Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

2 berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial…”. Atas hal tersebut dan sesuai dengan tujuan negara, maka pada pembentukan pemerintahan Indonesia diarahkan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat melalui penyelenggaraan kepentingan umum. Adapun salah satu tugas pemerintah yang menjadi tuntutan atas kesejahteraan masyarakat adalah terselenggaranya pelayanan publik yang baik public service. Pelayanan publik yang ideal adalah pelayanan publik yang responsif terhadap berbagai kepentingan publik yang ada. Dengan sifat masyarakat yang dinamis, maka karakter pelayanan publik juga harus senantiasa berubah mengiringi dinamika perkembangan masyarakat. Pola paragdima baru sistem pelayanan publik haruslah berbasiskan prinsip good governance dan menganut teori demokrasi sebagai model pelayanan publik yang sesuai di Indonesia ke depannya. 2 Penilaian pelayanan publik dari tinjauan aspek hukum dipandang sebagai suatu kewajiban yang diberikan oleh konstitusi kepada pemerintah untuk memenuhi hak-hak dasar warga negara atas suatu pelayanan. Sedangkan bagi warga negara, pelayanan publik merupakan suatu hak yang dapat dituntutnya dari pemerintah, sehingga lahirnya kewajiban dan hak tersebut karena ditentukan dan berdasarkan dalam konstitusi asas legalitas. 3 Dalam hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau masyarakat seperti yang telah disebutkan di atas, seringkali pelayanan publik menjadi 2 Ibid, h. 68. 3 S.F. Marbun, 2013, Hukum Administrasi Negara II, Cet. I, FH UII Press, Yogyakarta, h. 8. 3 indikator untuk menilai apakah suatu organisasi pemerintahan sudah mencapai kondisi good governance atau belum. Masyarakat setiap waktu akan selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut seringkali tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini masih belum dapat memuaskan masyarakat. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang “melayani” bukan yang “dilayani”. 4 Pengelolaan dan pengembangan pelayanan publik dalam rangka pemenuhan masyarakat menjadi satu tugas bagi setiap pemerintahan baik di pusat maupun daerah. 5 Kinerja pelayanan publik yang ideal pada dasarnya harus mampu memberikan pelayanan yang cepat, murah, mudah, berkeadilan, berkepastian hukum, terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan perkembangan dinamika masyarakat. Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat masih menghadapi kinerja dan pengelolaan pelayanan publik yang masih jauh dari optimal, antara lain disebabkan oleh sistem manajemen instansi pemerintahan yang belum efisien, praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN, ketiadaan standar kualitas yang jelas untuk menjadi pedoman bagi instansi- instansi penyelenggara pelayanan publik, dan sebagainya. 6 Hal tersebut mengakibatkan pelayanan publik pada umumnya lebih banyak menjadi sasaran kritik dan ketidakpuasan masyarakat penerima pelayanan yang sampai batas-batas 4 H. Muh. Jufri Dewa, 2011, Hukum Administrasi Negara dalam Perspektif Pelayanan Publik, Cet. I, Unhalu Press, Kendari, h. 97. 5 H. Juniarso Ridwan dan Acmad Sodik Sudrajat, 2014, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Cet. IV, Nuansa Cendekia, Bandung, h. 83. 6 Indonesia Contact Center Association , 2015, “Contact Center sebagai Reformasi Pelayanan Publik”, URL: http:icca.co.idcontact-center-sebagai-reformasi-pelayanan-publik, diakses tanggal 24 November 2015. 4 tertentu menempatkan diri sebagai konsumen dari pelayanan publik itu. Dengan demikian pada dasarnya dibutuhkan suatu perubahan dalam bidang pelayanan publik dan mengurangi keluhan-keluhan yang disampaikan masyarakat terkait pelayanan publik. Pengaduan atau keluhan masyarakat banyak disampaikan langsung pada unit pelayanan yang bersangkutan ataupun secara tidak langsung seperti melalui media massa dan media internet. Dari sisi pengaduan masyarakat secara langsung misalnya, menurut Ombudsman 7 menyatakan bahwa laporan pengaduan dari masyarakat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selama dua tahun terakhir saja peningkatannya sebesar 30. Pada tahun 2013 terdapat 5.173 laporan dan pada tahun 2014 terdapat 6.677 laporan. Ombudsman memperkirakan bahwa hingga lima tahun ke depan bakal ada 16.000 laporan pengaduan. Berdasarkan data laporan pengaduan tahun 2014, klasifikasi pelapor yang paling banyak berasal dari laporan perorangan atau korban langsung yang jumlahnya 57,7 dari total laporan pada 2014. Disamping itu sisanya, 7,3 berasal dari kelompok masyarakat, 5 dari keluarga korban, 5,6 dari media, 5,1 kuasa hukum, dan 4 dari LSM. Sementara itu, kelompok yang paling banyak dilaporkan adalah pemerintah daerah yaitu sebanyak 43,7, di peringkat kedua adalah kepolisian yaitu sebanyak 12,06, ketiga adalah pelayanan publik di kementerian yaitu sebanyak 9,5, keempat yaitu BUMNBUMD sebanyak 7,8, dan terakhir adalah Badan Pertanahan Nasional, yaitu sebanyak 7,6. 7 The Interseksi Foundation, 2015, “Potret Pelayanan Publik di Indonesia”, URL : http:interseksi.orgreportpotret-pelayanan-publik-di-indonesia, diakses pada tanggal 24 November 2015. 