34
setelah dikirimkan ke ’alamat’ penerima. Para pengusaha tidak perlu lagi datang dan bertatap muka untuk memutuskan suatu perkara perusahaan, cukup dengan
teknologi
streaming
di
internet
maka tatap muka dapat dilakukan dari tempat yang berbeda dan berjarak jauh. Pada akhirnya,
internet
bagi sistem komputer menjelma tak ubahnya energi listrik bagi peralatan elektronik, menjadi sumber
daya utama yang menggerakkan dan menghidupkan.
2. Agama dan Teknologi: Perjumpaan yang Menghidupkan
Jurgen Habermas mengatakan bahwa perkembangan teknologi di dalam masyarakat merupakan proses rasionalisasi modernitas. Di dalam masyarakat pra-
modern, rasionalitas terbagi menjadi tiga yaitu rasionalitas kognitif-instrumental, rasionalitas moral-praktis, dan rasionalitas estetis-praktis. Pada saat itu, ketiganya
dapat diseimbangkan oleh pandangan dunia yang mistis-religius. Dalam konteks masyarakat modern, pandangan mistis-religius hancur sehingga peran agama
digantikan dan diungguli oleh moralitas-rasional dan etika dalam masyarakat modern.
9
Modernisasi pun seolah mematikan agama sehingga ketika agama ingin
tetap hidup dan berkembang, maka ia harus menghindari modernisasi itu sendiri.
Pada awalnya memang agama dan teknologi rasanya merupakan dua hal yang sama sekali tidak terkait. Keduanya seolah terpisahkan oleh dikotomi antara
yang sakral dengan yang profan. Teknologi komunikasi seperti
internet
berurusan dengan relasi intra-manusia di dunia, sementara agama mengatur relasi
extra- numena
antara Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya di dunia.
Internet
, dengan segala kecanggihannya, mampu menghubungkan satu manusia dengan manusia
9
A. Widyarsono, ”Masyarakat Teknologi Modern dan Gereja”, Rohani, 044: 000
Yogyakarta: November, 1997, hlm. 417-419.
35
lainnya secara
real time
. Dengan bahasa pemrograman dan algoritma tertentu, penduduk yang berada di Jawa kini dapat terhubung dengan mereka yang berada
di Papua secara langsung dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Di lain pihak, agama menghubungkan manusia dengan Sang Kudus yang mengatur kehidupan
dunia manusia. Agama menyediakan bahasa yang membuat manusia mampu mendengar dan mengerti kehendak dari Sang Kudus itu. Jika seseorang ingin
mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat, maka ia harus memeluk agama dan keperc
ayaan tertentu supaya ia dapat ’diselamatkan’. Bahkan tidak jarang, konsep soteriologis seperti ini mengharuskan seseorang yang
beragama untuk hidup memisahkan diri dari hal-hal yang duniawi, termasuk dari produk hasil kemajuan teknologi. Dalam rangka askese rohani dan mengarahkan
hati kepada kehendak Ilahi, manusia beragama hidup terpisah dari dunia. Namun, pemisahan ini sudah tidak dapat lagi dilakukan terutama di tengah
era
computer-mediated information society
, di mana kehidupan manusia telah termediasi oleh jaringan digital komputer. Perjumpaan manusia dengan Sang
Khalik pun dapat dilakukan di ruang virtual, dalam koneksi jaringan mesin komputer. Bahasa program yang terdiri dari algoritma rumit yang membentuk
program dalam komputer pun saat ini juga diadaptasi menjadi bahasa teologia, di mana Sang Pencipta dapat bersabda di dalamnya. Agama menggunakan
internet
sebagai medium bagi pemberitaan sabda Ilahi sehingga mampu menjangkau sebanyak mungkin orang, baik yang sudah percaya ataupun yang belum percaya.
Sebaliknya,
internet
menghidupi dan mengasuh agama di dalamnya demi akseptabilitas yang lebih luas di tengah dunia yang sebagian besarnya masih
menghidupi agama dalam kehidupan masyarakatnya.
36
Lorne Dawson, salah satu peneliti mula-mula tentang
internet
dan agama mengatakan bahwa masuknya agama ke dalam medium
internet
adalah paralel dengan terhisabnya agama ke dalam media informasi lainnya, yaitu
mengudaranya siaran keagamaan di radio dan tele-evangelisasi. Semuanya membentuk rangkaian tak terputus bagaimana agama selalu berelasi dengan media
elektronik. Agama tidak ingin meninggalkan media elektronik sebagai sarana ekspansi dan menjangkau umat. Sebaliknya, salah satu fungsi media elektronik
sebagai media syiar agama membuat media dapat diterima dan digunakan oleh semua orang di semua tempat. Media seolah dibaptis menjadi media suci.
