96
F. Bentuk Distribusi Zakat Profesi
Distribusi zakat harta dan termasuk zakat profesi ada dua bentuk : 1. Tradisional Konvensional
Distribusi dalam bentuk tradisional adalah distribusi Zakat kepada musta iq dengan secara langsung untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari.
Misalnya,pemberian dalam bentuk uang dari zakat M l dan zakat profesi, atau
pemberian beras pada zakat firtrah kepada fakir dan miskin untuk memenuhi kebutuhan pangan setiap harinya. Pola ini dapat juga disebut dengan bentuk
konsumtif, karena asal arti konsumtif adalah bergantung kepada produksi orang lain.
119
Artinya; konsumtif adalah sesuatu yang diberikan untuk keperluan konsumsi. Distribusi tradisional atau konsumtif ini merupakan program jangka
pendek dalam mengatasi permasalahan kemiskinan.
120
2. Kreatif Bentuk kreatif adalah mendistribusikan zakat yang diwujudkan dalam
bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk membantu orang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi
yang dihadapi. Proses
pengkonsumsian dalam bentuk lain dari barangnya semula.
121
Misalnya,dana dari zakat
M lprofesi diberikan dalam bentuk beasiswa, pelatihan keterampilan, kursus tentang disiplin ilmu tertentu yang kelak diharapkan dapat meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang berkualitas.Bentuk kreatif ini sesungguhnya dapat dikembangkan menjadi bentuk yang lebih kreatif yaitu bentuk produktif.
3. Bentuk produktif
119
W.J .S. PoerwaD rminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka,
1990,h.458.
120
Amiruddin, dkk. Anatomi Fiqh Zakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, 3
121
Ibid.
97
Distribusi produktif adalah hasil dari zakat M l dan termasuk zakat profesi
diberikan kepada musta iq yang fakir atau miskin untuk mengembangkan usaha,
baik dalam bentuk bisnis maupun pengembangbiakan hewan ternak yang sesuai dengan kondisi objektifnya. Misalnya, mengembangkan ternak kambing, sapi,
kerbau, itik, ayam dan sebagainya. Namun demikian, distribusi yang produktif hendaklah dilakukan secara profesional, sebab terkait dengan pengembangan
modal usaha. Menurut Didin Hafidhuddin distribusi zakat dalam bentuk produktif dapat disalurkan melalui BMT atau Lembaga yang memang mengelola distribusi
zakat secara profesionalseperti Dompet Dhuafa. Berdasarkan ketentuan hadis Riwayat Tirmizi sesungguhnya zakat itu tidak halal kepada orang yang kaya atau
orang yang sehat dan kuat. Namun demikian Didin Hafidhuddin menegaskan, jika mereka perlu dana tambahan untuk mengembangkan usahanya, boleh diberi
pinjaman tanpa bunga dari harta zakat, dan harus dikembalikan. Jika dana infak dan sedekah masih banyak, mereka diberi dana bantuan dari dana tersebut tanpa
harus dikembalikan lagi.
122
Dari pengalaman bapak Agus Siregar dalam menjalankan program pengentasan kemiskinan, pengembalian uang pinjaman tanpa bunga dapat
dikembangkan dengan sikap gemar berinfak. Dengan cara ini, dana yang ada bisa bertambah banyak dan akhirnya dapat untuk membantu fakir miskin lainnya.
Motivasi ikhlas berinfak tersebut ternayata dapat melebihi hasilnya dengan sistem bunga. Jika dengan sistem bunga perbulannya terkumpul Rp.500.000 lima ratus
ribu rupiah, dengan sistem berinfak sukarela ternyata dapat terkumpul dana Rp 600.000 enam ratus ribu rupiah.
123
Pengalaman dalam membina program pengentasan kemiskinan dr Rizali Nst, pengembalian uang pinjaman harus
dilakukan dengan menanamkan rasa adil dan jujur kepada kelompok miskin. Selain daripada itu perlu adanya komunikasi yang intensif dan penuh dengan
impati. Melalui cara itu, ternyata selama kurang lebih 26 tahun dalam membina
122
Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infak Sedekah ,Jakarta: Gema Insani; 1998,h.133-134.
123
Agus Siregar, Pendamping Kelompok distribusi Zakat Produktif Rumah Zakat Sumatera Utara, wawancara di Medan tanggal 18 Nopember 2016.
98
masyarakat miskin, hanya 0,18 yang tidak mengembalikan pinjaman sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.
124
Pengalaman dr. Rizali Nst dalam membina umat Islam yang miskin untuk meningkatkan status mereka perlu diteladani. Jika masing-masing individu yang
berkemampuan, mempunyai niat dan berbuat untuk membantu masyarakat miskin melalui pemberdayaan ekonomi, niscaya umat Islam secara berangsur-angsur
mampu hidup secara layak. Memang suatu hal yang tidak mudah, merobah keadaan miskin menjadi kaya, tetapi paling tidak dengan pemberdayaan ekonomi
kemiskinan akan dapat diperkecil jumlahnya di kalangan umat Islam.
