Landasan Teori LANDASAN TEORI

4 Ciptakan masyarakat belajar belajar dalam kelompok- kelompok. 5 Hadirkan model sebagi contoh pembelajaran. 6 Lakukan refleksi di akhir pertemuan. 7 Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Melalui langkah-langkah pembelajaran kontekstual CTL di atas, dapat dilakukan implementasi metode kontekstual terhadap proses pembelajaran tokoh dan penokohan sebagai berikut: 1 Membuat Sinopsis Siswa membuat sinopsis atau ringkasan cerita novel sesuai dengan pemahaman siswa. Hal ini berkaitan dengan metode kontekstual dimana siswa berperan aktif sehingga siswa dapat menghubungkan cerita novel dengan situasi siswa sehari-hari dan siswa dapat menemukan hasil penemuan sendiri. 2 Mengidentifikasi unsur tokoh a Tokoh Terdapat dua jenis tokoh menurut peranannya yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Langkah-langkah identifikasi tokoh utama dan tokoh tambahan adalah sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 Membaca novel dengan seksama. 2 Memahami teori definisi tokoh utama dan tokoh tambahan, kemudian mengartikan atau menangkap makna sesuai dengan konsep pemahaman siswa sendiri, selanjutnya menghubungkan definisi dengan novel. 3 Menganalisis atau mencari tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel. 4 Menemukan tokoh utama dan tokoh tambahan berdasarkan hasil penemuan sendiri inquiry. 5 Mengkomunikasikan hasil temuan. Berdasarkan fungsi penampilannya, terdapat dua jenis tokoh yaitu tokoh protagonis dan antragonis. Langkah-langkah identifikasi tokoh antagonis dan protagonis adalah sebagai berikut. 1 Membaca cerita novel dengan seksama dan teliti. 2 Memahami definisi tokoh protagonis dan tokoh antagonis, mengartikan definisi dengan sederhana sesuai dengan pemahaman sendiri. 3 Mencari dan menganalisis tokoh antagonis dan protagonis dalam novel berdasarkan konsep pemahamannya sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Menemukan tokoh antagonis dan protagonis berdasarkan hasil penemuan sendiri inquiry. 5 Mengkomunikasikan hasil temuan. b Penokohan Langkah-langkah menemukan penokohan dalam novel berdasarkan metode kontekstual adalah sebagai berikut. 1 Membaca secara seksama novel dan memahami isinya. 2 Memahami teori definsi penokohan yang diterangkan oleh guru melalui pemahamannya sendiri secara sederhana. 3 Mencari dan menganalisis penokohan dalam novel berdasarkan pemahamannya. 4 Menemukan penokohan tokoh yang terdapat dalam novel dan menyusun menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan pemahaman siswa Inquiry. 5 Mengkomunikasikan hasil analisis atau temuan. Melalui langkah-langkah pembelajaran kontekstual CTL itu pula, dapat dilakukan Implementasi metode kontekstual dalam RPP pembelajaran unsur tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Jendela karya Asma Nadia pada siswa SMA kelas XI semester I. Langkah-langkah pembelajaran CTL tersebut adalah sebagai berikut: 1 Identifikasi novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia Pada langkah awal, siswa secara individu diberikan waktu untuk mengerjakan tugas membaca novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dan memahami isi ceritanya, kemudian siswa menuliskan sinopsis atau ringkasan cerita agar lebih memahami secara mendalam isi cerita tersebut. 2 Mengidentifikasi unsur tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia Pada langkah ketiga, siswa menganalisis unsur tokoh dan penokohan sesuai dengan Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD yang terdapat dalam silabus Bahasa Indonesia pada novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Oleh karena itu, siswa diharapkan terlebih dahulu mengetahui definisi tokoh dan penokohan. 3 Bertanya Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik berkaitan dengan pembelajaran tokoh dan penokohan. Begitu juga sebaliknya, guru akan memberikan pertanyaan kepada peserta didik untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Melalui bertanya diharapkan agar siswa mampu mengaitkan antara analisis tokoh dan penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dengan kehidupan siswa sehari-hari. 4 Diskusi kelompok Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Setiap kelompok dibagikan teks bab sembilan belas 19 dari bacaan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Kemudian siswa mendiskusikan tokoh dan penokohan yang terdapat pada bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Belajar dalam kelompok akan menambah pengetahuan peserta didik dalam proses belajar. Kemudian, siswa melalui perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusi. 5 Pemodelan Pada langkah kelima ini, guru menyediakan dan memberikan contoh atau model sebuah novel yang telah dianalisis. Contoh yang diberikan kepada peserta didik dapat menjadi acuan bagi peserta didik untuk menganalisis unsur tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. 