Ketika berselancar di dunia
internet
, pengguna
internet
tentu akan menemukan ribuan bahkan jutaan situs, forum, dan pembicaraan di
chat room
yang terkait dengan agama. Hampir semua aliran keagamaan mencatatkan namanya di dalam mesin jaringan
internet
, baik itu agama-agama besar maupun agama-agama lokal yang jumlah umatnya hanya sedikit. Berbagai denominasi dari
masing-masing agama pun ikut mencatatkan diri. Misalnya, terkait sejarah panjang kekristenan, pengguna
internet
dapat menemukan banyak hal tentang sejarah dan ajaran dari Katolik Roma, juga ihwal kemunculan Protestantisme di
dalam kekristenan, serta ajaran Kristen Pentakostal Karismatik yang menekankan kepada manifestasi kuasa Roh Kudus dalam kehidupan rohani umat.
Hadirnya
internet
membuat setiap orang dapat menemukan segala hal dalam satu ketukan jari, termasuk agama dan kepercayaan. Mulai dari agama
samawi-monoteistik seperti Yahudi, Kristen, dan Islam, sampai kepada agama politeistik layaknya Hindu dan agama-agama suku. Kita dapat menemukan
informasi mengenai sejarah terbentuknya agama, termasuk para pendiri dan
37
pembawa beserta perkembangannya dari awal hingga saat ini.
10
Selain itu, ada pula situs-situs di dalam
internet
yang dikelola langsung oleh aliran keagamaan tertentu dan memuat informasi spesifik seputar doktrin dan ajaran dari aliran
tersebut. Misalnya saja, situs www.vatican.va yang memuat informasi tentang sejarah, ajaran dan doktrin, serta struktur kepemimpinan dari Gereja Katolik
Roma. Situs ini merupakan situs resmi Gereja Katolik Roma dan dikelola langsung oleh tahta suci Vatikan. Di Indonesia, ada sebuah situs
www.ahlulbaitindonesia.org yang merupakan situs yang berisi informasi tentang aliran Islam Syiah dan perkembangannya di Indonesia. Walau kerap mendapatkan
stigma negatif, cap sesat oleh berbagai kalangan muslim, bahkan menjadi korban konflik horizontal di berbagai daerah, tetapi mereka mempertahankan eksistensi
mereka di dunia maya dan menggunakannya sebagai corong politik mereka. Masih banyak lagi situs lainnya yang berisi hal serupa yang dimiliki atau
berafiliasi kepada satu kelompok agama tertentu. Perkembangan teknologi media dan informasi secara gradual dan masif
membuat agama juga ikut menyesuaikan diri terhadap
trend
teknologi ini. Menurut Carolyn Marvin, setiap kali terjadi perubahan pada peralatan komunikasi
juga mengakibatkan perubahan besar dalam sistem sosial masyarakat, termasuk agama.
11
Perubahan ini terkait cara orang memandang dirinya dan masyarakat. Contohnya, perubahan dan pergeseran dari budaya komunikasi oral ke budaya
tulisan, lalu kemudian ke budaya komunikasi percetakan, dan kemudian ke
10
Ada beberapa situs di internet yang sifatnya menyajikan informasi, seperti www.wikipedia.com dan www.religionfacts.com. Selain itu, ada juga beberapa situs pencari yang
dapat membantu para pengguna untuk menemukan informasi seputar agama-agama dan kepercayaan di seluruh dunia, seperti www.google.com dan www.yahoo.com.
11
Carolyn Marvin, ”When Old Technologies Were New: Implementing the Future”, dalam Hugh Mackay Tim O’Suliivan eds, The Media Reader: Continuity and Transformation,
London: Sage Publications, 2000. Hlm. 58-72
38
budaya media elektronik. Ketika budaya tulisan muncul, masyarakat pun terdorong untuk melakukan pembakuan-pembakuan dan pencatatan sejarah serta
kearifan lokal yang sebelumnya dituturkan secara lisan. Ajaran dan sejarah agama pun menjadi baku dan tetap, walau diajarkan dari generasi ke generasi. Begitu
pula ketika mesin cetak ditemukan, proses replikasi dari tulisan-tulisan pun menjadi lebih cepat dan mudah. Kitab Suci yang sebelumnya hanya dimiliki oleh
kaum klerus pun dapat disebarluaskan dan dimiliki oleh kaum awam. Otoritas kaum berjubah untuk membaca dan menafsir ayat-ayat suci pun terbuka bagi
semua orang yang memiliki Kitab Suci. Produksi pengetahuan secara masif pun dapat dilakukan. Buku-buku keilmuan tidak lagi hanya berada di lingkungan
sekolah, tetapi mencapai daerah yang terpencil sekalipun. Ketika masuk ke dalam era komunikasi elektronik, distribusi pengetahuan dan informasi pun menjadi
lebih cepat dan mudah. Transmisi gelombang radio dan siaran televisi mampu memangkas jarak yang terbentang cukup jauh dan waktu yang lama untuk
dijangkau oleh ekspedisi pengiriman surat dan barang. Semua orang, di waktu yang bersamaan dapat mendengarkan berbagai informasi yang diberikan oleh
berita. Agama pun akhirnya menjadi terbuka bagi semua orang, tidak lagi eksklusif bagi para penganutnya saja karena akses tak terbatas akibat
perkembangan teknologi komunikasi ini.
3. Gereja dan