BAB II KEPAILITAN PADA PERUSAHAAN PT. TELKOMSEL. TBK
A. Syarat Kepailitan PT. Telkomsel. Tbk
Seorang debitor dapat dinyatakan pailit atau dalam keadaan pailit apabila telah dinyatakan oleh hakim atau pengadilan dengan suatu putusan hakim.
Kewenangan pengadilan
30
untuk menjatuhkan putusan kepailitan itu telah ditentukan secara tegas di dalam Undang-Undang Kepailitan.
31
1. Syarat adanya dua kreditur atau lebih Concursus Creditorium
Syarat-syarat untuk mengajukan permohonan pailit dapat dilihat dari Pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 , yakni sebagai berikut :
“Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonan satu atau lebih kreditornya.”
Syarat-syarat mengenai permohonan pailit sebagaimana terdapat dalam Pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 tersebut dapatlah dijelaskan lebih
mendalam sebagai berikut :
Berdasarkan dari Pasal 2 UU No. 37 Tahun 2004, pihak yang dapat mengajukan pailit adalah seorang debitur yang mempunyai dua atau lebih
krediturnya dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh
30
Hakim dan Pengadilan yang dimaksud adalah Hakim dan Pengadilan Niaga, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 7 dan Pasal 300-303 UUK
31
Pasal 3 UUK
Universitas Sumatera Utara
waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dalam Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya,
kemudian permohonan tersebut dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk kepentingan umum.
Apabila debitur merupakan bank, maka pernyataan permohonan pailit hanya dapat dilakukan oleh Bank Indonesia. Apabila debiturnya adalah Perusahaan
Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, maka permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh
Badan Pengawas Pasar Modal. Apabila debiturnya adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, Badan Usaha Milik Negara BUMN yang
bergerak di bidang kepentingan publik, maka permohonan pernyataan pailit diajukan oleh Menteri Keuangan.
Berdasarkan jenis pelunasan piutangnya dari debitur, maka tingkatan kreditur dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Kreditur Preferen kreditur istimewa atau privilege yang terdiri atas :
1 Kreditur Preferen karena undang-undang
Yaitu kreditur yang karena undang-undang diberi tingkatan yang lebih tinggi daripada kreditur lainnya yang semata-mata karena sifat piutang
yang diatur dalam Pasal 1139 KUHPedata dan Pasal 1149 KUHPerdata.
2 Kreditur Separatis secured creditor
Yaitu kreditur yang dapat menjual sendiri benda jaminan seolah-olah tidak terjadi kepailitan, artinya para kreditur separatis tetap dapat
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan hak-hak eksekusinya meskipun debitornya dinyatakan pailit.
Kreditur pemegang hak jaminan adalah kreditur preferen. Mariam Darus Badrulzaman menyebutkan sebagai kreditur pemegang
hak jaminan yang memiliki hak preferen dan kedudukannya sebagai kreditur separatis.
32
Perbedaan antara hak dan kedudukan kreditur yang piutangnya dijamin dengan hak atas kebendaan yaitu haknya
disebut preferen karena ia digolongkan oleh undang-undang sebagai kreditur yang diistimewakan pembayarannya, sedangkan
kedudukannya adalah separatis karena ia memiliki hak yang terpisah dari kreditur preferen lainnya yaitu utangnya dijamin dengan hak
kebendaan.
33
Dikatakan separatis yang berkonotasi pemisahan karena kedudukan kreditur tersebut memang dipisahkan dari kreditur lainnya,
dalam arti ia dapat menjual benda sendiri dan mengambil sendiri dari hasil penjualan yang terpisah dengan harta pailit pada umumnya.
34
b. Kreditur Konkuren unsecured creditor
Kreditur pemegang hak jaminan ini karena sifat pemilik suatu hak yang dilindungi secara preferen dapat mengeksekusi seolah-olah tidak
terjadi kepailitan karena di anggap separatis berdiri sendiri.
Yaitu kreditur yang tidak termasuk dalam kreditur separatis atau golongan preferen. Pelunasan piutang-piutang mereka dicukupkan dari sisa
32
Mariam Darus Badrulzaman. Bab-Bab Tentang Creditverband, Gadai dan Fidusia. Bandung: PT. Citra Aditia Bakti, 1991. Hal 17
33
Ibid.
