5
melakukan hal-hal yang bersifat jangka panjang. Siswa yang minatnya kurang dan cepat bosan biasa melakukan kegiatan yang bersifat jangka
pendek, sehingga tidak mendapatkan pengalaman belajar yang seutuhnya. Jika mengharapkan bahwa pengalaman belajar merupakan kemampuan
siswa sepenuhnya, rangsangan harus diatur supaya bertepatan dengan minat siswa. Ini merupakan saat siap diajar yaitu saat siswa siap belajar
karena mereka berminat terhadap keuntungan dan kepuasan pribadi yang dapat diperoleh lewat pengalaman belajar siswa baik di sekolah maupun di
rumah. Relasi teman sebaya di sebut sebagai anak-anak yang memiliki
masa pertumbuhan yang kurang lebih usianya sama yang terdapat pengaruh sangat besar dalam pergaulan anak-anak sehingga dalam
penelitian ini terhadap minat belajar peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh relasi sebaya dengan minat belajar siswa. Relasi sebaya dapat
membentuk kelompok bermain yang bertujuan pada belajar yang didekatkan dengan teman sebaya yang bervariasi. Relasi teman sebaya
dapat menjadi suatu masalah yang membuat peneliti menjadi tertarik untuk meneliti suatu permasalahan tersebut. Selain itu, bahwa dalam hasil
observasi juga menunjukkan bahwa SD Negeri se-Gugus 3 Bantul yang berjumlah 4 sekolah, kebanyakan terdapat siswa yang mempunyai relasi
teman sebaya di sekolah. Hal tersebut dilihat pada setiap hari siswa berangkat sampai di sekolah siswa saling mendekati temannya masing-
masing di luar kelas dan mengajak temannya untuk masuk kelas
6
menyiapkan ruangan kelas dengan membersihkan kelas, mengatur ruang kelas untuk persiapan proses belajar mengajar. Belum diketahui seberapa
besar pengaruh relasi teman sebaya terhadap minat belajar siswa. Hal tersebut menjadi alasan peneliti melakukan penelitian di SD Negeri se-
Gugus 3 Sewon Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, “Pengaruh Relasi Sebaya terhadap Minat Belajar Siswa kelas V SD Negeri
se- Gugus 3 Sewon Bantul”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. belum diketahuinya pergaulan relasi teman sebaya siswa kelas V SD Negeri se-Gugus 3 Kecamatan Sewon.
2. belum diketahuinya seberapa besar minat belajar siswa kelas V SD Negeri se-Gugus 3 Kecamatan Sewon.
3. belum diketahuinya pengaruh relasi sebaya terhadap minat belajar siswa kelas V SD se-Gugus 3 Kecamatan Sewon.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini akan dibatasi pada: “belum diketahuinya relasi teman sebaya terhadap minat
belajar siswa kelas V SD se-Gugus 3 Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.
7
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan oleh peneliti di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh relasi sebaya terhadap minat belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Gugus 3
Kecamatan Sewon, Kabupat en Bantul”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh relasi sebaya terhadap minat belajar siswa kelas V yang ada di Sekolah
Dasar Negeri se-Gugus 3 Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pendidikan untuk mengembangkan teori
dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi
gambaran mengenai relasi sebaya terhadap minat belajar siswa. 2. Manfaat praktis
Dengan penelitian ini harapkan dapat membantu dan memberikan informasi khususnya kepada para orang tua dan guru dalam upaya
membimbing dan memotivasi siswa dalam meningkatkan minat belajarnya.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Relasi Sebaya
1. Pengertian Relasi Sebaya
Santrock 2002: 268,mengatakan bahwa, relasi teman sebaya ialah anak-anak yang dimana memiliki tingkat usia dan kematangannya yang
kurang lebih sama, interaksi antara teman sebaya yang usianya sama juga dapat mengisi suatu peran yang unik dalam pergaulan anak di sekolah itu
terdapat kerakter yang berbeda dalam diri meraka masing-masing. Kemudian anak itu memiliki sifat bermain yang tinggi di banding dengan
waktu untuk belajarnya. Anak-anak itu sudah memiliki usia kematangan dalam dirinya sehingga anak dapat bisa mengontrol dirinya sendiri.
