2. Purposive Sampling
Purposive sampling adalah metode sampling non-probability yang menggunakan orang-orang tertentu specific target-group sebagai sumber
datainformasi.Orang-orang tertentu yang dimaksud disini adalah individu atau kelompok yang karena pengetahuan, pengalaman, jabatan dan lain-lain
yang dimilikinya menjadikan individu atau kelompok tersebut perlu dijadikan sumber informasi. Individu atau kelompok khusus ini langsung dicatat
namanya sebagai reponden tanpa melalui proses seleksi secara random. Purposive sampling dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu judgement
sampling dan quota sampling.Judgement sampling adalah tipe pertama dari purposive sampling, responden terlebih dahulu dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu misalnya karena kemampuannya atau kelebihannya di antara orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat
khusus yang dibutuhkan peneliti. Quota sampling adalah tipe kedua purposive sampling dimana kelompok-
kelompok tertentu dijadikan responden sumber datainformasi untuk memenuhi kuota yang telah ditetapkan.
3.5. Kuesioner
16
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.Tujuan pokok pembuatan
16
Rosnani Ginting, Perancangan Produk, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010, hlm.68-72
Universitas Sumatera Utara
kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Syarat utama pengisian kuesioner adalah pertanyaan
yang jelas dan mengarah ke tujuan. Ada empat komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu:
1. Adanya subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian.
2. Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara
aktif dan objektif pertayaan maupun pernyataan yang tersedia. 3.
Adanya petunjuk pengiisian kuiioner, dimana petunjuk yang tersedia harus mudah dimengerti.
4. Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat pengisian jawaban, baik
secara tertutup, semi tertutup, maupun terbuka. Dalam merancang kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-
prinsip yang terkait dengan cara penulisan pertanyaan wording of quetions, cara pengukuran yaitu mengkatagorikan, membuat skala dan
mengkodekan catagorized, scaled and coded jawaban dari responden dan kerapian general appearance kuesioner tersebut
17
3.6. Defenisi Metode Delphi
.
18
Metode Delphi adalah metode sistematis dalam mengumpulkan pendapat dari sekelompok pakar melalui serangkaian kuesioner, di mana ada mekanisme
feedbackmelalui ‘putaran’round pertanyaan yang diadakansambil menjaga anonimitas tanggapan responden para ahli.
17
Sukaria Sinulingga, Idem, hlm.155 .
18
Harold A, Linstone., 2002.The Delphi Method , New Jersey Institute Of Technology: Amerika
Universitas Sumatera Utara
Metode Delphi adalah teknik komunikasi terstruktur, awalnya dikembangkan sebagai metode peramalan interaktif yang bergantung pada
sejumlah expert.Metode Delphi merupakan modifikasi dari
teknik brainwriting dan survei.Dalam metode ini, panel digunakan dalam pergerakan komunikasi melalui beberapa kuisioner yang tertuang dalam
tulisan.Teknik Delphi dikembangkan pada awal tahun 1950 untuk memperoleh opini ahli.Objek dari metode ini adalah untuk memperoleh konsensus yang
paling reliabel dari sebuah grup ahli. Teknik ini diterapkan di berbagai bidang, misalnya untuk teknologi peramalan, analisis kebijakan publik, inovasi
pendidikan, program perencanaan dan lain – lain.
3.6.1. Sejarah Metode Delphi
19
Pendekatan Delphi memiliki tiga grup yang berbeda yaitu: Pembuat keputusan, staf, dan responden. Pembuat keputusan akan bertangungjawab
terhadap keluaran dari kajian Delphi. Sebuah grup kerja yang terdiri dari lima sampai sembilan anggota yang tersusun atas staf dan pembuat keputusan, bertugas
Metode Delphi dikembangkan oleh Derlkey dan asosiasinya di Rand Corporation, California pada tahun 1968. Metode Delphi merupakan metode yang
menyelaraskan proses komunikasi komunikasi suatu grup sehingga dicapai proses yang efektif dalam mendapatkan solusi masalah yang kompleks.
3.6.2. Pendekatan dalam Metode Delphi
19
Dakley C, Norman, 1969. The Delphi Method : An Experimental Study Of Group Opinion, United States Air Force Project Rand
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan dan menganalisis semua kuisioner, evaluasi pengumpulan data dan merevisi kuisioner yang diperlukan. Grup staf dipimpin oleh kordinator yang
harus memiliki pengalaman dalam desain dan mengerti metode Delphi serta mengenal problem area.Tugas staf kordinator adalah mengontrol staf dalam
pengetikan. Mailingkuesioner, membagi dan proses hasil serta pernjadwalan pertemuan. Responden adalah orang yang ahli dalam masalah dan siapa saja yang
setuju untuk menjawab kuisioner.