34
Munir Fuady. Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1998. Hal 105
Universitas Sumatera Utara
penjualanpelelangan harta pailit sesudah diambil bagian golongan separatis dan preferen. Sisa hasil penjualan harta pailit dibagi menurut imbangan
besar kecilnya piutang kreditur konkuren.
35
Ketentuan Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU tidak membedakan jenis-jenis kreditur yang dapat mengajukan permohonan pailit tanpa terkecuali termasuk
kreditur separatis. Akan tetapi Sutan Remi Syahjeini berpendapat bahwa kreditur separatis atau kreditur pemegang hak jaminan tidak mempunyai kepentingan
untuk diberi hak mengajukan permohonan pernyataan pailit mengingat kreditur separatis telahterjamin sumber pelunasan tagihannya, yaitu dari barang agunan
yang dibebani dengan hak jaminan. Apabila seorang kreditur separatis merasa kurang terjamin sumber pelunasan piutangnya karena nilai hak jaminan yang
dipegangnya lebih rendah daripada nilai piutangnya, dan apabila kreditur separatis itu menghendaki untuk memperoleh sumber pelunasan dari harta pailit, maka
kreditur separatis itu harus terlebih dahulu melepaskan hak separatisnya, sehingga dengan demikian berubah statusnya menjadi kreditur konkuren.
36
Dalam hukum perdata perbedaan kreditur hanya dibedakan dari kreditur preferen dengan kreditur konkuren. Kreditur preferen dalam hukum perdata dapat
mencakup kreditur yang memiliki hak jaminan kebendaan dan kreditur yang menurut undang-undang harus didahulukan pembayaran piutangnya. Akan tetapi
di dalam kepailitan yang dimaksud dengan kreditur preferen hanya kreditur yang menurut undang-undang harus didahulukan pembayaran piutangnya, seperti
pemegang hak privillage, pemegang hak retensi, dll. Sedangkan kreditur yang memiliki jaminan kebendaan dalam hukum kepailitan diklasifikasikan dalam
35
Pasal 1132 KUHPerdata
36
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
kreditur separatis. Dalam hubungannya dengan aset-aset yang digunakan, kedudukan kreditur preferen sangat tinggi, lebih tinggi dari kreditur yang
diistimewakan lainnya, kecuali undang-undang menentukan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan Pasal 1134 ayat 2 KUHPerdata yang berbunyi: Gadai dan hipotik
adalah lebih tinggi dari pada hak istimewa kecuali dalam hal-hal dimana oleh undang-undang ditentukan sebaliknya. Sehingga berdasarkan semua penjelasan
diatas maka kreditur preferen memilikikedudukan yang diistimewakan dimana kreditur preferen memiliki hak untuk mendapat pelunasan terlebih dahulu dari
hasil penjualan harta pailit berdasarkan sifat piutangnya. 2.
Syarat harus ada utang Syarat lain yang harus dipenuhi bagi seorang pemohon pernyataan pailit
adalah harus ada utang. UU No. 37 Tahun 2004 tidak menentukan apa yang dimaksudkan dengan utang. Dengan demikian para pihak yang terkait dengan
suatu permohonan pernyataan pailit dapat berselisih pendapat mengenai ada atau tidak adanya utang. Pihak-pihak yang dimaksud adalah Penasihat Hukum dari
pemohon, Penasihat Hukum dari termohon, dan Majelis Hakim Peninjauan Kembali.
37
a. Menurut Remy Sjahdeini, pengertian utang di dalam UU No. 4 Tahun 1998
yaitu tidak seharusnya hanya diberi arti berupa kewajiban membayar utang yang timbul karena perjanjian utang-piutang saja, tetapi merupakan setiap
Di bawah ini ada beberapa pendapat para pakar hukum mengenai pengertian utang, yaitu :
37
Pengertian Syarat harus adanya Utang, http:webchace.googleusercontent.comsearch?q=cache:http:hernathesis.multyply.comreviewsit
em13diakses tanggal 29 Januari 2014
Universitas Sumatera Utara
kewajiban yang berupa kewajiban untuk membayar sejumlah uang kepada kreditur baik karena kewajiban untuk membayar sejumlah uang kepada
kreditur, baik kewajiban itu timbul karena perjanjian tidak terbatas, maupun timbul karena ketentuan undang-undang, dan timbul karena putusan hakim
yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.
