BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi dengan mutu kehidupan yang berkualitas. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor : 424MENKESSKVI2006 tentang Pedoman Pengendalian Cacingan bahwa pembangunan kesehatan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, pembangunan tersebut mempunyai tujuan untuk mewujudkan manusia yang sehat Depkes RI, 2006.
Tahun 2010 merupakan tahun yang ditargetkan untuk mencapai Indonesia Sehat 2010. Namun, target ini bertolak belakang dengan kondisi sebenarnya. Hal ini
dapat dilihat dari masih tingginya penyakit menular di masyarakat, salah satunya adalah kecacingan yang biasanya ditularkan melalui tanah Soil Transmitted
Helminths. Golongan cacing yang menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia
adalah Ascaris lumbricoides A. lumbricoides, Trichuris trichura T. trichura, dan cacing tambang yaitu: Necator americanus N. americanus, dan Ancylostoma
duodenale A. duodenale. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kecacingan antara lain: faktor sosial ekonomi, status gizi, penataan kesehatan
lingkungan, hygienitas, sanitasi serta pendidikan dan perilaku individu Refirman, 1998.
Lapangan pekerjaan yang sangat erat kaitannya dengan infeksi kecacingan Soil Transmitted Helminths ialah lapangan pekerjaan yang berhubungan atau
1
Universitas Sumatera Utara
menggunakan tanah liat sebagai bahan baku utamanya. Tanah liat yang lembab merupakan tempat yang baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides dan
Trichuris Trichiura menjadi bentuk yang infektif. Sedangkan tanah yang baik untuk pertumbuhan larva pada cacing tambang adalah tanah gembur pasir, humus
Gandahusada, 2000. Pengetahuan dan sikap pekerja tentang kecacingan sangat penting bagi
pekerja pembuat batu agar terhindar dari infeksi kecacingan. Kurangnya pengetahuan yang menimbulkan kebiasaan tidak memakai alas kaki akan memudahkan terjadinya
penularan infeksi Soil Transmitted Helminths, terutama untuk penularan Soil Transmitted Helminths yang terjadi dengan cara larva filariform menembus kulit
manusia Suhartono dkk, 1998. Berbagai penelitian menemukan bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja di
Indonesia masih tergolong rendah. Selain penyebab yang berkaitan dengan ketrampilan kerja, kondisi kesehatan dan kesegaran jasmani pekerja Indonesia juga
terbukti masih rendah. Suryodibroto 1994 melaporkan bahwa 46,6 dari pekerja wanita di Jakarta dan sekitarnya ternyata menderita anemia dan 45,6 di antaranya
terbukti mengidap cacingan Depkes RI, 2006. Penelitian yang dilakukan oleh Hasyimi 1995 tentang prevalensi kecacingan
pada pekerja pembuat bata merah di desa Mekar Mukti Cikarang Bekasi Jawa Barat dengan jumlah pekerja yang diperiksa sebanyak 70 orang. Hasil pemeriksaan tinja
memperlihatkan 43 tinja 95,5 positif Ascaris lumbricoides, 5 tinja 11,11 positif Trichuris trichiura dan 4 tinja 8,88 positif cacing tambang dan 2 tinja
4,44 negatif.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan Mochammad Taufik 2008 tentang hubungan antara pengetahuan dengan kejadian kecacingan Soil Transmitted
Helminths pada pekerja genteng di Desa Kedawung Kabupaten Kebumen Jawa Tengah dengan jumlah pekerja yang diperiksa sebanyak 40 orang adalah ditemukan
dari 40 pekerja, 22,5 terinfeksi Soil Transmitted Helminths, yang terdiri dari 5 terinfeksi Ascaris lumbricoides, dan 17,5 terinfeksi Trichuris trichiura.
Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan p = 0,031 p 0,05 untuk hubungan antara pengetahuan dengan infeksi Soil Transmitted Helminths dengan
angka prevalensi sebesar 4,31. Dalam proses pembuatan batu bata ini ada beberapa tahapan yang harus
dilalui, diantaranya: penggalian bahan mentah, pengolahan bahan mentah, pembentukan batu bata, pengeringan batu bata, dan pembakaran batu bata
Suwardono, 2002. Dari beberapa tahapan tersebut, proses penggalian bahan mentah, pengolahan bahan mentah, pembentukan batu bata merupakan proses yang
memungkinkan terjadinya infeksi kecacingan. Infeksi kecacingan dapat terjadi dalam proses ini karena dalam melakukan proses ini pekerja tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri APD seperti sarung tangan dan sepatu boot dalam proses pelakasanaannya sehingga dengan cara yang seperti itu sangat dimungkinkan
masuknya larva cacing ke dalam kulit yang pada akhirnya akan menyebabkan infeksi kecacingan.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah industri di Sumatera Utara, baik industri formal maupun informal industri rumah tangga. Industri rumah
tangga batu bata merupakan salah satu industri rumah tangga yang cukup berperan
Universitas Sumatera Utara
dalam pembangunan, baik di bidang sosial ekonomi maupun pembangunan fisik di Kabupaten Deli Serdang.
Industri rumah tangga tersebut dapat memproduksi batu-bata lebih kurang 32 juta per bulan, bila dirupiahkan senilai Rp. 5,28 milyar per bulan yang merupakan
salah satu sumber pendapatan daerah Deli Serdang. Kecamatan Pagar Merbau adalah salah satu daerah industri rumah tangga batu bata yang berada di Kabupaten Deli
Serdang Nasution, 2004 Desa Purwodadi merupakan salah satu desa di Kecamatan Pagar Merbau
Kabupaten Deli Serdang yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 649 KK dan dibagi kedalam 2 dusun yaitu Dusun Purwodadi I dan Dusun Purwodadi II dimana
dusun Purwodadi I terbagi kedalam Dusun Purwodadi IA dan Dusun Purwodadi IB. Berdasarkan Ekspose Desa Purwodadi tahun 2011 diketahui bahwa sebanyak 231 KK
penduduk memiliki mata pencaharian sebagai pembuat batu bata. Pekerjaan pembuat batu bata merupakan salah satu jenis pekerjaan yang berhubungan dengan tanah atau
tanah liat dan menggunakan tanah atau tanah liat sebagai bahan bakunya. Penggunaan alat pelindung diri seperti sepatu atau alas kaki dan sarung tangan sangat di butuhkan
dalam pekerjaan ini karena jika kita tidak menggunakan alat pelindung diri dalam melakukan pekerjaan ini dimungkinkan cacing dapat masuk ke kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya infeksi kecacingan. Berdasarkan hasil survei di lapangan, mayoritas penduduk di Desa Purwodadi
memiliki mata pencaharian sebagai pembuat batu bata dimana dalam proses pembuatan batu bata mayoritas penduduk disana masih menggunakan cara yang
tradisional. Pada proses pembuatan batu bata para pekerja tidak menggunakan alat
Universitas Sumatera Utara
pelindung diri seperti sepatu atau alas kaki dan sarung tangan. Berbagai keluhan yang berhubungan dengan gejala kecacingan ditemukan pada pekerja pembuat batu bata
diantaranya adanya gangguan pencernaan, nyeri di perut , dan gejala-gejala anemia seperti merasa lemas dan cepat lelah. Melihat kondisi di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap pekerja dengan kejadian kecacingan Soil Transmitted Helminths STH pada pekerja pembuat batu
bata di Desa Purwodadi Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.
1.2. Rumusan Masalah