3.6.3. Prosedur Delphi
Prosedur Delphi mempunyai ciri – ciri yaitu : 1.
Mengabaikan nama 2.
Iterasi dan feedback yang terkontrol 3.
Respon kelompok secara statistik Jumlah dari iterasi kuesioner Delphi bisa tiga sampai lima tergantung pada
derajat kesesuaian dan jumlah penambahan informasi selama berlaku. Umumnya kuesioner pertama menanyakan kepada individu untuk merespon pertanyaan
dalam garis besar.Setiap subsequen kuisioner dibangun berdasarkan respon kuisioner pendahuluan. Proses akan berhenti ketika konsensus mendekati
partisipan, atau ketika penggantian informasi cukup berlaku. Prosedur metode Delphi adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan pertanyaan Delphi
Ini merupakan kunci proses Delphi. Langkah ini dimulai dengan memformulasikan garis besar pertanyaan oleh pembuatan keputusan. Jika
Universitas Sumatera Utara
responden tidak mengerti garis besar pertanyaan maka masukan proses adalah sia-sia. Elemen kunci dari langkah ini adalah mengembangkan
pertanyaan yang dapat dimengerti oleh responden. Anggota staf harusmenginterview pembuat keputusan benar – benar jelas mengenai
pertanyaan yang dimaksud dan bagaimana informasi tersebut akan digunakan.
b. Memilih dan kontak dengan responden
Partisipan sebaiknya diseleksi dengan dasar; secara personal responden mengetahui permasalahan, memiliki informasi yang tepat untuk dibagi,
tranformasi untuk melengkapi Delphi dan responden merasa bahwa agregasi pendapat panel responden akan termasuk informasi yang mereka
nilai dan mereka tidak mengakses dengan cara lain. Seleksi aktual dari responden umumnya menyelesaikan melalui penggunaan proses nominasi.
c. Memilih ukuran contoh
Ukuran panel responden bervariasi dengan kelompok yang homogen dengan 10 – 15 partisipan mungkin cukup.Akan tetapi dalam sebuah kasus
dimana refrence yang bevariasi diperlukan maka dibutuhkan partisipan yang lebih besar.
d. Mengembangkan kuisioner dan test 1
Kuisioner pertama dalam Delphi mengikuti partisipan untuk menulis respon pada garis besar masalah. Sampul surat termasuk tujuan, guna dari
hasil, perintah dan batas akhir respon.
Universitas Sumatera Utara
e. Analisa kuisioner 1
Analisa kuisioner harus dihasilkan dalam ringkasan yang bersisi bagian – bagian yang diidentifikasi dan komentar dibuat dengan jelas dan dapat
dimengerti responden terhadap kuisioner 2. Anggota grup kerja mendokumentasikan masing – masing respon pada kartu indeks, memilih
kartu kedalam katagori umum, mengembangkan sebuah konsensus pada label untuk masing – masing katagori dan menyiapkan ringkasan
bayangan yang berisi katagori – katagori. f.
Pengembangan kuisioner dan test 2 Kuisioner kedua dikembangkan menggunakan ringkasan responden dari
kuisioner 1. Fokus dari kuisioner ini adalah untuk mengidentifikasikan area yang disetujui dan yang tidak, mendiskusikan dan mengidentifikasi
bagian yang diinginkan serta membantu partisipan mengetahui masing- masing posisi dan bergerak menuju pendapat yang akurat, responden
diminta untuk memilih pada ringkasan bagian kuisioner 1 g.
Analisa kuisioner 2 Tugas dari kelompok kerja adalah menghitung jumlah suara masing-
masing bagian yang meringkas komentar yang dibuat tentang masing- masing bagian. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menentukan jika
informasi lengkap akan membantu untuk penyelesaian masalah atau paling tidak membuktikan untuk digunakan di berbagai cara.
h. Mengembangkan kuisioner dan test 3
Kuisioner 3 didesain untuk mendorong masukan proses Delphi
Universitas Sumatera Utara
i. Analisis kuisioner 3
Analisa tahap ini mengikuti prosedur yang sama pada analisis kuisioner 2 j.
Menyiapkan laporan akhir
3.6.4. Evaluasi terhadap Teknik Evaluasi Delphi
20
Teori Delphi ini sangat baik untuk memecahkan masalah yang bersifat general, dimana rencana kebijakan tersebut berkaitan erat dengan ahli-ahli bidang
tertentu. Karena dari setiap ahli pada bidang tertentu akan dapat mengeluarkan Teknik evaluasi Delphi merupakan salah satu alat dari teknik evaluasi
yang digunakan dalam teknik evaluasi dengan pendekatan keputusan teoritis.Sedangkan teori keputusan teoritis adalah pendekatan yang menggunakan
metode-metode diskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara
eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan.Perbedaan pokok antara evaluasi teoritis keputusan di satu sisi, dan evaluasi semu dan evaluasi formal di
sisi lainnya, adalah bahwa evaluasi keputusan teoritis berusaha untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan baik
yang tersembunyi atau dinyatakan. Ini berarti bahwa tujuan dan target dari para pembuat kebijakan dan administrator merupakan salah satu sumber nilai, karena
semua pihak yang mempunyai andil dalam memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan dilibatkan dalam merumuskan tujuan dan target
di mana kinerja nantinya akan di ukur.