5 Permasalahan tersebut secara garis besar menggambarkan ketidakpuasan warga masyarakat terhadap kualitas pelayanan dari berbagai instansi penyelenggara pelayanan publik. Keluhan atau pengaduan tersebut pada umumnya sebagian besar mengenai prosedur birokratif yang masih berbelit-belit dan berbiaya tinggi. Penyampaian pengaduan merupakan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh masyarakat apabila menerima pelayanan tidak prima dari penyelenggara pelayanan publik. Suatu pelayanan dapat diklasifikasi sebagai tidak prima apabila kualitas pelayanan tersebut tidak sesuai dengan harapan dari masyarakat yang menerima pelayanan bersifat subjektif, dantidak memenuhi standar pelayanan minimal yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan bersifat objektif. Dengan demikian, pengaduan pelayanan publik sebenarnya mekanisme untuk mewujudkan kualitas pelayanan publik yang memenuhi harapan danatau memenuhi standar. Oleh karena itu, terdapat asumsi bahwa aktivitas pelayanan terhadap keluhan publik atas kinerja instansi danatau pejabat publik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan fungsi dalam suatu sistem pelayanan publik. Di samping itu penyelenggaraan pelayanan publik juga harus mengacu pada konsep publicity valuation penilaian publik yakni masyarakat berhak tahu dan mengerti institusi daerah danatau pemerintah daerah mana yang buruk performanya dalam pelayanan publik, sehingga masyarakat dapat secara komparatif menilai pemerintah daerah mana saja yang buruk atau ekselen dalam memberikan pelayanan publik. Masyarakat ditujukan sebagai seorang informan dan evaluator dari penerapan pelayanan publik dari pemerintah daerah. Oleh 6 karena itu diperlukan suatu pengaturan mekanisme tentang pelayanan publik yang proses pelaksanaannya lebih aspiratif, akomodatif dan transparan salah satunya ialah mekanisme dan tata cara yang mengatur penyampaian dan pengelolaan pengaduan pelayanan publik. Dengan demikian, masyarakat juga tidak hanya sekadar menyampaikan keluhan complain saja, tetapi juga secara jujur dapat menyampaikan kepuasan satisfaction. Keduanya dapat disampaikan dalam mekanisme yang normatif dan demokratis sehingga dapat menjadi variable guna perbaikan dan peningkatan pelayanan publik masa depan. 8 Di samping itu, menurut penelitian PATTIRO 9 Pusat Telaah dan Informasi Regional rendahnya respon instansi penyelenggara pelayanan terhadap keluhan atau pengaduan dari masyarakat mengakibatkan sikap skeptis dari masyarakat. Masyarakat jera untuk mengadukan keluhannya sehingga angka pengaduan di beberapa instansi pelayanan publik relatif rendah. Rendahnya angka pengaduan ini sebenarnya tidak menggambarkan kepuasan masyarakat atas pelayanan publik, sebaliknya justru karena masyarakat merasa tidak yakin dengan hasil yang akan diperoleh dengan melakukan pengaduan. Selain itu, warga masyarakat dari kalangan yang tidak mampu dan kurang berpendidikan juga tidak tahu cara mengadukan keluhannya. Padahal pelayanan publik yang berkualitas mensyaratkan keseimbangan posisi tawar antara instansi penyelenggara pelayanan publik dengan masyarakat penerima pelayanan, yang dapat dicapai salah satunya 8 Sinoeng N. Rachmadi, 2013, “Pelayanan Publik : Muara Otonomi”, URL: http:www.suaramerdeka.comharian030412kha1.htm, diakses pada tanggal 30 November 2015. 9 Sad Dian Utomo, 2008, “Penanganan Pengaduan Masyarakat Mengenai Pelayanan Publik ”, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Sept-Des 2008, Volume 15, Nomor 3, h. 161- 162. 7 dengan menerapkan konsep customer complaint system sistem penanganan pengaduan. Di sisi lain berdasarkan tinjauan normatif, secara eksplisit dalam Angka V Huruf J Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik selanjutnya disebut dengan Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003 dinyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik perlu memperhatikan dan menerapkan penyelesaian pengaduan atau keluhan. Setiap pimpinan unit penyelenggara pelayanan wajib menyelesaikan setiap laporan atau pengaduan masyarakat mengenai ketidakpuasan dalam pemberian pelayanan sesuai kewenangannya. 10 Penyelesaian pengaduan yang belum atau tidak menjadi sengketa hukum, setiap unit pelayanan publik juga harus melakukan antisipasi apabila menghadapi kenyataan intensitas ketidakpuasan masyarakat meningkat menjadi sengketa hukum, sehingga lebih lanjut diselesaikan pula dengan jalur hukum. Berdasarkan Angka V Huruf J Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003 tersebut ditegaskan bahwa perlu dibuat petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik yang digunakan sebagai landasan penyusunan standar pelayanan oleh masing-masing pimpinan unit penyelenggara pelayanan. Salah satu komponen pelayanan yang harus dimuat dalam standar pelayanan tersebut adalah tentang penanganan pengaduan atau keluhan. 11 Dengan demikian jika dikaitkan dengan sistem pengelolaan dan penyampaian pengaduan secara keseluruhan, hal ini membawa 10 Adrian Sutedi, 2015, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Cet. III, Sinar Grafika, Jakarta, h. 117. 11 Ibid, h. 118. 8 dua kesimpulan pemikiran yakni: Pertama, standar kualitas pelayanan dalam pelayanan pengaduan publik sudah dianggap inherent pada tugas dan wewenang publik berdasarkan asas-asas umum pemerintahan yang baik, atau Kedua, pengaturan tentang standar kualitas minimal pelayanan publik atau public complaints memang belum terlalu disadari sebagai hal penting yang mempresentasikan fungsi kontrol sosial masyarakat terhadap jalannya penyelenggaraan administrasi publik. 