38
b. Menurut Kartini dan Gunawan Widjaja, utang adalah perikatan, yang
merupakan prestasi atau kewajiban dalam lapangan harta kekayaan yang harus dipenuhi oleh setiap debitur dan bila tidak dipenuhi, kreditor berhak
mendapat pemenuhannya dari harta debitur. Pada dasarnya UU Kepailitan tidak hanya membatasi utang sebagai suatu bentuk utang yang bersumber
dari perjanjian pinjam-meminjam uang saja.
39
Pasal 1 angka 6 menjelaskan pengertian utang sebagai berikut : Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam
jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau
kontijen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur
untuk mendapat pemenuhannya darta kekayaan debitur. Berdasarkan defenisi utang yang diberikan oleh UU Kepailitan, jelas bahwa
definisi utang harus ditafsirkan secara luas, tidak hanya meliputi utang yang timbul dari perjanjian utang-piutang atau perjanjian pinjam-meminjam, tetapi juga
38
Prof. Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan: Memahami Faillissementsverordening Juncto Undang-Undang No. 4 Tahun 1998, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2002, hlm 110.
39
Kartini, Gunawan, Pedoman Menangani Pekara Kepailitan, Jakarta: Rajawali Press, 2003, hlm.11.
Universitas Sumatera Utara
utang yang timbul karena undang-undang atau perjanjian yang dapat dinilai dengan sejumlah uang.
3. Syarat cukup utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
Pasal 1 ayat 1 UUK tidak membedakan tetapi menyatukan syarat utang yang telah jatuh waktu dan utang yang telah dapat ditagih. Pada perjanjian kredit
perbankan, kedua hal tersebut jelas dibedakan. Utang yang telah jatuh waktu adalah utang yang dengan lampaunya waktu yang ditentukan di dalam perjanjian
kredit itu menjadi waktu dan karena itulah kreditur berhak menagihnya. Pasal 1angka 6 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang yang mendefenisikan utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang
Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudianhari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-
undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhan dari harta kekayaan debitor.
Utang hanyalah jatuh waktu apabila menurut perjanjian kredit atau perjanjian utang piutang telah sampai jadwal waktunya untuk dilunasi oleh debitor
sebagaimana ditentukan di dalam perjanjian itu. Maka kata-kata di dalam Pasal 1 ayat 1 UUK yang berbunyi “utang yang telah jatuh waktu dan telah dapat
ditagih” diubah menjadi “utang yang telah dapat ditagih” atau “utang yang telah dapat ditagih baik utang tersebut telah jatuh waktu atau belum”.
Salah satu syarat mengajukan permohonan pernyataan permohonan pailit terhadap seorang kreditur adalah bahwa selain debitur harus memiliki lebih dari
Universitas Sumatera Utara
seorang kreditur tersebut, harus pula dalam keadaan tidak mampu membayar lebih dari 50 lima puluh persen.
40
Perkara kepailitan PT. Telkomsel telah dijelaskan dalam putusan perkara kepailitan No.48Pailit2012PN.Niaga.Jkt.Pst jo No.704kPdt.Sus2012. Adapun
duduk perkaranya adalah sebagai berikut :
41
1. Tanggal 1 Juni 2012 :
Perjanjian Kerjasama yang disetujui antara PT. Telkomsel dan PT. Prima Jaya Informatika. No. Perjanjian Kerjasama Telkomsel :
PKS.591LG.05SL-012011 dan No. Perjanjian Kerjasama Prima Jaya Informatika : 031PKSPJI-TDVI2011.
2. Perjanjian Kerjasama tersebut berlangsung dari tanggal 11 Juni 2011-1 Juni
2013. 3.
Inti Perjanjian Kerjasama tersebut adalah : a.
Telkomsel harus menyediakan voucher isi ulang dan Kartu Perdana sebesar Rp 5,2 miliyar lima koma dua miliyar rupiah
b. Prima Jaya Informatika harus menjual sebanyak 120 juta Voucher,
10jutaKartu Perdana, dan membentuk komunitas Prima sebanyak 10juta anggota.
4. Tanggal 9 Mei 2012 :
Prima Jaya Informatika melakukan pemesanan produk pada Telkomsel. 5.
