Zaman penjajahan Belanda Sejarah Koperasi di Indonesia

badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Dengan bertumpu pada pendapat-pendapat para ahli dan ketentuan UU Perkoperasiaan tahun 1992 dapat dipetik makna bahwa koperasi adalah badan usaha bersama dimana usaha bersama tersebut menunjukkan semangat bekerja sama dalam kegotongroyongan dengan mengutamakan perserikatan tidak sendiri-sendiri.

2.2 Sejarah Koperasi di Indonesia

Koperasi di Indonesia telah dikenal lebih dari setengah abad yang lalu. Sudah tentu koperasi yang pernah didirikan mengalami pasang surut dalam pelaksanaan usahanya. Dalam uraian berikut ini dilakukan tinjauan periodesasi sejarah koperasi di Indonesia. Dimulai dari periodesasi pada zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang, zaman pembangunankemerdekaan, zaman orde baru, dan zaman reformasi.

2.2.1 Zaman penjajahan Belanda

Cita-cita untuk mendirikan koperasi telah lama terkandung dalam pikiran bangsa Indonesia. Dalam kesulitan hidup yang serba dengan keputusasaan kemudian muncullah seseorang yang memberi semangat hidup oleh karena Beliau paham tentang jiwa rakyat yang sedang dilanda kemiskinan dan kebodohan. Seseorang tersebut adalah Raden Aria Wiriatmadja, yaitu seorang Patih dari Purwokerto, Jawa Tengah. Patih Raden Aria Wiriatmadja merupakan orang Indonesia yang merupakan pelopor cikal bakal pembentukan embrio koperasi di Indonesia pada tahun 1896. Ide pembentukan embrio koperasi ini muncul akibat Beliau melihat nasib pegawainya yang selalu menjadi sasaran lintah darat dalam memenuhi kehidupan. Berdasarkan pada ide pembentukan embrio koperasi tersebut maka timbul pemikiran dari Patih Raden Aria Wiriatmadja membentuk Hulp en Spaar Bank Bank Pertolongan dan Tabungan yang ditujukan untuk membantu pegawainya. Bank ini mendapat bantuan dari seorang pejabat Belanda yang bernama E. Sieberg, seorang asisten Residen. Karena rajin dan tulus hatinya dalam menolong orang, Patih Raden Aria Wiraatmadja mendapat bantuan dari asisten Residen tersebut berupa bantuan uang sebanyak 4000 gulden untuk mengelola usaha bank tersebut. 2 Pada gilirannya terjadi pergantian asisten Residen oleh De Wolff van Westerroode. Pada masa kepemimpinan De Wolff van Westerroode, justru diberikan dorongan untuk membantu mengembangkan usaha bank tadi menjadi Poerwokertosche Hulp, Spaar en Landbouwecrediet Bank Bank Penolong, Tabungan, dan Kredit Pertanian Purwokerto dengan tujuan untuk membantu petani. 3 Lambat laun, akhirnya pada tahun 1908 bertepatan dengan lahirnya gerakan Budi Oetomo, koperasi dikembangkan oleh para pendiri Budi Oetomo dimana koperasi yang dirintis adalah koperasi rumah tangga 2 A. Hanan Hardjasasmita, 1982, Sejarah Lahirnya Gerakan Koperasi Indonesia Dan Perkembangannya Sampai Dengan Awal Periode 80’an, Armico, Bandung, h. 22. 3 Ibid. koperasi konsumen. Sejak saat itulah masuknya pengaruh sendi-sendi dasar koperasi dari Rochdale ke Indonesia. Sendi dasar demokrasi dan sendi dasar kesamaan hak mulai dikenal dan diterapkan. Sekitar tahun 1912 sendi dasar tersebut dilaksanakan pula oleh organisasi Sarekat Islam yang kemudian mengubah nama menjadi Sarekat Dagang Islam pada tahun 1913. Namun, baik ikhtiar Budi Oetomo maupun Sarekat Islam belum menghasilkan koperasi yang semula diharapkan dan bahkan umurnya juga tidak panjang. Koperasi yang lahir sebagai akibat gerakan Budi Oetomo dan Sarekat Dagang Islam tersebut tidak bertahan lama karena Pemerintah Hindia Belanda mengundangkan Staatsblaad Nomor 431 tahun 1915 Verordening op de Cooperatieve dimana dengan keluarnya Staatsblaad tersebut menyulitkan penduduk pribumi. Hal-hal yang menyulitkan tersebut diantaranya adalah bahwa dalam pendirian koperasi harus mendapat izin Gubernur Jenderal, akta pendirian koperasi harus dibuat dengan perantaraan Notaris yang tentu saja memerlukan biaya yang tidak sedikit, akta pendirian koperasi harus ditulis dalam Bahasa Belanda, biaya materai sekurang-kurangnya 50 gulden, dan setelah koperasi didirikan harus diumumkan di Javasche Courant yang biayanya tinggi. 4 Dengan adanya pengundangan Staatsblaad Nomor 431 tahun 1915 tersebut muncul reaksi dari pergerakan kaum nasional. Pada tahun 1920 akhirnya dibentuk sebuah panitia khusus yang disebut “Cooperatieve 4 Soeharto Djojosoempomo, 1964, Pola Koperasi Indonesia dan Perkembangannya, Sinar Asia, Yogyakarta, h. 48. Commisie 1920” yang dibentuk atas dasar keputusan pemerintah tanggal 10 Juni 1920 dimana Cooperatieve Commisie 1920 tersebut diketuai oleh Dr. H.J Boeke. Tugas dari panitia tersebut adalah untuk meneliti arti dan manfaat badan koperasi bagi masyarakat pribumi, cara-cara dan sarana- sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkannya. Hasil dari Cooperatieve Commisie 1920 tersebut adalah diundangkannya Staatsblaad Nomor 91 tahun 1927. Isi dari Staatsblaad Nomor 91 tahun 1927 tersebut adalah akta pendirian koperasi tidak perlu dibuat dengan perantaraan Notaris tetapi cukup didaftarkan pada Penasehat Urusan Kredit Rakyat dan Koperasi, akta pendirian dapat ditulis dalam bahasa daerah, ongkos materainya adalah 3 gulden, dan pendaftaran koperasi tidak mutlak diumumkan dalam Javasche Courant. Dalam hal ini, dengan diundangkannya Staatsblaad Nomor 91 tahun 1927 pada intinya adalah menguatkan sikap pemerintah yang melihat koperasi sebagai sarana yang tepat untuk memajukan rakyat, menjadikan landasan yang kuat untuk penerbitan peraturan perkoperasiaan bagi masyarakat pribumi dan pembentukan organisasi yang mengurus soal koperasi, mendorong pemerintah untuk terlibat secara aktif dalam pembentukan dan pengembangan perkumpulan koperasi, serta pertumbuhan koperasi diserahkan kepada masyarakat.

2.2.2 Zaman penjajahan Jepang