Enzim Esterase Non Spesifik

24 yang terdapat dalam hati dapat memecah ester sederhana, misalnya etil butirat menjadi etanol dan asam butirat Poedjiadi, 1994. Pada semua piretroid mempunyai beberapa ciri umum, yaitu molekul asam, ikatan utama ester dan molekul alkohol Shafer, Meyer dan Crofton, 2005. Beberapa insektisida diantaranya organofosfat dan karbamat mengandung ikatan ester, oleh karena itu insektisida organofosfat dapat dihidrolisis oleh esterase Scott, 1995 cit Dewi, 2006. Aktivitas enzim esterase non-spesifik dapat bertambah oleh adanya perubahan gen esterase. Perubahan genetik pada gen esterase ini menyebabkan peningkatan aktivitas enzim esterase. Hal ini menyebabkan kemampuan menghidrolisis insektisida tinggi sehingga semua insektisida yang masuk akan dihidrolisis menjadi senyawa yang kurang beracun. Oleh karena itu akan menaikkan dosis letal insektisida tersebut dan tidak lagi mematikan serangga yang menjadi sasaran Walsh, 2001 cit Dewi, 2006.

G. Elektroforesis

Elektroforesis adalah pergerakan zat bermuatan listrik akibat adanya pengaruh medan listrik Anonim, 2006c, sedangkan elektroforesis gel merupakan suatu teknik analisis penting dan sangat sering dipakai dalam bidang biokimia dan biologi molekular. Dalam elektroforesis gel, pemisahan dilakukan terhadap campuran bahan dengan muatan listrik yang berbeda-beda Anonim, 2006d. Prinsip dasar teknik ini adalah bahwa DNA, RNA, atau protein dapat dipisahkan oleh medan listrik. Dalam hal ini, molekul-molekul tersebut dipisahkan berdasarkan laju perpindahannya oleh gaya gerak listrik di dalam matriks gel. Laju 25 perpindahan tersebut bergantung pada muatan listrik bersangkutan Anonim, 2007a. Gel yang digunakan biasanya merupakan polimer bertautan silang crosslinked yang porositasnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Untuk memisahkan protein atau asam nukleat berukuran kecil DNA, RNA, atau oligonukleotida, gel yang digunakan biasanya merupakan gel poliakrilamida, dibuat dengan konsentrasi berbeda-beda antara akrilamida dan zat yang memungkinkan pertautan silang cross-linker, menghasilkan jaringan poliakrilamida dengan ukuran rongga berbeda-beda Anonim, 2007a. Syarat dasar dari larutan penyangga yang digunakan adalah komposisi dan pHnya tidak mengubah sifat kimia dan biologi bahan yang dipisahkan, dan interaksi antara molekul protein harus minimal. Tidak diperkenankan untuk campuran yang dipisahkan mengubah cukup besar pH gel selama jalannya pemisahan. Oleh karena itu, direkomendasikan pH larutan sampel harus ditambahkan ±0,5 pH dari pH larutan penyangga, sebelum sampel diaplikasikan ke gel. Dalam penyangga alkali protein bermigrasi ke arah anoda; pada gel vertikal, untuk itu katode berada di atas. Elektroforesis harus dihentikan saat indikator pewarna mencapai 0,5-1 cm sebelum ujung gel Gaspar, Kalasz, Kerese, Takacs, and Tyihak, 1984. Media gel terdiri dari gel penimbun stacking gel dan gel pemisah resolving gel. Pada gel penimbun pH 6,8, perbedaan muatan terbentuk antara ion Cl dan glisin dalam larutan penyangga yang bertujuan menimbun protein menjadi jalur-jalur sempit diantara ion-ion. Migrasi ke dalam gel pemisah yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 mempunyai pH berlainan pH 8,9 mengganggu perbedaan muatan ini lalu menyebabkan pemisahan protein menjadi jalur yang berbeda Anonim, 2007b. Pemisahan protein memakai elektroforesis telah dipergunakan secara luas dalam mencoba membedakan strain dan spesies serangga. Ion bermuatan akan bermigrasi tergantung atas densitas muatan proteinnya. Satu sel atau bermacam- macam jaringan individu pada spesies yang sama mengandung enzim-enzim yang mempunyai protein yang berbeda tetapi mempunyai aktifitas enzimatik yang sama. Diketahui dengan baik bahwa enzim tertentu yang berbeda aktifitasnya cenderung mempunyai perbedaan tingkat variasi genetik Ansori, 2000. Metode elektroforesis telah banyak dikembangkan menurut medium dan larutan penyangga yang digunakan serta posisi pelaksanaannya. Medium yang paling banyak digunakan adalah strach gel, akrilamida, agar dan gel sellulose asetat. Larutan penyangga yang digunakan ada 2 macam yaitu sistem larutan penyangga berlanjut continuous buffer system dan sistem larutan penyangga terputus discontinuous buffer system. Larutan penyangga disebut berlanjut apabila larutan penyangga yang digunakan untuk proses elektroforesis sama dengan larutan panyangga yang dipakai untuk membuat medium. Larutan penyangga disebut terputus apabila larutan panyangga yang digunakan untuk proses elektroforesis berbeda dengan larutan penyangga yang dipakai untuk membuat medium. Keuntungan sistem larutan penyangga berlanjut adalah larutan penyangga ini dapat digunakan lebih dari satu kali proses elektroforesis, sedangkan keuntungan sistem larutan panyangga terputus adalah elektroforegram yang dihasilkan tampak lebih jelas Dharmawan, 1993 cit Ernaningsih, 1999. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27

