Validasi metode spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi fenantrolina pada penetapan kadar hidrokuinon dalam krim simulasi.

(1)

ix INTISARI

Hidrokuinon merupakan suatu bleaching agent yang digunakan secara luas pada produk kosmetika maupun obat dan biasanya berupa bentuk sediaan krim pemutih. Penggunaan hidrokuinon harus dibatasi kadarnya sebab penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Untuk penjaminan mutu produk dan menjaga keamanan konsumen, perlu adanya suatu analisis dengan suatu metode yang valid dan terpercaya, sehingga kandungan hidrokuinonnya dapat diketahui dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Hidrokuinon ditetapkan kadarnya dengan mengadaptasi metode spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi o-fenantrolina pada penetapan kadar besi (III). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas metode analisis yang digunakan melalui penentuan parameter validitas yang meliputi: akurasi, presisi, spesifisitas, linieritas, dan rentang.

Penelitian ini bersifat non-eksperimental deskriptif. Hidrokuinon dalam krim diisolasi terlebih dahulu menggunakan campuran air-metanol (1:1 v/v). Kadar hidrokuinon ditentukan dari senyawa kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+ yang

dihasilkan berdasarkan reaksi antara besi (II) dan o-fenantrolina. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang daerah visibel.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode spektrofotometri visibel dengan pereaksi o-fenantrolina pada penetapan kadar hidrokuinon dalam krim simulasi telah memenuhi persyaratan validitas metode analisis, yaitu memiliki akurasi, presisi, spesifisitas, dan linearitas yang baik dengan rentang kadar hidrokuinon antara 1,5 ppm hingga 3,5 ppm.

Kata kunci : Hidrokuinon, krim, o-fenantrolina, spektrofotometri visibel, validitas metode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

x ABSTRACT

Hydroquinone is a bleaching agent that applied widely at cosmetics product and also drug and usually is in bleaching cream dosage form. Usage of hydroquinone must be limited because abundant usage can cause undesirable side effects. For guarantee quality of product and takes care of consumer security and safety, existence of an analysis with a trustworthy and valid method is needed, so that the hydroquinone content is knowable and the result can be guaranteed. Hydroquinone amount was analyzed by adaptation of visible spectrophotometry method with o-phenanthroline in iron (III) assay. Purpose of this research was to know analytical method validity applied through determination of covering validity parameter: accuration, precision, specificity, linierity, and range.

This research haves the character of non-experimental descriptive. Hydroquinone in cream was isolated beforehand applies mixture methanol-water (1:1v/v). The amount of hydroquinone was determined from complex compound [( C12H8N2)3Fe]2+ that yielded based on reaction of between irons (II) and

o-phenanthroline. Measurement was done at visible wavelength area.

Result obtained indicates that hydroquinone assay method in simulation cream in visible spectrophotometry with o-phenanthroline has fulfilled clauses of analytical method validity, that is having good accuration, precision, specificity, and linearity with the range of hydroquinone amount from 1,5 ppm until 3,5 ppm.

Keywords: Hydroquinone, cream, o-phenanthroline, visible spectrophotometry, method validity

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL

MENGGUNAKAN PEREAKSI o-FENANTROLINA PADA PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM SIMULASI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Leo Christi Agustoo NIM : 048114041

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image m ay hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. I f the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

ii

VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL

MENGGUNAKAN PEREAKSI o-FENANTROLINA PADA PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM SIMULASI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Leo Christi Agustoo NIM : 048114041

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image m ay hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. I f the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

K arya ini kupersembahkan kepada :

Y E S U S K RIS T U S

Papa, M ama, M ami, H ani, T heo, S anak S audara,

T eman teman dan A lmamaterku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Leo Christi Agustoo

Nomor Mahasiswa : 048114041

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

“Validasi Metode Spektrofotometri Visibel menggunakan Pereaksi o-Fenantrolina pada Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Simulasi”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 28 Juli 2008

Yang menyatakan

(Leo Christi Agustoo)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(9)

vi PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Validasi Metode Spektrofotometri Visibel Menggunakan Pereaksi o-Fenantrolina Pada Penetapan Kadar Hidrokuinon Dalam Krim Simulasi” ini tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis berhasil menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan dan dukungan baik berupa materiil, moral maupun spiritual dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan kesabarannya membimbing, memberi saran dan kritik sejak penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

3. Drs. Sulasmono, Apt. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, saran dan kritik yang membangun selama penelitian.

