Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai: 1.1 latar belakang masalah, 1.2 rumusan masalah, 1.3 batasan masalah, 1.4 tujuan penelitian, 1.5 manfaat penelitian, 1.6 spesifikasi produk yang dikembangkan, serta 1.7 definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia dan lingkungan memang merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan. Lingkungan sangat tergantung pada manusia, sebaliknya manusia juga sangat tergantung pada lingkungan untuk kelangsungan hidup mereka di muka bumi. Hubungan manusia dengan lingkungan juga dapat dikatakan memiliki sifat sirkuler Soemarwoto dalam Hamzah, 2013. Sifat ini bermakna bahwa apapun yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungannya, akan memberikan dampak yang kembali pada manusia itu sendiri sesuai dengan apa yang mereka lakukan terhadap lingkungannya. Dampak yang diberikan lingkungan dapat berupa dampak keuntungan maupun kerugian bagi manusia. Seperti di zaman modern saat ini, kemajuan teknologi baik kemajuan teknologi berskala kecil maupun besar telah mempengaruhi sikap serta perilaku manusia terhadap lingkungan. Sebenarnya teknologi yang ada saat ini diciptakan bukan untuk mengubah perilaku manusia terhadap lingkungan khususnya perusakan lingkungan di muka bumi. Akan tetapi menurut salah satu penggiat lingkungan di PSL Universitas Sanata Dharma Y.L Adriyanto, teknologi yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mempengaruhi perilaku manusia terhadap lingkungan, sebenarnya disebabkan oleh manusia itu sendiri. Manusia yang memiliki daya pikir yang lemah terkadang memanfaatkan teknologi dengan seenaknya. Perilaku seenaknya terhadap teknologi inilah yang menyebabkan lingkungan menjadi berubah. Hal tersebut juga diperkuat dengan berbagai artikel baik di media cetak maupun elektronik yang membuktikan tentang perilaku seenaknya manusia terhadap teknologi yang berakibat negatif terhadap lingkungan. Rabu 2242015, Kota Yogya mengalami kondisi yang sangat mengherankan bagi sejumlah warga . Hal itu diakibatkan oleh meluapnya air hujan yang mengakibatkan terendamnya sejumlah pemukiman warga. Menurut Djah Mardianto Kepala Pusat Studi PSBA UGM, hal tersebut dapat terjadi di kota besar seperti Yogya. Beliau berpendapat, Yogya seharusnya memiliki 30 persen ruang terbuka hijau RTH. Akan tetapi, sampai saat ini Kota Yogya belum memenuhi syarat tersebut. Justru ruang-ruang yang ada dipersempit dengan munculnya bangunan-bangunan Kompas.com. Artikel lain yang juga menyangkut tentang dampak negatif dari kesalahan pemanfaatan kemajuan teknologi juga dituliskan oleh Lestari. Di dalam artikel tersebut menjelaskan tentang dampak negatif yang sudah ditimbulkan oleh pembangunan gedung-gedung bertingkat di Kota Yogya. Salah satunya adalah mengenai operasional Fave Hotel yang mengakibatkan sumur-sumur warga di sekitar daerah hotel mengalami kekeringan. Padahal sebelumnya, mereka tidak pernah mengalami kekeringan sejak Fave Hotel dibangun Kompasiana.com. Kedua artikel di atas merupakan salah satu bukti nyata perilaku manusia yang salah dalam pemanfaatan teknologi yang berdampak negatif terhadap lingkungan. Selain perilaku manusia terhadap kemajuan teknologi, kurangnya kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan juga berakibat fatal bagi lingkungan. Sebagai bukti nyata tentang kurangnya kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan dapat diamati di SD N Jetis 1 Yogyakarta. Dilihat dari analisis kebutuhan terhadap lingkungan, siswa SD N Jetis 1 Yogyakarta masih perlu mengembangkan kesadaran dan kepedulian mereka terhadap lingkungan. Di lingkungan sekolah ini sudah memiliki peraturan-peraturan tentang peduli terhadap tumbuhan. Salah satunya adalah peraturan tentang 10 menit menyiram tanaman sebelum bel masuk kelas. Akan tetapi, peraturan ini tidak dijalankan oleh para siswa sebagai mana mestinya. Tumbuhan-tumbuhan yang berada di lingkungan sekolah dirawat oleh penjaga sekolah dengan menyiram dan mencabuti gulma setiap hari. Selain hal di atas, hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di SD N Jetis 1 Yogyakarta diperoleh hasil bahwa anak-anak juga dengan sengaja merusak tanaman ketika bermain. Sebagai contoh, ketika mereka bermain di jam istirahat, mereka dengan sengaja merusak tanaman ketika mengambil bola yang masuk ke area taman. Tak hanya itu, mereka juga dengan sadar memetik tanaman untuk dijadikan sebagai mainan. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas V A, ada beberapa siswa yang sudah diajarkan sikap sadar dan peduli terhadap lingkungan dari lingkungan keluarga. Ajaran ini berdampak pada kepedulian mereka, seperti mereka dengan sadar menyiram tumbuhan yang ada setiap 10 menit walaupun tidak setiap hari. Namun, ada juga siswa yang belum mendapatkan pengetahuan tentang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sikap sadar dan peduli terhadap lingkungan di dalam lingkungan keluarga. Hal ini menurut beliau yang menyebabkan siswa jarang merawat tumbuhan. Dilihat dari kedua artikel serta hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, membuktikan bahwa manusia masih kurang sadar dan peduli terhadap lingkungan mereka. Terlebih beberapa anak yang merupakan generasi muda saat ini masih memiliki sikap kurang sadar dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Padahal anak-anak merupakan generasi penerus yang diharapkan sebagai salah satu generasi yang memperbaiki kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Beberapa cara dapat dilakukan untuk menyadarkan manusia, khususnya anak-anak untuk mengembangkan kesadaran dan kepedulian akan lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan adalah melalui pendidikan lingkungan. Pendidikan lingkungan ini dapat mulai ditanamkan kepada anak-anak kelas V SD N Jetis 1 Yogyakarta sejak dini. Hal tersebut karena pendidikan lingkungan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, baik secara individu maupun kelompok dalam mencari alternatif atau solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup baru UNESCO dalam Hamzah, 2013. Pendidikan lingkungan yang akan dilakukan di SD N Jetis 1 diimplementasikan ke dalam mata pelajaran IPA yang disesuaikan dengan model PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang akan digunakan. Model yang akan digunakan berkaitan langsung dengan eksperimen IPA yang terdapat di dalam mata pelajaran IPA. Kegiatan eksperimen IPA ini, peneliti mengacu pada model Conservation Scout. Conservation Scout adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang berupa konservasi sederhana dengan tujuan untuk memberikan pendidikan lingkungan kepada anak Suseno, 2016. Model Conservation Scout memiliki empat metode, yaitu kebun konservasi, area konservasi di dalam ruangan, minitrip perjalanan menyenangkan ke alam terbuka, serta eksperimen sederhana dan kampanye. Di dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan dua metode di dalam model Conservation Scout, yaitu eksperimen sederhana dan kebun konservasi. Penggunaan kedua metode tersebut disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan yang diperoleh peneliti dan rekan peneliti, Desy Riska. Metode eksperimen sederhana digunakan pada kegiatan penelitian hari pertama, sedangkan metode kebun konservasi digunakan pada kegiatan penelitian hari kedua. Secara singkat kegiatan yang dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 kegiatan pertama yang menggunakan metode eksperimen sederhana, peneliti mengajarkan siswa tentang proses fotosintesis yang menghasilkan karbohidrat amilum. Kegiatan ini bertujuan agar siswa dapat memahami bagian-bagian tubuh tumbuhan yang mengandung karbohidrat sebagai salah satu hasil dari fotosintesis. Selain itu juga di dalam kegiatan ini siswa dapat memahami bahwa karbohidrat yang terbentuk akan membentuk cadangan makanan bagi tumbuhan itu sendiri yang berguna bagi sumber makanan untuk manusia. 2 Kegiatan kedua, peneliti menggunakan metode kebun konservasi. Kegiatan ini bertujuan untuk menyadarkan siswa untuk merawat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tumbuhan yang mereka tanam karena tumbuhan sangat penting bagi manusia sesuai dengan percobaan pertama yang telah mereka lakukan. Kegiatan eksperimen sederhana dan kebun konservasi yang dilakukan akan dikembangkan peneliti sebagai materi pendidikan kesadaran dan kepedulian lingkungan menggunakan model Conservation Scout untuk kelas V. Kedua materi tersebut masing-masing memiliki judul yang berbeda, materi eksperimen sederhana memiliki judul “Eksperimen Sederhana Uji Amilum”, sedangkan untuk materi kebun konservasi memiliki judul “Kebun Konservasi Teknik Menanam Vertikultur”. Salah satu isi dari materi-materi tersebut, diantaranya adalah panduan kegiatan eksperimen dan kebun konservasi. Di dalam panduan berisikan definisi secara singkat kegiatan yang akan dilakukan, alat dan bahan yang akan digunakan, langkah kerja, tingkat kesulitan, dan daftar referensi. Selain itu peneliti juga menambahkan gambar untuk mempermudah memahami alat dan bahan yang dibutuhkan, serta langkah kerja. Panduan eksperimen ini juga dibuat menjadi 2 versi, yaitu untuk guru dan siswa. Peneliti berharap dengan membuat 2 versi , guru akan terbantu untuk menyiapkan peralatan atau kegiatan yang dibutuhkan siswa. Sedangkan untuk siswa, peneliti berharap dapat membantu siswa untuk memahami kegiatan yang dilakukan dengan bahasa yang lebih sederhana. Materi ini juga diharapkan peneliti untuk membantu mengembangkan kesadaran dan kepedulian siswa kelas V A terhadap tumbuhan di lingkungan sekolah mereka.

1.2 Batasan Masalah