Berikut ini dapat digambarkan bentuk distribusi produktif versi MUI dan BAZ LAZ sebagai berikut ;
124
Rizali Nasution, Ketua Yayasan Humaniora, wawancara di Medan tanggal 22 Nopember 2016.
SELEKSI ASNAF USAHA
YANG PROSPEK
TIF USAHA
YANG HALAL
STUDI KELAYAKAN
PENETAPAN JENIS USAHA
BAZLAZ
99
Sumber : MUI SUMUT 2016
Sektsa zakat produktif menurut Peneliti untuk pengentasan kemiskinan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
LEMBAGA AMIL ZAKAT
SELEKSI ASNAF
MEMILIKI USAHA YG
PROSPEKTIF USAHA YG
HALAL INSTANSI
PEMERINTAHSWASTA
TIEM KHUSUS DISTRIBUSI ZAKAT PRODUKTIF
BIMBINGAN DAN PENYULUHAN
PEMANTAUAN
PENGENDALIAN PENGAWASAN
EVALUASI
LAPORAN
100
Sumber : BAZNAS SUMUT 2016
Penjelasan : 1. Setiap Instansi Pemerintah dan Swasta harus membentuk LAZ
2. LAZ harus membentuk Tim Khusus yg mengelola Distribusi Produktif 3. Tim Khusus melakukan seleksi tentang usaha produktif yang prospektif
danhalal. 4. Tim Harus mengadakan studi Kelayakan
5. Penetapan jenis usaha dengan terlebih dahulu mendapat masukan dari tenagaProfesional
6. Sebelum mulai usaha para pengusaha yang akan diberi dana zakat profesi produktif mendapatkan bimbingan dari tenaga profesional dan tim khusus
7.Mulai dari menjalankan kegiatan bisnisnya tim khusus harus memantaunya dengan cermat.
8. Tenaga profesional harus melakukan pengendalian dan pendampingan STUDI
KELAYAKAN PENETAPAN JENIS
USAHA BIMBINGAN
PENYULUHAN
PENGAWASAN PENGENDALIAN
EVALUASI PELAPORAN
TENAGA PROFESIONAL
101
9. Tim Khusus harus melakukan evaluasi berkala; setiap minggu, bulan dan akhir kontraknya
10.Tim khusus
harus membuat
laporan kepada
BAZLAZ yang
ditembuskankepada instansi terkait. Dengan sketsa di atas diyakini, dana zakat profesi dapat untuk
mengentaskan kemiskinan
para kaum
ḍu’afā’yang selama ini termarginalkan.Lembaga Amil Zakat di masing-masing instansi Pemerintah
maupun swasta harus membentuk tiem khusus yang menangani distribusi zakat profesi dalam bentuk produktif pengembangan usaha. Tiem yang
diangkat oleh LAZ harus diseleksi dan diangkat orang yang memiliki semangat jih
ād fī sabilillahdalam arti ikhlas karena Allah dalam menjalankan amanah. Orang-orangnya harus bekerja tanpa pamrih, disiplin, taat dalam menjalankan
ibadah dan jujur serta optimistik. Tahap selanjutnya, tiem harus bekerja sama dengan orang-orang yang
ahli dalam bidangnya masing-masing seperti orang yang sudah berhasil dalam pertanian, bisnis, keterampilan tertentu. Seleksi harus dilakukan untuk
menjaring asnaf yang memiliki keterampilan tertentu, lalu diberi modal usaha agar dia dapat bangkit menjadi orang yang sukses, paling tidak statusnya tidak
lagi miskin yang harus menerima dana daripada zakat profesi atau zakat M l
lainnya. Sebelum menjalankan aktivitas bisnisnya, tiem khusus dan tenaga profesional harus memberikan arahan dan bimbingan tentang pengelolaan
usaha, tanggung jawab moral dan hukum. Pendampingan, pengontrolan dan evaluasi terhadap usaha yang dijalankan harus menjadi perhatian tersendiri.
Pembinaan keagamaan dan bisnis dapat dijalankan secara berbarengan atau simultan. Salat berj
ama’ah setiap waktu harus ditekankan semaksimal mungkin, agar dirinya lebih dekat kepada Allah, sebab kepasrahan dan
ketundukan kepada-Nya merupakan kesadaran vertikal yang sangat urgen. Pembentukan kesalehan individual dengan taat beribadah diharapkan akan
mampu mewujudkan kesalehan sosial.
G. Pembinaan Usaha Kecil