4. Lucia Wiwid W., M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, saran dan kritik yang membangun selama penelitian.

5. Papa dan Mama serta Theo atas segala kasih sayang, dukungan, perhatian, nasehat dan doa yang senantiasa menyertai penulis.

6. Ombi , Uwak, Wakgiok,Yaya, dan Wakcak serta saudara – saudara yang lain atas segala kasih sayang, dukungan, perhatian, nasehat dan doa yang senantiasa menyertai penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(10)

vii

7. Mami dan yang tercinta Hani atas segala kasih sayang, dukungan, perhatian, nasehat dan doa yang senantiasa menyertai penulis.

8. Bob, Elvan, Edvan, Bodong, Adit, Lian, Shinta, Fajar, Boris, Coco, dan Febri yang selama ini telah membantu, menemani, mendukung dan menyemangati penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

9. Segenap staf laboran yang telah memberikan masukan, bantuan, kebersamaan dan kerjasamanya selama penelitian.

10. Teman-teman di fakultas farmasi khususnya angkatan 2004 atas persahabatan dan kekompakan selama kuliah.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini masih memiliki kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi orang lain yang membutuhkan.

Yogyakarta, 08 Juni 2008 Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(11)

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(12)

ix INTISARI

Hidrokuinon merupakan suatu bleaching agent yang digunakan secara luas pada produk kosmetika maupun obat dan biasanya berupa bentuk sediaan krim pemutih. Penggunaan hidrokuinon harus dibatasi kadarnya sebab penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Untuk penjaminan mutu produk dan menjaga keamanan konsumen, perlu adanya suatu analisis dengan suatu metode yang valid dan terpercaya, sehingga kandungan hidrokuinonnya dapat diketahui dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Hidrokuinon ditetapkan kadarnya dengan mengadaptasi metode spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi o-fenantrolina pada penetapan kadar besi (III). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas metode analisis yang digunakan melalui penentuan parameter validitas yang meliputi: akurasi, presisi, spesifisitas, linieritas, dan rentang.

Penelitian ini bersifat non-eksperimental deskriptif. Hidrokuinon dalam krim diisolasi terlebih dahulu menggunakan campuran air-metanol (1:1 v/v). Kadar hidrokuinon ditentukan dari senyawa kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+ yang

dihasilkan berdasarkan reaksi antara besi (II) dan o-fenantrolina. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang daerah visibel.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode spektrofotometri visibel dengan pereaksi o-fenantrolina pada penetapan kadar hidrokuinon dalam krim simulasi telah memenuhi persyaratan validitas metode analisis, yaitu memiliki akurasi, presisi, spesifisitas, dan linearitas yang baik dengan rentang kadar hidrokuinon antara 1,5 ppm hingga 3,5 ppm.

Kata kunci : Hidrokuinon, krim, o-fenantrolina, spektrofotometri visibel, validitas metode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(13)

x ABSTRACT

Hydroquinone is a bleaching agent that applied widely at cosmetics product and also drug and usually is in bleaching cream dosage form. Usage of hydroquinone must be limited because abundant usage can cause undesirable side effects. For guarantee quality of product and takes care of consumer security and safety, existence of an analysis with a trustworthy and valid method is needed, so that the hydroquinone content is knowable and the result can be guaranteed. Hydroquinone amount was analyzed by adaptation of visible spectrophotometry method with o-phenanthroline in iron (III) assay. Purpose of this research was to know analytical method validity applied through determination of covering validity parameter: accuration, precision, specificity, linierity, and range.

