2. Twitter Realitas Gereja dan

69 berbagai macam hal yang terjadi di sekitarnya pada hari itu, termasuk juga segala kejadian yang berkaitan dengan pribadinya.

5. 2. Twitter

Selain Facebook, keterlibatan dunia religius di dalam jagat Twitter pun tidak kalah menarik. Bahkan, menurut pengamatan beberapa waktu belakangan ini, Twitter justru lebih sering digunakan oleh gereja jika dibandingkan dengan Facebook. Twitter adalah media sosial dengan konsep aplikasi yang sederhana namun mudah untuk terkoneksi dengan lebih banyak orang. Para pengguna akan menuliskan tulisan sepanjang 140 karakter. Tulisan ini bisa berupa apapun yang ingin mereka tuliskan, bisa berupa laporan akan suatu kejadian tertentu, opini, ungkapan hati, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Twitter sering disejajarkan dengan micro blogging , yang mengandalkan teks sebagai media utamanya. 14 Penggunaan media ini di dalam gereja amat jelas terlihat. Masing- masing gereja memiliki akun Twitter yang dikendalikan oleh administrator gereja. Selain itu, hampir seluruh pemimpin jemaat di tiga gereja di atas memiliki akun Twitter. Penulis mencatat bahwa akun jpcc memiliki sekitar 41.800 follower dan secara aktif menuliskan info bahkan membalas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh follower melalui akun Twitter. Proses komunikasi pun berlangsung tidak lagi di dalam gereja ataupun dalam kegiatan-kegiatan ibadah secara langsung, tetapi melalui akun 14 http:id.wikipedia.orgwikiTwitter diakses pada Juni 2014. 70 media sosial seperti ini. Jemaat dan pihak gereja pun berinteraksi dengan baik di dalamnya. Hal menarik yang penulis temui adalah fenomena menuliskan kembali intisari khotbah ke dalam akun Twitter mereka meng- tweet perkataan langsung dari orang itu. Seringkali, perkataan pendeta dari atas mimbar yang dirasa menguatkan iman para pendengar, ’dikicaukan’ 15 kembali oleh jemaat yang mendengarkan. Bahkan, ’kicauan’ tentang khotbah yang disampaikan oleh pendeta itu dapat dikicau kembali re- tweet oleh para pengikut akun yang mengicaukan pertama kali dan dapat terus berlanjut. Khotbah sang pendeta pun menjadi tidak terbatas oleh tembok gedung gereja, tetapi keluar sampai pada orang yang belum pernah datang beribadah di gereja itu atau bahkan melihat sang pendeta secara langsung. Selain itu, ’kicauan-kicauan’ tentang khotbah tidak jarang dilakukan pada saat khotbah tengah disampaikan oleh sang pendeta. Dalam ibadah, terlihat banyak orang yang memegang gadget mereka masing-masing, daripada memegangi Alkitab. Fenomena kesibukan baru dengan gadget tidak serta merta dapat diartikan bahwa jemaat mengacuhkan ibadah yang tengah berlangsung dan menganggap tidak penting khotbah yang disampaikan oleh pendeta sehingga berusaha ’kabur’ ke dunia lain, yaitu dunia maya jejaring sosial. Atau juga, fenomena ini tidak dapat dilihat bahwa jemaat sekadar membuat catatan khotbah di dalam media sosial mereka. Sebaliknya, fenomena ini dapat dilihat sebagai 15 Istilah kicau mengikuti istilah aslinya, ”tweet”. Menurut pendiri Twitter, Jack Dorsey, pemilihan istilah ”tweet” ingin menggambarkan bahwa setiap tulisan yang ditulis oleh para pengguna diharapkan bukan sebuah tulisan yang penting, layaknya burung yang selalu berkicau. Ibid. 71 sebentuk religiositas baru, ketika jemaat tidak hanya menjadi pendengar khotbah tapi mereka juga langsung menyebarkan ’kabar baik’ ini secara luas dalam jejaring pertemanan mereka di media sosial. Mereka juga ingin agar orang lain merasakan sukacita, ketenangan, dan semangat yang sama pada saat mereka mendengar khotbah. Sudah menjadi tradisi di kalangan gereja Pentakosta dan Karismatik bahwa umat akan berkata ”amin” sebagai bentuk persetujuan atas perkataan-perkataan pendeta. Saat ini, meng-klik untuk berkicau di Twitter adalah bentuk ”amin” yang baru. Umat tidak lagi berseru dengan lantang agar terdengar, tetapi mengetik dengan cepat dan mengirimnya agar terbaca semua orang. Gadget pun tidak lagi menjadi barang yang tabu untuk digenggam apalagi dipergunakan selama ibadah berlangsung, tetapi justru dianggap menjadi alat yang membantu jemaat untuk menghafal sekaligus memahami khotbah yang disampaikan dengan menuliskan ulang bagian-bagian dari khotbah dan meneruskannya kepada khalayak banyak. Twitter juga memiliki fitur ” mention ” yang membuat sebuah kicauan dapat di- attach ke beberapa pengguna lainnya. Dengan ini, ’kicauan’ tentang khotbah tadi dapat secara langsung disampaikan kepada sang pengkhotbah melalui media sosial. ” jamesS: Sikap menentukan masa depan seseorang. Cc: PastorGilbertL GBIGlowMarina ” 16 Akun jamesS menulis sebuah kutipan dari khotbah pendeta Gilbert Lumoindong yang disampaikan dalam ibadah di GBI Glow Marina. Tak lupa ia pun me- mention akun pendeta ini. Akun 16 Nama akun sengaja disamarkan. 22 Jun 2014, 12:26 PM .Tweet. 72 PastorGilbertL pun meneruskan re-tweet kicauan ini ke dalam timeline -nya. Hal ini membuat jemaat merasa dekat dengan sang pengkhotbah yang semula dianggap jauh dan tidak susah untuk disapa. Melalui Twitter dan media sosial lainnya, pendeta dan jemaat dapat bersentuhan secara langsung dalam tulisan, walau tanpa bertemu muka.

5. 3. Youtube