Kerangka Berpikir LANDASAN TEORI

2.3 Kerangka Berpikir

Materi yang dihasilkan dari pengembangan yang dilakukan dapat beragam bentuk, seperti buku panduan, buku materi, LKS lembar kerja siswa, maupun kalimat-kalimat yang menyatu di dalam paragraf. Pengembangan materi yang dilakukan untuk menghasilkan suatu materi yang layak dan memberikan dampak positif bagi siswa, sebaiknya memperhatikan prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson. Dalam penelitian ini, prinsip pengembangan yang digunakan adalah 10 prinsip dari 16 prinsip pengembangan materi. Bidang pendidikan memerlukan materi yang digunakan sebagai bagian dari proses belajar mengajar. Materi yang dihasilkan diharapkan dapat mengubah gaya pendidikan menjadi pendidikan yang menghumanisasikan manusia. Pendidikan seharusnya dapat menciptakan interaksi guru dan siswa, bukannya siswa dianggap sebagai boneka yang tidak mengetahui apa-apa. Salah satu pendidikan yang menghumanisasikan manusia dapat ditemui di dalam pendidikan emansipatoris. Melalui pendidikan emansipatoris, siswa dan guru sama-sama belajar satu sama lain. Terlebih dengan salah satu model pendidikan emansipatoris, yaitu Pedagodi Ignasian atau lebih dikenal dengan Paradigma Pedagogi Reflektif, yang mengajarkan anak melalui lima tahapan. Ke lima tahap tersebut adalah konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Melalui pendidikan, anak-anak diajarkan untuk dapat berpikir secara kritis. Terlebih untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian mereka terhadap lingkungan. Kesadaran yang terbentuk dalam diri seorang anak sejak dini, akan menghasilkan anak yang memiliki kepedulian. Melalui pendidikan terlebih pendidikan lingkungan anak akan memperoleh kesadaran lingkungan dan pengetahuan yang dapat menghasilkan tindakan baik secara pribadi maupun kelompok untuk memecahkan masalah lingkungan hidup. Siswa kelas V merupakan anak-anak dengan usia sekitar 10 tahun. Bagi Montessori dan Piaget anak usia 10 tahun merupakan anak yang sudah dapat memahami lingkungannya. Selain itu, anak-anak dengan usia 10 tahun juga dapat mengikuti aktivitas-aktivitas yang bersifat konkret. Melalui model Conservation Scout yang merupakan suatu model pembelajaran berbasis lingkungan, anak-anak kelas V dapat belajar tentang pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan. Selain itu, model Conservation Scout juga mendukung teori perkembangan anak Vygotsky tentang Zona Perkembangan Proksimal ZPD. Melalui pendidikan lingkungan menggunakan model Conservation Scout ini diharapkan siswa kelas V A SD N Jetis 1 Yogyakarta dapat mengembangan kesadaran dan kepedulian mereka terhadap lingkungan sekitar mereka. 38

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini metode penelitian dibagi menjadi beberapa bagian, meliputi jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian Research and Development RD. Research and Development di dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai penelitian dan pengembangan. Bagi Putra 2015: 67 Research and Development merupakan penelitian yang digunakan untuk mengembangkan, menghasilkan, serta menguji keefektifan produk tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain dari Tomlinson yang lebih memfokuskan pada pengembangan materi pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan lebih sesuai dengan penelitian yang menghasilkan produk berupa materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout di SD N Jetis 1 Yogyakarta.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V A sekolah dasar di SD N Jetis 1 Yogyakarta. Siswa kelas V A yang dijadikan subjek penelitian berjumlah 24 siswa tahun ajaran 20162017. Jumlah tersebut terdiri dari 11 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.