7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Anak Usia Dini
1. Pengertian Pembelajaran Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini memiliki komponen yang perlu dipenuhi agar proses pendidikan dapat berlangsung dengan baik. Komponen yang dimaksud adalah anak
didik, pendidik atau guru, dan pembelajaran. Pendidik perlu memberikan pembelajaran yang dirancang dengan sistematis untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan
anak. Muhammad Fadlillah 2012:132-133 menyatakan bahwa pembelajaran anak usia
dini ialah proses pembelajaran yang ditujukan untuk anak usia 0-6 atau 0-8 tahun. Pembelajaran yang dimaksudkan supaya anak usia dini dapat memperoleh ilmu
pengetahuan dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan optimal. Dengan pembelajaran pula, diharapkan dapat terjadi perubahan perilaku peserta didik
anak usia dini menjadi lebih baik. Sejalan dengan hal ini, Slamet Suyanto 2005:20 mengemukakan bahwa
pembelajaran anak usia dini harus kontekstual dan menggunakan banyak konteks. Anak belajar dari kehidupan sehari-hari, kejadian yang ada disekitar anak, dan isu-isu yang
menarik. Melalui hal itu anak diharapkan mampu menghayati makna dari pembelajaran yang diberikan karena bersumber dari lingkungan anak berada.
Selain itu Slamet Suyanto 2005: 23 juga berpendapat bahwa pembelajaran untuk anak usia dini sepatutnya bersifat terpadu atau terintegrasi. Pembelajaran terpadu
mampu mengintegrasikan bermacam-macam jenis ilmu pengetahuan yang dirancang dalam satu rangkaian skenario pembelajaran. Masitoh dkk 2005:4 mengungkapkan
bahwa kegiatan pembelajaran anak usia dini mengutamakan bermain sambil belajar dan
8 belajar seraya bermain. Bermain menumbuhkan motivasi di dalam diri anak untuk
mengetahui sesuatu lebih jauh dan secara spontan anak mengembangakan potensinya. Sejalan dengan pendapat di atas, Harun dkk 2009:82 menyatakan bahwa bermain
merupakan aktivitas penting yang harus dilakukan anak usia dini. Melalui bermain anak akan terangsang emosinya, sosial, daya pikir, fantasi dan imajinasinya. Selain itu
menurut harun dkk 2009:83 bermain merupakan wahana untuk menemukan dan mengenali lingkungan, membangun konsep, meningkatkan kecerdasan kognitif,
meningkatkan kecerdasan sosial dan emosional, serta dapat bereksperimen dan bereksplorasi.
Pendapat di atas didukung pula oleh Slamet Suyanto 2005: 26 dengan menjabarkan bahwa pembelajaran anak usia dini disusun dengan menerapkan esensi dari bermain.
Membangkitkan rasa senang, merdeka, bebas memilih, dan merangsang keterlibatan anak secara aktif. Pembelajaran anak usia dini memiliki tujuan yang jelas, memiliki
muatan edukatif sehingga anak dapat belajar. Berdasarkan penjabaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran anak usia dini memang memiliki
peranan yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan anak usia dini. Pembelajaran anak usia dini perlu di desain dengan kegiatan yang mengandung unsur bermain agar menarik
minat dan menumbuhkan motivasi anak untuk belajar. Keterpaduan pembelajaran dalam satu kegiatan juga dapat mengembangkan potensi-potensi anak yang didukung oleh
pengetahuan yang dapat diambil dari kejadian sehari-hari dilingkungan anak. Menurut beberapa pemaparan diatas dapat dipahami bahwa dikatakan pembelajaran
apabila terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik, serta diikuti dengan sumber belajar yang memadai yang terdapat dalam ligkungan belajar sehinggga terjadi
peubahan perilaku-perilaku tertentu. Untuk pendidikan anak usia dini tentu interaksi