Tanggal 20-21 Juni 2012 :
40
SyaratPailit,http:webcache.googleusercontent.comsearch?q=cache:http:hernathesis.mu ltiply.comreviewitem13diakses tanggal 30 Januari 2014.
41
Dikutip dari Putusan No. 48Pailit2012PN.Niaga.Jkt.Pst
Universitas Sumatera Utara
Prima Jaya Informatika sekali lagi melakukan pemesanan produk pada Telkomsel.
6. Telkomsel menolak pemesanan Voucheryang di minta oleh Prima Jaya
Informatika melalui email pada tanggal 21 Juni 2012 karena belum melakukan pembayaran.
7. Telkomsel berusaha mengadakan mediasi terkait performa terhadap Prima
Jaya Informatika. 8.
Prima Jaya Informatika mengajukan permohonan pailit terhadap PT. Telkomsel pada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No.
48Pailit2012PN.Niaga.Jkt.Pst. 9.
Alasan Prima Jaya Informatika mengajukan permohonan pailit terhadap Telkomsel adalah sebagai berikut :
Telkomsel mempunyai utang akibat tidak melaksanakan perjanjian kerjasama yang telah disepakati antara Telkomsel dan Prima Jaya
Informatika dengan menimbulkan kerugian sebesar Rp. 5,3 miliyar lima koma tiga miliyar rupiah pada Prima Jaya Informatika.
10. Dalil pailitnya PT. Telkomsel adalah sebagai berikut :
a. Kreditor I yaitu PT. Prima Jaya Informatika memiliki piutang sebesar
Rp 5,2 miliyar lima koma dua miliyar ; b.
Kreditor II yaitu PT. Extend Media Indonesia memiliki piutang sebesar Rp 40,3 miliyar empat puluh koma tiga miliyar ; dan
c. Telkomsel menolak berprestasi pemesanan II melalui email tanggal 21
Juni 2012.
Universitas Sumatera Utara
11. Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menjatuhkan putusan pailit pada
tanggal 14 September 2012. Amar Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terhadap pailitnya PT.
Telkomsel adalah sebagai berikut :
42
1. Mengabulkan permohonan pernyataan pailit pemohon pailit PT. Prima Jaya
Informatika untuk seluruhnya. 2.
Menyatakan Termohon pailit yaitu PT. Telkomsel, pailit dengan segala akibat hukumnya.
3. Mengangkat dan menunjuk hakim niaga pada Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat sebagai Hakim Pengawas dalam proses kepailitan Termohon Pailit tersebut.
4. Mengangkat dan menunjuk Sdr. Feri S. Samad, S.H., M.H., sebagai Kurator
dalam proses kepailitan Termohon Pailit tersebut. 5.
Menetapkan bahwa imbalan jasa fee Kurator yang akan ditetapkan setelah Kurator selesai melaksanakan tugasnya.
Inti pertimbangan hukum Putusan Mahkamah Agung terhadap kasus pailitnya PT. Telkomsel No.704KPdt.Sus2012 adalah sebagai berikut :
43
1. Majelis Hakim Pengadilan Niaga, perkara No.
48Pailit2012PN.Niaga.Jkt.Pst tidak memahami atau sangat keliru dalam memahami hukum perikatanperjanjian Indonesia.
42
Ibid.
43
Dikutip dari Putusan No.704KPdt.Sus2012
Universitas Sumatera Utara
2. Majelis Hakim Niaga perkara No. 48Pailit2012PN.Niaga.Jkt.Pst, tidak
memahami atau sangat keliru dalam mempertimbangkan pengertian utang dari utang yang telah jatuh tempo dan dapat di tagih.
3. Berdasarkan Pasal 8 ayat 4 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pengadilan Niaga hanya berwenang memeriksa dan memutuskan utang yang keberadaanya dapat
dibuktikan secara sederhana. 4.
Sangat membingungkan pertimbangan dan cenderung terjadi tindakan kesemena-menaan hukum oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga terhadap
adanya kreditur lainnya. 5.
Majelis Hakim Pengadilan Niaga tidak dapat menyebutkan dasar hukum pertimbangan hukum putusannya secara tepat dan benar.