6 Refleksi Untuk menguji pemahaman siswa, setelah pembelajaran akan selesai, siswa membuat catatan kecil mengenai pemahamannya pada materi yang telah dibahas. 7 Penilaian autentik Ciri khusus dalam pendekatan kontekstual yaitu melakukan penilaian autentik. Tujuannya agar guru mengetahu sejauh mana pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh peserta didik. Peserta didik akan diuji mengenai pemahamannya dengan memberikan tugas baru mengenai pembelajaran menganalisis novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. 2. Hakikat Novel Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah-ubah dan merupakan kesatuan dinamis yang bermakna Wahyuningtyas Santoso, 2011: 47. Novel memiliki dua unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri sedangkan unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur yang berada di luar karya sastra tetapi tidak secara langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra Nurgiyantoro, 2007: 23. Unsur-unsur intrinsik terdiri dari peristiwa, cerita, plot, tokoh, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa. Unsur ekstrinsik menurut Wellek Warren melalui Nurgiantoro 2007: 24 antara lain subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Dalam hal ini, unsur intrinsik dan ekstrinsik saling berkaitan guna terciptanya suatu karya sastra berupa novel. 3. Tokoh Sudjiman via Budianta, dkk 2008: 86 mendefinisikan tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Jenis tokoh menurut peranannya terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama central character adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan Nurgiyantoro, 2007: 176- 177. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan, tokoh utama selalu hadir sebagai pelaku yang dikenai kejadian dan konflik. Tokoh utama dalam novel, dapat lebih dari satu orang, meskipun kadar keutamaannya tidak sama. Keutamaan ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan. Tokoh tambahan peripheral character adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun dalam porsi penceritaan yang relatif pendek Nurgiyantoro, 2007: 176- 177. Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dalam cerita terbagi atas 2 macam, sebagai berikut. 1 Tokoh Protagonis adalah tokoh yang dikagumi, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita Altenbernd Lewis via Nurgiantoro, 2007: 178. 2 Tokoh Antagonis adalah tokoh yang melawan protagonis. Penyebab terjadinya konflik dalam sebuah novel adalah tokoh antagonis, kekuatan antagonis, atau keduanya sekaligus Nurgiantoro, 2007: 179. Di dalam penelitian ini akan dibahas mengenai tokoh protagonis dan antagonis pada bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan. 4. Penokohan Secara etimologi karakterisasi berasal dari bahasa Inggris character atau karakter yang berarti watak atau peran. Character atau karakter bisa juga berarti orang, masyarakat, ras, sikap mental dan moral, kualitas nalar, orang terkenal, tokoh dalam karya sastra Minderop, 2011: 2. Kemudian kata character mendapat tambahan akhiran –ization yang artinya proses sehingga characterization atau karakterisasi berarti pemeranan, pelukisan watak. Watak, perwatakan dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku Jauhari, 2013: 161. Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Metode penokohankarakterisasi dalam karya sastra adalah metode melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi Minderop, 2011: 2. Beberapa cara yang dapat dipergunakan oleh pengarang untuk melukiskan rupa, watak atau pribadi para tokoh Jauhari, 2013: 161 adalah sebagai berikut. 1 Melukiskan bentuk lahir pelakon physical description. 2 Melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya portrayal of thought stream or of conscious thought. 3 Melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadian- kejadian Reaction to events. 4 Pengarang langsung menganalisis watak pelakon direct author analysis. 5 Pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon discussion of environment. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 Pengarang melukiskan bagaimana pandangan pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelaku utama reaction of other aboutto character. 