This research haves the character of non-experimental descriptive. Hydroquinone in cream was isolated beforehand applies mixture methanol-water (1:1v/v). The amount of hydroquinone was determined from complex compound [( C12H8N2)3Fe]2+ that yielded based on reaction of between irons (II) and

o-phenanthroline. Measurement was done at visible wavelength area.

Result obtained indicates that hydroquinone assay method in simulation cream in visible spectrophotometry with o-phenanthroline has fulfilled clauses of analytical method validity, that is having good accuration, precision, specificity, and linearity with the range of hydroquinone amount from 1,5 ppm until 3,5 ppm.

Keywords: Hydroquinone, cream, o-phenanthroline, visible spectrophotometry, method validity

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(14)

xi DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 2

2. Keaslian penelitian ... 2

3. Manfaat penelitian ... 3

B. Tujuan Penelitian ... 3

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 4

A. Krim ... 4

B. Hidrokuinon ... 6

1. Struktur dan sifat hidrokuinon ... 6

2. Penggunaan dan mekanisme kerja hidrokuinon ... 7

3. Efek samping hidrokuinon ... 7

C. Senyawa Kompleks ... 8

D. Spektrofotometri Visibel ... 10

1. Deskripsi umum ... 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(15)

xii

2. Interaksi elektron dengan radiasi elektromagnetik (REM) ... 10

3. Analisis kuantitatif dengan spektrofotometri visibel ... 13

E. Validitas Metode Analisis ... 15

1. Akurasi ... 16

2. Presisi ... 16

3. Linieritas dan rentang ... 17

4. Spesifisitas ... 17

5. LOD (limit of detection) dan LOQ (limit of quantitation) ... 18

F. Keterangan Empiris ... 19

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 20

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 20

B. Definisi Operasional ... 20

C. Bahan – bahan Penelitian ... 20

D. Alat – alat Penelitian ... 21

E. Tata Cara Penelitian... 21

1. Pembuatan larutan... 21

2. Optimasi metode ... 22

3. Penetapan kadar hidrokuinon dalam krim simulasi ... 23

F. Analisis Hasil ... 25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Optimasi Metode ... 27

1. Penentuanoperating time (OT) ... 29

2. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum ( max) .... 31

3. Pembuatan kurva baku ... 33

B. Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Simulasi ... 35

1. Pembuatan krim simulasi ... 35

2. Preparasi krim simulasi ... 38

3. Penetapan kadar hidrokuinon ... 39

C. Parameter Validitas Metode Analisis ... 40

1. Akurasi ... 40

2. Presisi ... 41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(16)

xiii

3. Linieritas ... 41

4. Spesifisitas ... 42

5. LOD (limit of detection) dan LOQ (limit of quantitation) ... 43

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN ... 48

BIOGRAFI PENULIS ... 56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kriteria rentangrecovery yang dapat diterima ... 16

Tabel II. Kriteria KV yang dapat diterima ... 17

Tabel III. Parameter analisis yang harus dipenuhi untuk syarat validasi metode ... 19

Tabel IV. Data replikasi seri baku hidrokuinon ... 34

Tabel V. Data serapan dan kadar hidrokuinon dalam sampel ... 40

Tabel VI. Hasilrecovery dari enam replikasi sampel ... 40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur hidrokuinon ... 6

Gambar 2. Reaksi oksidasi hidrokuinon ... 6

Gambar 3. Reaksi pembentukan senyawa kompleks besi(II) dan o-fenantrolina ... 9

Gambar 4. Tingkat energi elektronik molekul ... 11

Gambar 5. Reaksi redoks antara ion besi (III) dan hidrokuinon ... 27

Gambar 6. Reaksi pembentukan senyawa kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+ ... 28