6. Pemohon Kasasi adalah perusahaan telekomunikasi yang sangat sehat dan di
kelola dengan sangat baik yang terus menghasilkan keuntungan dan berdasarkan laporan keuangan tahun 2011 yang telah di audit dan
membukukan keuntungan sebesar Rp. 12.823.670.058.017,00 dua belas triliun delapan ratus dua puluh tiga miliar enam ratus tujuh puluh juta lima
puluh delapan ribu tujuh belas rupiah. Amar Putusan Mahkamah Agung terhadap pailitnya PT. Telkomsel
No.704KPdt.Sus2012 adalah sebagai berikut :
44
1. Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi, PT.
Telekomunikasi Selular.
44
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
2. Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat No.48Pailit2012PN.Niaga.Jkt.Pst pada tanggal 14 September 2012. 3.
Menghukum Termohon KasasiPemohon Pailit untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan yang dalam tingkat kasasi ini
ditetapkan sebesar Rp.5.000.000,00 lima juta rupiah. Pailit merupakan ketidakmampuan untuk membayar dari seorang debitur
atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo.Kepailitan merupakan sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan
oleh kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana di atur dalam Undang-Undang ini.
45
Utang merupakan kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata
uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari, yang timbul karena perjanjianUU dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan bila
tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur.
46
45
Lihat Pasal 1 angka 1 UUK
46
Lihat Pasal 1 angka 6 UUK
Pasal 2 ayat 1 UUK menjelaskan bahwa debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.
Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat faktakeadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit
sebagaimana dalam Pasal 2 ayat 1 UUK.
Universitas Sumatera Utara
Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang menjatuhkan pailit kepada PT. Telkomsel dapat dipertanyakan keabsahannya. Sengketa antara PT. Telkomsel
dan PT. Prima Jaya Informatika terkait purchase order Voucher dan Kartu Perdana sebenarnya merupakan perkara perdata biasa dan bukan perkara
kepailitan. Pengadilan Niaga sebenarnya tidak berwenang menangani kasus sengketa Telkomsel dengan Prima Jaya Informatika tersebut.
47
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tidak memiliki kompetensi untuk mengadili sengeketa perdata. Hal tersebut sebenarnya menjadi kewenangan Pengadilan
Negeri, sehingga yang berhadapan seharusnya adalah pihak Penggugat dan pihak Tergugat head to head. Pembuktian kasus purchase order PO yang diajukan
oleh pihak PT. Prima Jaya Informatika kepada PT. Telkomsel itu sifatnya komplek bukan bersifat sederhana, karena bersifat komplek, maka sebenarnya
Pengadilan Negeri yang berwenang mengadili sengketa kedua pihak dengan mengacu sepenuhnya pada Perjanjan Kerjasama antara PT. Telkomsel dan PT.
Prima Jaya Informatika. Dari Perjanjian Kerjasama tersebut akan terlihat berdasarkan fakta, pihak mana yang benar dan pihak mana yang salah.
48
PT. Prima Jaya Informatika berusaha membuat opini seolah-olah ini merupakan perkara kepailitan dengan membawa mitra Telkomsel yang lain yaitu
PT. Extend Media Indonesia, sehingga secara formil dapat memenuhi syarat- syarat Pasal 2 ayat 1 UUK. Ketentuan itu menyebutkan bahwa bila ada debitur
yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya
47
Dikutip dari Putusan No.704KPdt.Sus2012
48
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat di tagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan.
49
Hal inilah yang menjadi kesalahan dari Hakim Pengadilan Niaga. Hakim Pengadilan Niaga tidak paham pada syarat formil pengajuan perkara kepailitan
yang mengharuskan adanya dua atau lebih kreditur dan membuat opini bahwa pembuktiannya bersifat sederhana. Padahal masalah ini adalah pembuktiannya
bersifat komplek yang harus ditangani oleh Pengadilan Negeri sebagai perkara perdata biasa. Apabila ditangani oleh Pengadilan Negeri, maka kasus ini menjadi
kasus perdata biasa, dan sitanya berlaku sesuai utang yang harus dibayarkan kepada Prima Jaya Informatika. Namun, apabila ditangani oleh Pengadilan Niaga
sitanya bersifat umum. Pengertian Kepailitan berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UUK adalah sita umum terhadap semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh seorang Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur oleh undang-undang.
50
B. Prosedur Permohonan Pailit PT. Telkomsel. Tbk