12 Adapun tinjauan tersebut didukung lebih lanjut dengan peraturan hukum yang bersifat teknis dan berkaitan dengan proses pengelolaan dan penyampaian pengaduan pelayanan publik yakni Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Selanjutnya disingkat dengan “Perpres Nomor 76 Tahun 2013”. Dalam ketentuan Bab 2, Bagian Keempat mengenai Mekanisme Pengelolaan Pengaduan, Pasal 8 Perpres Nomor 76 Tahun 2013 tersebut dinyatakan bahwa: 1 Penyelenggara wajib menyusun mekanisme dan tata cara pengelolaan pengaduan. 2 Mekanisme dan tata cara pengelolaan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. penerimaan, terdiri dari pemeriksaan kelengkapan dokumen pengaduan dan pencatatan serta pemberian tanggapan kepada pengadu. b. penelaahan dan pengklasifikasian, terdiri dari identifikasi masalah, pemeriksaan substansi pengaduan, klarifikasi, evaluasi bukti, dan seleksi. c. penyaluran pengaduan yaitu meneruskan pengaduan kepada penyelenggara lain yang berwenang, dalam hal substansi pengaduan tidak menjadi kewenangannya. d. penyelesaian pengaduan, terdiri dari penyampaian saran penyelesaian kepada pejabat terkait di lingkungan penyelenggara, 12 Ibid, h. 134-135. 9 pemantauan, pemberian informasi kepada pengadu, pelaporan tindaklanjut, dan pengarsipan. Berdasarkan ketentuan di atas, maka penyelenggara pelayanan publik sudah sepatutnya memenuhi ketententuan Pasal 8 ayat 2 tersebut untuk menerapkan secara implementatif prosedur atau tahapan mekanisme dan tata cara pengelolaan pengaduan seperti yang telah disebutkan dalam menjamin kesejahteraan masyarakat mendapat pelayanan publik yang prima. Beranjak dari uraian-uraian permasalahan di atas, berbicara mengenai penerapan pelayanan publik khususnya di daerah belum secara tegas memuat tentang proses pengelolaan dan penyampaian pengaduan pelayanan publik kepada masyarakat. Pada umumnya terkait pengaturan pelayanan publik sampai saat ini, hanya mengatur tentang susunan organisasi suatu instansi yang bertugas dan berfungsi melakukan suatu pelayanan umum, serta uraian tugas dan fungsi setiap bagian secara sangat umum. Dengan demikian penerapan dan pelaksanaan mekanisme pengelolaan dan penyampaian pengaduan pelayanan publik kepada masyarakat perlu kiranya diperhatikan oleh subjek penyelenggara pelayanan publik di daerah. Dalam penelitian skripsi ini membatasi pengamatan atas perkembangan pelayanan publik secara khusus yang ada di daerah Kabupaten Tabanan, tepatnya di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan sebagai organisasi publik merupakan unit organisasi pemerintahan yang berada pada pemerintah kabupaten adalah salah satu unsur pelaksana dari pemerintah daerah di bidang pelayanan publik. Sebagai organisasi publik, pada hakekatnya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil merupakan 10 bagian yang berhubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah menjamin pemberian pelayanan service kepada masyarakat. Dengan demikian pelayanan yang diberikan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan dapat memberikan petunjuk mengenai baik-buruknya citra pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sebagai salah satu subjek penyelenggara pelayanan publik di daerah. Dari hasil observasi yang sudah dilakukan, diketahui bahwa pengelolaan pengaduan dalam pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan belum optimal. Hal tersebut dikarenakan mekanisme pengelolaan pengaduan baru diterapkan pada tahun 2015. Perkembangan sejauh ini masih hanya terdapat total 12 pengaduan yang telah disampaikan oleh masyarakat kepada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan pada tahun 2015. Terdapatnya mekanisme pengelolaan pengaduan yang masih baru dan belum optimal diterapkan dalam pelayanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan tersebut, mengakibatkan terjadinya kesenjangan pada pemberlakuan Pasal 8 ayat 2 Perpres Nomor 76 Tahun 2013. Dengan demikian tahapan-tahapan mekanisme yang terdapat sebagaimana dalam Pasal 8 ayat 2 Perpres tersebut tidak sepenuhnya bersifat implementatif dalam pemberian pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan. Dari sudut pandang lainnya, pemberlakuan mekanisme pengelolaan pengaduan yang telah diberlakukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan juga kurang bersifat efektif dikarenakan faktor-faktor yakni secara garis besar meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi sarana dan 11 prasarana pengaduan dan anggaran pengelolaan pengaduan yang khususnya mendukung kinerja pengelolaan tim bidang pengelolaan pengaduan, dan dari faktor eksternal meliputi faktor masyarakat. Berdasarakan uraian latar belakang di atas, maka tentu dipandang sudah menjadi keperluan yang mendesak akan adanya suatu pemenuhan yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan terhadap masyarakat untuk melaksanakan hak-haknya dalam menyampaikan keluhan- keluhan pelayanan publik apabila tidak dapat terpenuhi dengan baik dan optimal sesuai dengan standar pelayanan minimal. Penyampaian pengaduan pelayanan publik harus didasarkan dalam suatu manajemen sistem yang terstruktur dan jelas sehingga memberikan kepastian proses penyelesaian secara hukum terhadap masyarakat. Lebih lanjut upaya tersebut dituangkan dalam pelaksanaan mekanisme dan tata cara pengelolaan pengaduan pelayanan berdasarkan Pasal 8 ayat 2 Perpres Nomor 76 Tahun 2013 seperti halnya yang telah disebutkan sebelumnya. Dengan demikian, penulis tertarik mengangkat permasalahan di atas dalam penulisan skripsi ini yang berjudul “PENGELOLAAN PENGADUAN DALAM PEMBERIAN PELAYANAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN TABANAN DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PUBLIK YANG PRIMA” 12

