Pembuatan kurva baku Optimasi Metode

serapan maksimum sebesar 510,4 nm. Panjang gelombang serapan maksimum yang digunakan dalam pengukuran adalah 510,5 nm. Hasil ini berbeda 2,5 nm dari panjang gelombang teroritis. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995, perbedaan selisih panjang gelombang serapan maksimum antara hasil teoritis dengan percobaan tidak boleh lebih dari 2 nm. Oleh karena itu, hasil yang diperoleh pada penelitian ini tidak memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995. Perbedaan alat dan kondisi percobaan antara sumber literatur yang diacu dengan yang peneliti lakukan pada penelitian ini dapat menjadi faktor penyebab timbulnya perbedaan hasil panjang gelombang ini. Namun demikian, panjang gelombang serapan maksimum yang digunakan dalam penelitian ini tetap menggunakan panjang gelombang 510,5 nm sebab setiap kali dilakukan pengukuran terhadap larutan dengan kadar berbeda, alat yang digunakan tetap memberikan hasil yang lebih kurang sama.

3. Pembuatan kurva baku

Kurva baku diperoleh dengan membuat lima seri kadar dari tiga replikasi larutan baku hidrokuinon. Seri kadar baku ini dibuat dengan kadar 1,5 ppm; 2,0 ppm; 2,5 ppm; 3,0 ppm; dan 3,5 ppm. Pemilihan seri kadar ini dilakukan berdasarkan hasil optimasi, dimana dipilih kadar yang memberikan serapan antara 0,2 hingga 0,8. Menurut Mulja dan Suharman, pada rentang serapan 0,2-0,8 tersebut akan memberikan persentase kesalahan fotometrik yang kecil dan dapat diterima yaitu 0,5-1,0 . Setelah dilakukan pengukuran dari ketiga replikasi seri baku hidrokuinon, diperoleh data sebagai berikut : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel IV. Data replikasi seri baku hidrokuinon Replikasi I Replikasi II Replikasi III Kadar Serapan Kadar Serapan Kadar Serapan 1,53 ppm 2,04 ppm 2,55 ppm 3,06 ppm 3,57 ppm 0,338 0,426 0,545 0,681 0,795 1,55 ppm 2,07 ppm 2,58 ppm 3,10 ppm 3,62 ppm 0,342 0,464 0,587 0,687 0,791 1,58 ppm 2,10 ppm 2,63 ppm 3,16 ppm 3,68 ppm 0,359 0,462 0,530 0,688 0,821 A = -0,028 B = 0,229 r = 0,998 A = 0,014 B = 0,217 r = 0,999 A = -0,003 B = 0,219 r = 0,991 Persamaan Kurva Baku: Y = B X + A Y = 0,229 X – 0,028 Persamaan Kurva Baku: Y = B X + A Y = 0,217 X + 0,014 Persamaan Kurva Baku: Y = B X + A Y = 0,219 X – 0,003 Berdasarkan data tersebut, diperoleh tiga buah persamaan kurva baku dari masing-masing replikasi. Dari ketiga persamaan kurva baku yang diperoleh tersebut dipilih persamaan kurva baku yang paling linier. Linieritas menyatakan hubungan korelasi antara kadar hidrokuinon dengan serapan yang dihasilkan. Linieritas dinyatakan sebagai koefisien korelasi r. Secara statistika, nilai r dapat dikatakan baik apabila sudah lebih besar daripada nilai r tabel dengan taraf kepercayaan dan derajat bebas tertentu. Dengan taraf kepercayaan 99 dan derajat bebas 3, maka r tabel adalah sebesar 0,959. Ketiga persamaan kurva baku di atas sudah memberikan hubungan korelasi yang baik antara kadar dan serapan sebab nilai r-nya lebih besar daripada r tabel . Persamaan kurva baku yang dipilih untuk digunakan adalah persamaan kurva baku replikasi kedua, yaitu Y = 0,217 X + 0,014 dengan nilai r = 0,999. Pemilihan ini dikarenakan nilai r dari persamaan kurva baku kedua ini paling baik dibanding yang lainnya, yaitu nilai r 2 0,997, sehingga diharapkan dapat memberikan hubungan korelasi yang baik pula antara kadar hidrokuinon dan serapan yang diperoleh. Dengan semakin meningkatnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kadar hidrokuinon dalam larutan, maka serapannya juga akan meningkat secara proporsional sebab hubungan korelasi yang terjadi adalah linier. Hubungan korelasi antara kadar hidrokuinon dan serapan yang diperoleh dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 9. Kurva baku hidrokuinon replikasi kedua

B. Penentuan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Simulasi 1. Pembuatan krim simulasi