7 Pelakon-pelakon lain dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan tokoh utama conversation of other about character. Pelukisan atau penggambaran karakter watak tokoh, pada umumnya pengarang menggunakan dua cara atau metode dalam karyanya, metode langsung telling dan metode tidak langsung showing Minderop, 2011: 6. Metode langsung telling dilakukan secara langsung oleh si pengarang Minderop, 2011: 6-7. Metode ini biasanya digunakan oleh kisah-kisah rekaan zaman dahulu sehingga pembaca hanya mengandalkan penjelasan yang dilakukan pengarang semata. Metode ini mencakup: 1 Karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh chararterizkoh, action through the use of the names. Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan untuk memberikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas serta mempertajam perwatakan tokoh. Pemberian nama pada tokoh bertujuan untuk melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh yang lain. 2 Karakterisasi melalui penampilan tokoh chararterization through appearance. Dalam karya sastra, penampilan tokoh memegang peranan penting dengan telaah karakterisasi. Penampilan tokoh dapat berbentuk apa yang dikenakan dan bagaimana ekspresinya. Metode perwatakan menggunakan penampilan tokoh memberikan kebebasan pengarang untuk mengekspresikan persepsi dan sudut pandangnya. 3 Karakterisasi melalui tuturan pengarang chararterization by the author. Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada pengarang atau narator dalam menentukan kisahnya. Pengarang berkomentar tentang watak dan kepribadian para tokoh sehingga menembus ke dalam pikiran, perasaan, dan gejolak batin tokoh. Di samping itu, dalam metode ini pengarang tidak sekadar menggiring perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh, tetapi juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya. Metode tidak langsung adalah metode yang lebih banyak dipilih penulis modern. Pada metode ini, pembaca harus memahami watak tokoh dengan melalui dialog dan action mereka Minderop, 2011: 7-9. Metode tidak langsung terdiri dari: 1 Karakterisasi melalui dialog Karakterisasi melalui dialog terdiri atas apa yang dikatakan penutur, jatidiri penutur, lokasi dan situasi percakapan, jatidiri tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara, penekanan, dialek, dan kosa kata. Melalui dialog yang dilakukan oleh tokoh, maka pembaca dapat menganalisis dan menarik kesimpulan berkaitan dengan penokohan perwatakan tokoh yang dimaksud. 2 Lokasi dan situasi percakapan Lokasi dan situasi percakapan berperan penting dalam sebuah cerita agar pembaca memiliki gambaran cerita. Melalui lokasi percakapan, pengarang dapat menggambarkan suatu keadaan. Melalui situasi percakapan, pengarang dapat juga menggambarkan watak para tokoh dalam suatu cerita. 3 Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur Penutur yang dimaksudkan disini adalah tokoh lain dalam cerita yang menyampaikan tuturan atau cerita mengenai tokoh tertentu yang berperan pula dalam cerita tersebut. 4 Kualitas mental para tokoh Kualitas mental para tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain melalui alunan dan aliran tuturan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Nada, suara, tekanan, dialek Nada suara jika di ekspresikan baik secara eksplisit maupun implisit maka dapat memberikan gambaran kepada pembaca berkaitan dengan watak si tokoh. Penekanan suara memberikan gambaran penting tentang tokoh karena memperlihatkan keaslian watak tokoh. Misalnya watak pemarah, penyabar, dan bijaksana. Selain itu, penekanan suara juga dapat merefleksikan pendidikan, profesi dan dari kelas mana si tokoh berasal. Dialek dan kosa kata dapat memberikan fakta penting tentang seorang tokoh karena keduanya memperlihatkan keaslian watak. Bahkan, dapat Mengungkapkan pendidikan profesi dan status sosial si tokoh, apakah ia seorang berpendidikan, dari kalangan tertentu, pekerjaan dan wataknya yang hakiki. 6 Karakterisasi melalui tindakan para tokoh. Watak tokoh dapat di amati melalui tingkah laku. Tingkah laku di sini diartikan sebagai tindakan tokoh dalam cerita. Tokoh dan tingkah laku bagaikan dua sisi mata uang. Untuk membangun watak dengan landaasan tingkah laku, pembaca harus mampu mengamati secara lebih rinci pada setiap alur peristiwa tersebut. Selain karakterisasi melalui tindakan para tokoh yang dapat dilakukan untuk menganalisis watak tokoh yaitu dengan melalui ekspresi wajah dan motivasi tokoh berperilaku demikian. Berdasarkan kesesuaian penelitian yang dilakukan, peneliti memilih menggunakan metode tidak langsung dalam menganalisis penokohankarakterisasi tokoh yang terdapat pada novel Rumah tanpa Jendela karya Asma Nadia karena sesuai dengan tujuan penelitian.