H. Landasan Teori

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan penelaahan pustaka dapat diajukan landasan berpikir sebagai berikut: 1. Faktor penyebab terjadinya resistensi pada serangga atau nyamuk secara garis besar terdiri atas faktor genetik, biologis faktor biotik dan perilaku serangga, dan operasional insektisida hal-hal yang terkait dengan bahan kimia yang dipergunakan dalam pengendalian vektor dan aplikasi insektisida tersebut di lapangan. 2. Peningkatan aktivitas enzim esterase dalam tubuh nyamuk akan menaikkan dosis letal menjadi subletal yang tidak lagi mematikan serangga yang menjadi sasaran. 3. Perbedaan profil esterase non spesifik nyamuk Ae. Aegypti yang berasal dari daerah endemis dan non-endemis DBD menggambarkan adanya perbedaan respon nyamuk tersebut terhadap insektisida.

I. Keterangan Empiris

Berdasarkan landasan teori di atas dapat diajukan hipotesis bahwa terdapat perbedaan profil pola pita esterase non-spesifik masing-masing nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari daerah endemis dan non-endemis DBD Kota Jambi sebagai gambaran tidak langsung mengenai status resistensi terhadap insektisida. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Hubungan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti Dan Pelaksanaan 3m Plus Dengan Kejadian Penyakit Dbd Di Lingkungan XVIII KELURAHAN BINJAI KOTA MEDAN TAHUN 2012

4 98 88

PENDAHULUAN Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk Pada Daerah Endemis Dan Non Endemis DBD Di Kecamatan Karanganyar.

0 3 4

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk Pada Daerah Endemis Dan Non Endemis DBD Di Kecamatan Karanganyar.

0 2 4

Perbedaaan Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Daerah Endemis dan Non Endemis DBD.

1 3 102

Deteksi resistensi nyamuk aedes aegypti yang berasal dari daerah endemis dan non endemis dengue di Kota Jambi berdasarkan aktivitas enzim esterase non spesifik terhadap insektisida golongan piretroid.

0 5 87

MAYA InDekS DAn kepADATAn LARVA Aedes aegypti DI DAeRAH enDeMIS DBD jAkARTA TIMuR

0 0 7

PERBEDAAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES AEGYPTI DAN KEBERADAAN JENTIK PADA KELURAHAN ENDEMIS DAN NON ENDEMIS DBD :Studi observasi di Kelurahan Balongsari dan Kelurahan Karangpoh Kecamatan Tandes Kota Surabaya Repository - U

0 0 85

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DAN PERILAKU PSN-DBD MASYARAKAT DI DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS KECAMATAN NANGGULAN KABUPATEN KULON PROGO Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 15

PROFIL ESTERASE NON SPESIFIK NYAMUK Aedes aegypti DARI DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS DBD KOTA JAMBI DENGAN METODE ELEKTROFORESIS

0 0 79

DETEKSI RESISTENSI NYAMUK Aedes aegypti YANG BERASAL DARI DAERAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS DENGUE DI KOTA JAMBI BERDASARKAN AKTIVITAS ENZIM ESTERASE NON SPESIFIK TERHADAP INSEKTISIDA GOLONGAN PIRETROID

0 0 85