20
Dakley C, Norman, Idem,
Universitas Sumatera Utara
aspirasinya yang memiliki kemampuan dari segi yang didalaminya. Selain itu, metode ini tidak memperhatikan nama dari ahli untuk mencegah pengaruh besar
satu anggota terhadap anggota yang lainnya, dan Masing – masing responden memiliki waktu yang cukup untuk mempertimbangkan masing – masing bagian
dan jika perlu melihat informasi yang diperlukan untuk mengisi kuisioner sehingga dapat menghindari tekanan social psikologi.
Namun, teori ini juga mempunyai beberapa kekurangan yang juga harus diperhatikan yaitu waktu yang akan dihabiskan dalam mengisi kuisioner akan
cukup lama, karena metode ini menggunakan pendapat para ahli yang berbeda- beda aspek maka dikhawatirkan akan merepresentasikan opini yang tidak dapat
dipertahankan secara ilmiah dan cenderung berpikir hanya dari aspek yang terbaik baginya.
3.6.5. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Delpi
21
21
Garrod, B.The Delphi Technique. University of Wales Abersytwyth. Wales:Institute of Rulal Sience. 2007
3.6.5.1. Kelebihan Teknik Delphi
1. Teknik ini sangat fleksibel untuk diaplikasikan dalam berbagai situasi dan berbagai permasalahan yang rumit, dimana seringkali tidak ada metode
analisis yang cocok untuk diterapkan. 2. Prosedur iterasinya memungkinkan para ahli untuk memikirkan kembali
penilaian mereka berdasarkan feedback dari rekan ahli yang lain.
Universitas Sumatera Utara
3. Proses ini juga memberikan lebih banyak waktu kepada partisipan untuk memikirkan kembali ide-ide mereka sebelum memberikan penilaian, hal ini
tentunya akan memberikan respon yang lebih berkualitas. 4. Adanya kemungkinan pengaruh individual juga otomatis dihilingkan.
5. Adanya pengalihan isu yang keluar dari fokus utama diskusi dapat dikendalikan oleh project manager
6. Proses ini akan menghasilkan catatan dari pemikiran grup dapat direview saat diperlukan
7. Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi sebaran pendapat dari para ahli ataupun poin-poin konsensus hal-hal yang telah disepakati
3.6.5.2. Kelamahan Metode Delphi
1. Delphi biasa sangat sensitif terhadap hal-hal berikut: a. Level keahlian dari para panelis
b. Komposisi panelis c. Cara project manager melaporkan outlier
d. Administrasi kuesioner 2. Teknik ini mengasumsikan para ahli memperbolehkan penilaian mereka
direvisi oleh pendapat dari orang lain. 3. Panel ahli rentan terhadap atrisi proses pelemahan disebabkan karena:
a. Kejenuhan dengan subjektopic penelitian b. Ketidakpuasan dengan proses
c. kekurangan waktu untuk melengkapi kuesioner
Universitas Sumatera Utara
4. Beberapa praktisipengguna delpi menggunakan pengaruh uangpersuasi secara moral untuk meyakinkan panelis supaya keep on track dalam kasus ini,
akan tetapi hal ini dapat menyebabkan bias terkait hasil studi. 5. Ada kemungkinan terbentuk konsensus semu dalam panelis menyetujui dan
menyesuaikan peniliaian di grup. 6. Teknik ini seringkali memerlukan sejumlah waktu yang berkualitas untuk
melengkapi kuesioner dan seringkali menyita banyak waktu dari periset.
3.7. Dasar-Dasar AHP
22
22
TL.Saaty, Pengambilan Keputusan.PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1993, Hal.3
Pada dasarnya, metode AHP ini memecah-mecah suatu situasi yang kompleks, tak terstruktur, ke dalam bagian-bagian komponennya yaitu menata
bagian atau variabel dalam suatu susunan hierarki memberi nilai numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel dan mensintesis
berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempebgaruhi hasil padea situasi tersebut.
Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa tahapan, yaitu: penguraian decomposition, perbandingan berpasangan pair comparisons,
sintesa prioritas synthesis of priority, dan konsistensi logis logical consistency.