C. Pembelajaran Sastra di SMA

Hal yang paling mendasar dalam mengolah pembelajaran sastra di SMA adalah memilih materi yang tepat yang dipadukan dengan kemampuan guru menggunakan daya kreativitasnya dalam penyampaian materi. Selain itu, seorang guru memerlukan pegangan berupa rancangan pembelajaran agar dalam proses pembelajarannya nanti dapat beralur atau tertata. Rancangan pembalajaran itu berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. 1. Silabus Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru Muslich, 2007: 24. Muslich 2007: 25—26 mengemukakan prinsip pengembangan silabus sebagai berikut. a. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. b. Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. c. Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. d. Konsisten Adanya hubungan yang konsisten ajek, taat asas antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. e. Memadai Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. f. Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. g. Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomondasikan keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi disekolah dan tuntutan masyarakat. h. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru ketika proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP yang ada, baik dibuat sendiri oleh guru maupun bukan maka RPP dapat membantu menerapkan pembelajaran secara terprogram. Oleh karena itu, RPP harus mempunyai daya terap aplicable yang tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya Muslich, 2007: 45. Prinsip dalam pengembangan RPP untuk menyukseskan implementasi dalam kurikulum KTSP Mulyasa, 2008 :157- 158 adalah sebagai berikut: a. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas, makin konkret kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut. b. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang dan disesuaikan dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. d. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya. e. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan program disekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim team teaching atau moving class. 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD merupakan arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Depdiknas telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menyiapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai acuan oleh para pelaksana guru dalam mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mulyasa, 2008: 231. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia Mulyasa, 2008: 239. Peneliti menemukan bahwa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat pada Silabus pelajaran Bahasa Indonesia jenjang SMA kelas XI semester I sesuai dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang Pendidikan : SMA Kelas : XI Semester : 1 No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1 Membaca: 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia novel terjemahan. 7.2 menganalisis unsur- unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia terjemahan. Berdasarkan SK-KD tersebut, peneliti merumuskan indikator yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu: 1. Mampu menjelaskan pengertian novel. 2. Mampu menjelaskan unsur intrinsik novel yaitu tokoh dan penokohan. 3. Mampu mengidentifikasi tokoh yang terdapat pada novel. 4. Mampu mengidentifikasi penokohan yang terdapat pada novel. 5. Mampu menganalisis tokoh dalam novel dari segi peranan dan fungsi penampilan. 6. Mampu menganalisis penokohan dalam novel menggunakan teori tidak langsung. 7. Mampu menyimpulkan penokohan yang terdapat pada novel. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Analisis Wacana Pesan Dakwah dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia

2 17 103

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA

2 15 12

PENDAHULUAN Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

1 12 4

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA

0 2 19

Metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel Pulang Karya Tere Liye untuk pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I.

0 20 227

Metode kooperatif model jigsaw II dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel 728 Hari Karya Djono W. Oesman untuk siswa SMA kelas XI semester I

1 20 175

Metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel Pulang Karya Tere Liye untuk pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I

0 1 225

NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA (Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Pembaca, dan Nilai Pendidikan).

0 0 12

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA.

0 0 15

PANDANGAN DUNIA PENGARANG DAN KONTEKS SOSIAL NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA

0 0 30