM D 97 (titik tuang), ASTM D 2500 (titik kabut), ASTM D 93(titik nyala), ASTM D 445 (viskositas kinematik pada 40°C), ASTM D 482 (kadar abu), dan ASTM D 189 (sisa karbon Conradson).

4. Mulsa

Tandan kosong berfungsi ganda yaitu selain menambah hara ke dalam tanam, juga meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah.Dengan meningkatnya bahan organik tanah maka struktur tanah semakin mantap, dan kemampuan tanah menahan air bertambah baik, perbaikan sifat fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara.

5. Kompos

Suatu sistem dengan memanfaatkan limbah cair sebagai pelunak tandan kosong yang akan dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.Bokasih merupakan hasil fermentasi bahan organik yang terdiri dari jerami, sampah, pupuk kandang, sekam padi, serbuk gergaji, rumput-rumputan dan lain-lain. Bokasih


(68)

terdiri dari beberapa macam yaitu: bokasih jerami, bokasi pupuk kandang, bokasi pupuk kandang arang, bokasih pupuk kandang tanah dan bokasi ekspres 24 jam.

Untuk pembobotan kriteria dan alternatif teknologi pengolahan limbah padat tankos yang diperoleh dari literature, aplikasi industri, serta badan penelitian kelapa sawit. Penelitian ini membangun penilaian yang didasarkan pada empat aspek model (lingkungan, teknologi, ekonomi, dan sosial) dan 16 kriteria yang dapat dihubungkan untuk menilai 5 alternatif teknologi pengolahan limbah padat tankos yang dipilih dengan potensi terbesar sebagai evaluasi dari penerapan teknologi pengolahan limbah padat tankos di industri kelapa sawit berdasarkan konsensus para pakar. Berikut merupakan hirarki dari hasil konsensus kriteria oleh para pakar:


(69)

Lingkungan

Teknologi

Ekonomi

Sosial

Konsumsi Energi (C1) Integrasi Limbah (C2) Efisensi Energi (C3)

Tingkat Emisi (C4) Potensi Pengembangan

Teknologi (C5) Performance (C6)

Perawatan (C7) Sumber Daya Manusia

(C8) Dukungan Industri

(C9)

Investasi Awal (C10) Biaya Operasional

(C11) Biaya Perawatan (C12)

Biaya Sumber Daya Manusia (C13) Penggunaan Lahan (C14) Penerimaan Sosial (C15) Dampak Teknologi (C16) Kompos (T1) Mulsa (T2)

Bahan Bakar (T3)

Pakan Ternak (T4)

Briket (T5)

Gambar 5.1. HirarkiKriteria dan Pilihan Teknologi Pengolahan Limbah Padat Tandan Kosong Kelapa Sawit

5.5. Perhitungan Bobot Fuzzy Kriteria dan Alternatif Teknologi

Dalam melakukan perhitungan bobot fuzzy synthetic extent kriteria dan alternatif teknologi langkah awal yang dilakukan adalah perancangan kuesioner AHP dengan skala 1-9 seperti pada Lampiran 3. Kemudian dilakukan penyebaran kuesioner AHP kepada responden para pakar seperti sebelumnya.Kueisioner AHP


(70)

dilakukan untuk mendapatkan penilaian dari evaluasi secara kuantitatif yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner ahp berskala 1-9 berdasarkan hirarki kriteria dan pilihan teknologi pengolahan limbah padat tandan kosong kelapa sawit.Berikut merupakan hasil dari kuesioner tersebut yang terbagi atas beberapa level.Berikut merupakan hasil pengumpulan data dari Kuesioner AHP:

5.5.1. Prosedur AHP

5.5.1.1. Matriks Banding Berpasangan (Parwise Comparison) 1. Level 2

Adapun matriks banding berpasangan (pairwise comparison) pada level 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.4. Matriks Banding Berpasangan Level 2

Elemen Responden 1

Lingkungan Teknologi Ekonomi Sosial

Lingkungan 1 3 1 3

Teknologi 1/3 1 3 1

Ekonomi 1 1/3 1 6

Sosial 1/3 1 1/6 1

Elemen Responden 2

Lingkungan Teknologi Ekonomi Sosial

Lingkungan 1 1/9 2 1

Teknologi 9 1 2 1

Ekonomi 1/2 1/2 1 1/4


(1)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.25. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Level 2 ... V-40 5.26. Penjumlahan Kolom Matriks Perbandingan Level 2 ... V-40 5.27. Pembagian Tiap Elemen Kolom dengan Hasil Penjumlahan