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat menarik suatu permasalahan yang akan dibahas berikutnya dalam penulisan skripsi ini. Adapun rumusan masalah tersebut yakni sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaturan mekanisme dan tata cara pengaduan dari masyarakat dalam pelayanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di Kabupaten Tabanan? 2. Bagaimana hubungan pengelolaan pengaduan dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan? 3. Hambatan-hambatan apa yang dijumpai dalam mewujudkan pelayanan publik yang prima di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Dalam menjamin arah pembahasan yang sistematis dalam penulisan makalah ini, maka dibutuhkan pembatasan-pembatasan dalam pemaparan materi agar tidak terlalu menyimpang dari rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1. Dalam permasalahan pertama, ruang lingkup pembahasannya mengenai pengaturan mengenai mekanisme dan tata cara pengaduan pelayanan yang diterapkan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan. 13 2. Dalam permasalahan kedua, ruang lingkup pembahasannya mengenai gambaran hubungan atau keterkaitan pengelolaan pengaduan yang dapat diupayakan oleh subjek penyelenggara pelayanan publik yakni Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Tabanan setempat. 3. Dalam permasalahan ketiga, ruang lingkup pembahasannya mengamati hambatan-hambatan atau permasalahan-permasalahan apa saja yang ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan dalam mewujudkan pelayanan publik yang prima.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak ingin dicapai dalam penyusunan skripsi ini secara garis besar memuat tujuan penelitian secara umum dan tujuan penelitian secara khusus. Kedua tujuan penelitian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan skripsi ini adalah untuk memahami dan mengetahui gambaran secara umum terhadap sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang ada di Kabupaten Tabanan khususnya di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan beserta segala aspek-aspek atau komponen- komponen yang mendukung di dalamnya. Penulis maupun pembaca diharapkan lebih dapat memperdalam pemahaman mengenai perkembangan sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang berkembang di Kabupaten Tabanan saat ini sudah mencapai pelayanan publik yang prima atau belum dalam rangka good governance.