Universitas Sumatera Utara
3.7.1. Decomposition
23
Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur – unsurnya ke bentuk hirarki proses
pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan
dilakukan terhadap unsur – unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari
persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki
keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat
berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki lengkap. Bentuk struktur dekomposisi yakni :
Tingkat pertama : Tujuan keputusan Goal Tingkat kedua
: Kriteria – kriteria Tingkat ketiga
: Alternatif – alternatif
23
USU, Analytic Hierarchy Process, http:repository.Usu.ac.idbitstream1 23456789205603 Chapter20II.pdf, diakses pada 23 Nopember 2013, Pukul 21.23 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.8.Struktur Hirarki
Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem.
Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan
suatu struktur tertentu.
3.7.2. Comparative Judgement
Comparative judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan
diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen – elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih
mudah disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk
tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
tingkat yang paling rendah equal importance sampai dengan skala 9 yang menujukkan tingkatan paling tinggi extreme importance.
3.7.3. Synthesis of Priority
Synthesis of Priority adalah tahap untuk mendapatkan bobot bagi setiap elemen hierarki dan elemen alternatif.
Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari vektor prioritas eigen vector dari suatu level hierarki untuk mendapatkan local priority. Proses
penentuan eigen vector mensyaratkan matriks yang non negatif dan tidak ada angka nol. Dengan skala 1 sampai 9, syarat ini dapat terpenuhi karena 19 adalah
nilai elemen terkecil dan 9 terbesar. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat untuk
mendapatkan global priority, maka sintesis harus dilakukan pada setiap local priority.Prosedur pelaksanaan sintesis berbeda dengan bentuk hierarki.Sedangkan
pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting.
3.7.4. Logical Consistency
Logical Consistency dapat dianggap sebagai prinsip rasionalitas AHP.Ada tiga makna yang terkandung dalam konsep konsistensi, pertama adalah
objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi.Kedua adalah matriks perbandingan bersifat resiprokal, artinya jika A1
adalah lebih penting dari A2, maka A2 adalah setengah kali lebih penting dari
Universitas Sumatera Utara
A1.Ketiga, hubungan antar dua elemen diupayakan bersifat transitif.Contohnya, jika sepak bola dinilai dua kali lebih menarik dibanding basket dan basket tiga
kali lebih menarik dibanding tinju, maka sepak bola harus dinilai enam kali lebih menarik dibanding tinju.Bila tidak demikian, maka terjadi intransitivitas. Jadi,
rasionalitas yang dimaksud AHP bukan sekedar transitivitas.
3.8. Konsistensi Hierarki
24
Perhitungan Rasio Konsistensi bertujuan untuk menentukan konsistensi penilaian responden yang diisikan kedalam kuesioner. Nilai Rasio Konsistensi
Hirarki didapatkan dengan membagi indeks konsistensi hirarki dengam indeks konsistensi acak hirarki, dan disebut konsisten apabila nilai Rasio Konsistensi
Hirarki 0,1. Langkah – langkah untuk menentukan Rasio Konsistensi adalah sebagai berikut :
1. Kalikan setiap kolom dalam matrik perbandingan berpasangan A prioritas
relatif yang bersesuaian dengan kolomnya masing – masing dan jumlahkan untuk memperoleh matriks B yang berukuran n x 1
24
Unikom, Konsistensi Hierarki, 2007, http:elib.unikom.ac.idfilesdisk1127jbptunikompp-gdl- s1-2007-supriatnan-6334-bab-2.pdf, diakses pada 23 Nopember 2013, Pukul 21.45 WIB
Universitas Sumatera Utara
2. Menghitung Eigen Value Maksimum
ʎ Maks
3. Menghitung Indeks Konsistensi Consistency Index yang dilambangkan
dengan CI
4. Menghitung Rasio Konsistensi yang dilambangkan dengan CR
jika Rasio Konsitensi CR 0,1 maka hasil sudah dapat diterima.
Tabel 3.9. Nilai Indeks Random
N 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
RI 0.00
0.00 0.58
0.90 1.12
1.24 1.32
1.41 1.45
1.49 1.51
1.48 1.56
Formula untuk menghitung Rasio Konsistensi Hirarki
Dimana : CRH : Rosio Konsistensi Hierarki
CIH : Indeks Konsistensi Hierarki RIH : Indeks Random Hierarki
Universitas Sumatera Utara
CI1 : Indeks Konsistensi dari matrik banding berpasangan dari hirarki level pertama
CI2 : Indeks Konsistensi dari matrik banding berpasangan dari hirarki level kedua
EV1: Eigen Value dari matrik banding berpasangan pada hirarki level pertama
RI1 : Indeks Random dari matrik banding berpasangan pada level pertama RI2 : Indeks Random dari matrik banding berpasangan pada level kedua
3.9. AHP dalam Kelompok