Sudarwan Danim 2013: 139, mengemukakan bahwa relasi teman sebaya sangat
berpengaruh penting
bagi perkembangan
anak melalui
pergaulannya sepanjang sejarah hidup peserta didik. Santrock 2002: 347, mengemukakan bahwa relasi teman sebaya
adalah suatu bentuk proses interaksi antara teman sebayanya yang dilakukan dalam pergaulannya di sekolah dan kebanyakan terjadi di
lingkungan rumah dan lebih sering terjadi di tempat pribadi daripada di tempat umum dan lebih sering terjadi di antara anak-anak yang jenis
kelaminnya sama daripada anak-anak yang berbeda jenis kelamin. Hal ini dilakukan selama masa pertengahan dan akhir anak-anak meluangkan
waktunya dalam berinteraksi dengan teman sebayanya. Samsunuwiyati Mar’at 2007: 219, 220, mengatakan relasi teman
sebaya adalah suatu perkembangan dalam kehidupan sosial pada masa
9
anak-anak yang juga ditandai dengan gejala meningkatnya teman sebaya dalam kehidupan mereka yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk
berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebayanya. Jean piaget dan Harry Stack Sullivan, mengemukakan bahwa hubungan teman sebaya
anak dalam belajar sangat baik kerena di saat itulah dilakukan hubungan timbal balik antar teman. Anak dapat belajar tentang kejujuran dan
keadilan yang dapat menjadi bekal atau pegangan melalui peristiwa dalam pertentangan teman sebaya mereka.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa relasi teman sebaya adalah suatu gejala psikis yang merupakan pemusatan proses
perkembangan anak dalam berinteraksi antar teman sebayanya dengan karakter dan kondisi anak yang berbeda-beda tetapi memiliki tingkat
kematangan yang sama dengan tingkat kecerdasan yang bervariasi dalam dirinya.
2. Fungsi teman sebaya
Menurut Santrock 2002: 264, penggolongan usia akan terjadi terhadap anak pada saat ia berada dengan teman sebayanya yang dia
anggap usianya sama agar dapat mengimbangi pergaulan mereka dengan cara berinteraksi yang bervariasi. Namun, sekolah tidak menggolongkan
usia anak-anak dalam pertemanannya tetapi dibiarkan anak-anak itu menentukan sendiri teman sebaya mereka dan dibiarkan menentukan
komposisi masyarakat mereka sendiri sehingga lebih mudah bagi anak- anak dalam berinteraksi dengan masyarakat mana yang dia ingin
10
berinteraksi. Fungsi kelompok teman sebaya itu juga paling penting bagi anak-anak dimana bisa menyediakan suatu informasi dan perbandingan
tentang dunia di luar keluarga. Kelly dan Hansen dalam Samsunuwiyati Mar’at 2007: 220,
menyatakan enam fungsi teman sebaya sebagai berikut: 1 Dengan adanya interaksi dengan teman sebaya yang ada anak belajar
dengan cara bagaimana memecahkan pertentangan-pertentangan dengan bentuk atau cara yang bervariasi dengan bentuk tindakan yang
bersifat agresi langsung dan tersampaikan dengan tujuan yang dimaksud dalam suatu informasi berbentuk pesan.
2 Mendapatkan dorongan dengan tingkat emosional dengan sosial kehidupan yang menjadi lebih independen yang membentuk sebuah
interaksi antara teman-teman dan kelompok dengan teman sebayanya dengan
memberikan dorongan
bagi remaja
untuk lebih
mengimplementasikan melalui pengambilan peran dan tanggung jawab yang baru didapatkan oleh setiap teman-teman sebayanya.
Bentuk dorongan yang sudah dapat diperoleh setiap remaja dan dari teman-teman sebaya mereka itu akan menyebabkan berkurangnya
ketergantungan setiap anak remaja dengan dorongan dari setiap keluarga mereka masing-masing.
3 Teman sebaya juga dapat meningkatkan keterampilan sosial bakat anak dengan mengembangkan kemampuan penalaran anak dengan
belajar untuk mengekspresikan sesuatu yang ada pada diri mereka