Dokumen yang terkait

OPTIMALISASI PELAYANAN PUBLIK DALAM PEMBUATAN AKTE KELAHIRAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN MOJOKERTO

7 34 39

IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PRIMA PADA KANTOR KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL (Studi Terhadap Pelayanan Administrasi Kependudukan pada Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil di Kabupaten Halmahera Barat)

0 5 3

BENTUK PENGAWASAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BANYUWANGI DALAM HAL ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

0 9 18

BENTUK PENGAWASAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BANYUWANGI DALAM HAL ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

0 10 18

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK) DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006

0 4 2

KINERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PELAYANAN PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN DI SURAKARTA

0 3 17

PELAYANAN PUBLIK DALAM PROGRAM GOVERNMENT MOBILE OLEH DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN GORONTALO.

0 0 2

PELAYANAN PUBLIK SEBAGAI SALAH SATU ELEMEN DASAR PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN OTONOMI (Strategi Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Ponorogo).

0 2 11

PELAYANAN PUBLIK PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN BREBES (STUDY TERHADAP PENGURUSAN E-KTP DI KABUPATEN BREBES) HALAMAN JUDUL - PELAYANAN PUBLIK PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN BREBES (STUDY TERHADAP PENGURUSAN

1 1 8

PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN PANDEGLANG - FISIP Untirta Repository

0 3 153