Matriks Perbandingan Level 2 ... V-41 5.28. Rekapitulasi Perhitungan Konsistensi Rasio ... V-43 5.29. Defenisi Setiap Nomor Fuzzy ... V-44 5.30. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan Level 2 ... V-44 5.31. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Aspek

Lingkungan ... V-45 5.32. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Aspek

Teknologi ... V-46 5.33. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Aspek Ekonomi ... V-48 5.34. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Aspek Sosial ... V-49 5.35. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Konsumsi

Energi ... V-50 5.36. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Integrasi

Limbah ... V-51 5.37. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Efisiensi


(2)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.38. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Tingkat

Emisi ... V-54 5.39. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Potensi

Pengembangan Teknologi ... V-55 5.40. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria

Performance ... V-56 5.41. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria

Perawatan ... V-57 5.42. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Sumber

Daya Manusia... V-58 5.43. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Dukungan

Industri ... V-60 5.44. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Investasi

Awal ... V-61 5.45. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Biaya

Operasional ... V-62 5.46. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Biaya

Perawatan ... V-63 5.47. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Biaya

Sumber Daya Manusia ... V-64


(3)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.48. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Penggunaan

Lahan ... V-66 5.49. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Penerimaan

Sosial ... V-67 5.50. Fuzzy Matriks Banding Berpasangan antar Kriteria Dampak

Teknologi ... V-68 5.51. Rata-rata Geometris Fuzzy Matriks Banding Berpasangan Level

2 ... V-70 5.52. Rekapitulasi Nilai l,m dan u ... V-71 5.53. Rekapitulasi Defuzifikasi Untuk Level 2 ... V-71 5.54. Rekapitulasi Nilai Fuzzyfikasi Seluruh Level... V-72 5.55. Rekapitulasi Bobot Teknologi Pengolahan Limbah Padat

PKS ... V-74 6.1. Rekapitulasi Perhitungan Konsistensi Rasio ... VI-1


(4)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

HALAMAN

1.1. Produksi Minyak Sawit Global 2012/2013 ... I-2 1.2. Perkebunan Kelapa Sawit di Area Sumatera (Ha) ... I-4 1.3. Pohon Industri Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit... I-5 2.1. Gambar Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara IV Unit

Kebun Pabatu ... II-4 2.2. Stasiun Penumpukan dan Pemindahan Buah ... II-7 2.3. Stasiun Perebusan ... II-8 2.4. Stasiun Penebah ... II-9 2.5. Stasiun Pengempaan... II-11 2.6. Stasiun Pemurnian Minyak ... II-12 2.7. Oil Purifier ... II-14 2.8. Diagram Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit ... II-16 2.9. Material Balance Proses Pengolahan Minyak Sawit ... II-17 3.1. Jenis Limbah Berdasarkan Tahap Proses Pabrik Kelapa

Sawit ... III-4 3.2. Pohon Industri Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit... III-4 3.3. Persentase Produksi Pengolahan Limbah Kelapa Sawit ... III-11 3.4. Aplikasi Limbah ... III-12 3.5. Contoh Penebaran Tankos di Areal Tanaman

Mengahasilkan ... III-13


(5)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR

HALAMAN

3.6. Proses Pembuatan Kompos ... III-15 3.7. Diagram Alir Pelaksanaan Pembuatan Papan Partikel... III- 16 3.8. Struktur Hirarki ... III-36 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.2. Block Diagram Pengolahan Data ... IV-8 5.1. Hirarki Kriteria dan Pilihan Teknologi Pengolahan Limbah


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

HALAMAN

1. Kuesioner 1 ... L-1 2. Kuesioner 2 ... L-2 3. Kuesioner AHP ... L-3 4. Form Tugas Akhir ... L-4 5. Surat Penjajakan ... L-5 6. Surat Balasan ... L-6 7. Surat Keputusan Tugas Akhir ... L-7 8. Perubahan Surat Keputusan Tugas Akhir ... L-8 9. Lembar Asistensi ... L-9