Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Kehakiman RI Nomor: M.09-HT.05.10 Tahun 1998 tentang Pedoman Besarnya Imbalan Jasa
Bagi Kurator dan Pengurus, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
193
B. Pembebanan Biaya Kurator
Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Kurator adalah professional yang di
angkat oleh Pengadilan Niaga untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit. Maksud pengurusan disini yaitu mencatat, menemukan, mempertahankan
nilai, mengamankan, dan membereskan harta dengan cara dijual melalui lelang. Walaupun, kurator ditunjuk Pengadilan, kurator tetap diusulkan oleh pemohon
pailit. Namun dalam bertugas, kurator tidak bertindak untuk kepentingan pemohon melainkan untuk kepentingan budel pailit. Intinya, Kurator tidak hanya
mendahulukan kepentingan kreditor, tapi harus fair juga terhadap debitor. Permasalahannya disini adalah kepada siapa pembebanan biaya kurator
akan diberikan, apakah kepada pihak debitur pailit atau pihak kreditur pailit. Ada terdapat perubahan kontradiksi antara di dalam Keputusan Kehakiman dan
Peraturan Menteri Kehakiman Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pengaturan terhadap pembebanan biaya kurator, baik antara Keputusan
Menteri Kehakiman maupun Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sama-sama tidak ada menjelaskan kepada siapa pembebanan biaya kurator akan
diberikan apabila permohonan pernyataan pailit diterima pada tingkat Pengadilan Niaga. Peraturan ini hanya menjelaskan kepada pihak mana pembebanan biaya
193
Dikutip dari Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 01 Tahun 2013 Tentang Pedoman Imbalan Bagi Kurator dan Pengurus.
Universitas Sumatera Utara
kurator akan diberikan apabila dalam hal permohonan pailit ditolak pada tingkat kasasi atau peninjauan kembali.
Pada Pasal 17 ayat 2 dan ayat 3 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang menjelaskan
bahwa Majelis Hakim yang membatalkan putusan pernyataan pailit menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator. Adapun biaya sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 dibebankan kepada pemohon pernyataan pailit dan debitor dalam perbandingan yang ditetapkan oleh majelis hakim tersebut.
Ketentuan tersebut diatur lebih lanjut di dalam Keputusan Kehakiman Nomor: M.09-HT.05.10 Tahun 1998 dan di dalam Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia No. 01 Tahun 2013. Dalam Pasal 2 ayat 1 huruf c Keputusan Kehakiman Nomor: M.09-HT.05.10 Tahun 1998 menjelaskan bahwa
dalam hal permohonan pernyataan pailit ditolak ditingkat kasasi atau peninjauan kembali, besarnya imbalan jasa ditetapkan oleh hakim dan dibebankan kepada
debitur. Sedangkan, di dalam Pasal 2 ayat 1 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi dan Manusia No. 01 Tahun 2013 dijelaskan bahwa dalam hal
permohonan pernyataan pailit ditolak ditingkat kasasi atau peninjauan kembali, besarnya imbalan jasa ditetapkan oleh hakim dan dibebankan kepada pemohon
pailit. Berdasarkan isi dari ke-2 peraturan diatas, terdapat perubahan pengaturan
terkait imbalan atau fee bagi kurator dan pengurus. Salah satunya adalah mengenai siapa yang harus menanggung fee kurator bila saat Mahkamah Agung
baik tingkat kasasi maupun tingkat peninjauan kembali membatalkan putusan pailit.
Universitas Sumatera Utara
Keputusan Menteri Kehakiman menjelaskan bahwa yang dapat dikenakan pembebanan biaya kurator apabila permohonan pernyataan pailit ditolak ditingkat
kasasi atau peninjauan kembali adalah pihak debitur. Pihak debitur disini adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang
pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan.
194
Berdasarkan isi dari ke-2 peraturan diatas juga terdapat perubahan pengaturan terkait imbalan atau fee bagi kurator sementara. Dalam Keputusan
Menteri Kehakiman, menjelaskan bahwa yang dapat dikenakan biaya kurator sementara apabila permohonan pailit ditolak ditingkat kasasi ataupun peninjauan
kembali adalah pihak debitur. Pihak debitur merupakan orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di
muka pengadilan. Sedangkan, di dalam Peraturan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menjelaskan bahwa yang dapat dikenakan biaya kurator adalah pihak pemohon pailit.
Sama halnya dalam pembebanan biaya bagi kurator sementara. Dalam Pasal 2 ayat 3 huruf b Keputusan Menteri Kehakiman No. M-09-HT.05-10 Tahun
1998 dijelaskan bahwa besarnya imbalan jasa bagi kurator sementara dalam hal permohonan pernyataan pailit ditolak, maka besarnya imbalan jasa ditetapkan
oleh hakim dan dibebankan kepada debitur. Sedangkan, di dalam Pasal 2 ayat 3 huruf b Peraturan Menteri Kehakiman No. 01 Tahun 2013 dijelaskan bahwa
banyaknya imbalan bagi kurator sementara dalam hal permohonan pernyataan pailit ditolak, banyaknya imbalan ditetapkan oleh hakim dan dibebankan kepada
pemohon pernyataan pailit.
195
194
Pasal 1 angka 4 UU No.37 Tahun 2004
195
Ibid.
Sedangkan, dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Universitas Sumatera Utara
Manusia, menjelaskan bahwa yang dapat dikenakan biaya kurator sementara apabila permohonan pailit ditolak ditingkat kasasi ataupun peninjauan kembali
adalah pihak pemohon pailit. Dengan adanya Peraturan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia No.
01 Tahun 2013 tentang Pedoman Imbalan Bagi Kurator dan Pengurus, maka Keputusan Menteri Kehakiman No. 09-HT.05.10 Tahun 1998 tentang Pedoman
Besarnya Imbalan Jasa bagi Kurator dan Pengurusnya tidak berlaku lagi. Hal ini terdapat di dalam Pasal 8 Peraturan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
No. 01 Tahun 2013 yang menjelaskan bahwa, “Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kehakiman RI No. 09-HT.05.10 Tahun 1998
tentang Pedoman Besarnya Imbalan Jasa bagi Kurator dan Pengurus dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.”
Berdasarkan penjelasan di atas, apabila permohonan pailit ditolak pada tingkat Kasasi atau Peninjauan Kembali maka pembebanan biaya kurator akan
dibebankan kepada pihak pemohon pernyataan pailit.
C. Pembebanan Biaya Kurator dalam Kasus PT. Telkomsel. Tbk