Pekerja Pembuat Batu Bata Dampak Kecacingan terhadap Pekerja Pembuat Batu Bata

Pengeringan batu bata yang dibuat secara tradisional, proses pengeringannya mengandalkan kemampuan alam. Proses pengeringan batu bata akan lebih baik bila berlangsung secara bertahap agar panas dari sinar matahari tidak jatuh secara langsung, maka perlu dipasang penutup plastik. Apabila proses pengeringan terlalu cepat dalam artian panas sinar matahari terlalu menyengat akan mengakibatkan retakan-retakan pada batu bata nantinya. Batu bata yang sudah berumur satu hari dari masa pencetakan kemudian dibalik. Setelah cukup kering, batu bata tersebut ditumpuk menyilang satu sama lain agar terkena angin. Proses pengeringan batu bata memerlukan waktu dua hari jika kondisi cuacanya baik. Sedangkan pada kondisi udara lembab, maka proses pengeringan batu bata sekurang-kurangnya satu minggu. 5. Pembakaran Batu Bata Pembakaran yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk mencapai suhu yang dinginkan, melainkan juga memperhatikan kecepatan pembakaran untuk mencapai suhu tersebut serta kecepatan untuk mencapai pendinginan. Selama proses pembakaran terjadi perubahan fisika dan kimia serta mineralogi dari tanah liat tersebut.

2.4.2. Pekerja Pembuat Batu Bata

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pekerjaburuh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pekerja pembuat batu bata adalah orang yang mempunyai mata pencaharian sebagai pembuat batu bata yang sebagian besar waktu mereka dalam bekerja bergulat dengan tanah liat sebagai media utama pembuatan batu bata. Pekerja pembuat batu Universitas Sumatera Utara bata merupakan kelompok pekerja yang bergerak dalam sektor informal. Menurut ILO, sektor informal didefenisikan sebagai cara melakukan pekerjaan apapun dengan karakteristik mudah dimasuki, bersandar pada sumber daya lokal, usaha milik sendiri, beroperasi dalam skala kecil, padat karya dan teknologi adaptif, memiliki keahlian di luar sistem pendidikan formal, tidak terkena langsung regulasi, dan pasarnya kompetitif. Sedangkan menurut BPS, sektor informal diartikan sebagai suatu Perusahaan Non Direktori PND dan Usaha Rumah Tangga URT dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang Depkes RI, 2008. Sektor informal pada umumnya ditandai oleh beberapa karakteristik khas seperti sangat bervariasinya bidang kegiatan produksi barang dan jasa, berskala kecil, unit-unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja dan teknologi yang dipakai relatif sederhana. Para pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya. Di sektor informal biasanya tidak memiliki pendidikan formal Depkes RI, 2008. Pada umumnya mereka tidak mempunyai ketrampilan khusus dan kekurangan modal. Oleh sebab itu produktivitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah daripada kegiatan-kegiatan bisnis yang ada di sektor formal. Selain itu mereka yang berada di sektor informal tersebut juga tidak memiliki jaminan keselamatan kerja dan fasilitas kesejahteraan Depkes RI, 2008.

2.4.3. Dampak Kecacingan terhadap Pekerja Pembuat Batu Bata

Penyakit kecacingan sering kali menyebabkan berbagai penyakit di dalam perut dan berbagai gejala penyakit perut seperti kembung dan diare. Infeksi penyakit kecacingan selain berperan sebagai penyebab kekurangan gizi yang kemudian Universitas Sumatera Utara berakibat terhadap penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi, juga berperan sebagai faktor yang lebih memperburuk keadaan kekurangan gizi yang sudah ada sehingga memperburuk daya tahan tubuh terhadap berbagai macam infeksi Onggowaluyo, 2001. Infeksi kecacingan mempengaruhi pemasukan, pencernaan, penyerapan absorbsi serta metabolisme makanan sehingga menyebabkan kekurangan gizi. Penderita kecacingan, nafsu makannya menurun sehingga makanan yang masuk akan berkurang dan jumlah cacing yang banyak dalam usus akan mengganggu pencernaan serta penyerapan makanan. Infeksi kecacingan selain berperan sebagai penyebab kekurangan gizi yang kemudian berakibat terhadap penurunan daya tubuh terhadap infeksi, juga berperan sebagai faktor yang lebih memperburuk daya tahan tubuh terhadap berbagai macam infeksi Onggowaluyo, 2001. Infeksi cacingan jarang sekali menyebabkan kematian langsung, namun sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing gelang yang berat akan menyebabkan malnutrisi dan gangguan pertumbuhan pada anak. Berbagai penelitian membuktikan bahwa sebagian kalori yang dikonsumsi manusia tidak dimanfaatkan badan karena adanya parasit dalam tubuh. Gandahusada, 2003. Pekerja batu bata memiliki resiko yang tinggi terhadap kejadian kecacingan karena dalam proses pembuatannya mengalami kontak langsung dengan tanah. Gejala kecacingan pada orang dewasa diantaranya: lesu dan lemas akibat anemia, berat badan rendah, batuk tidak sembuh-sembuh, dan nyeri diperut. Salah satu dampak yang terlihat akibat anemia pada pekerja batu bata adalah penurunan produktivitas pada pekerja. Universitas Sumatera Utara Sampai saat ini penyakit kecacingan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia terutama di daerah pedesaan dan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya kecacingan adalah kesadaran hygiene perorangan personal hygiene yang kurang dan rendahnya pengetahuan mengenai penyakit kecacingan tersebut Gandahusada, 203

2.5. Kerangka Konsep