Gambar 7. Spektraoperating timedari kadar tengah seri baku hidrokuinon ... 30

Gambar 8. Spektra panjang gelombang serapan maksimum ( max) tiga seri kadar larutan baku hidrokuinon ... 32

Gambar 9. Kurva baku hidrokuinon ... 35

Gambar 10. Spektra serapan kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+dari larutan sampel (a) dan baku (b) ... 42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel hasil penimbangan baku hidrokuinon dan perhitungan

kadar larutan baku hidrokuinon ... 48

Lampiran 2. Tabel perhitungan kadar seri larutan baku hidrokuinon dan serapan seri larutan baku hidrokuinon ... 49

Lampiran 3. Tabel penimbangan sampel krim simulasi dan perhitungan kadar terhitung hidrokuinon dalam sampel ... 50

Lampiran 4. Tabel serapan sampel dan perhitungan kadar terukur hidrokuinon dalam sampel ... 51

Lampiran 5. Tabelrecovery dan perhitunganrecovery ... 52

Lampiran 6. Tabel KV (koefisien variasi) dan perhitungan KV ... 53

Lampiran 7. Perhitungan LOD dan LOQ ... 54

Lampiran 8. Foto larutan sampel dan blanko ... 55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(20)

1 BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Hidrokuinon merupakan suatu agen pemucat warna kulit atau yang lebih

populer dikenal sebagai bleaching agent. Penggunaan hidrokuinon sebagai

bleaching agent tersebar luas baik dalam produk kosmetika maupun obat. Pada

umumnya, sediaan yang sering dijumpai adalah dalam bentuk sediaan krim

pemutih. Hal ini dikarenakan sediaan krim memiliki beberapa keunggulan jika

dibandingkan dengan sediaan lain seperti salep, yaitu: umumnya mudah menyebar

rata di permukaan kulit, lebih tidak berminyak, dan tidak meninggalkan lapisan

film yang basah (Ansel, 2005). Dalam produk kosmetika, hidrokuinon dijual

secara bebas di pasaran dengan persyaratan kadar tertentu, yaitu 2 % b/b

(Anonim, 2007). Dalam produk obat, hidrokuinon dijual berdasarkan resep dan

dengan pengawasan dari dokter sebab kadar hidrokuinon yang digunakan

umumnya lebih besar dibandingkan pada produk kosmetika.

Penggunaan hidrokuinon ini harus dibatasi kadarnya sebab penggunaan

yang berlebihan dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti

iritasi kulit ringan, kulit memerah, panas, dan gatal hingga mengakibatkan

oochronosis terhadap orang berkulit gelap (Anonim, 2006). Untuk penjaminan

mutu terhadap produk yang mengandung hidrokuinon dan menjaga keamanan

konsumen perlu dilakukan suatu analisis untuk dapat mengetahui kadar

hidrokuinon dalam produk kosmetika maupun obat. Metode analisis yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(21)

2

digunakan harus valid dan terpercaya, sehingga hasil yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan.

Hidrokuinon ditetapkan kadarnya dengan mengadopsi metode

spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi o-fenantrolina pada penetapan kadar besi (III). Hidrokuinon merupakan suatu agen pereduksi yang dapat

mereduksi besi (III) menjadi besi (II). Besi (II) yang dihasilkan dari reaksi

hidrokuinon dengan besi (III) ini dapat direaksikan dengan pereaksio-fenantrolina membentuk senyawa kompleks berwarna merah-oranye. Senyawa kompleks ini

dapat diukur serapannya pada panjang gelombang daerah visibel (Harris,

D.C.,1999). Agar metode ini dapat dinyatakan valid dan terpercaya serta hasilnya

nanti dapat dipertanggungjawabkan maka perlu dilakukan validasi metode.

Metode ini dapat dikatakan memiliki validitas yang baik apabila sudah memenuhi

persyaratan seperti akurasi, presisi, dan linieritas serta memiliki spesifisitas yang

baik.

1. Permasalahan

Apakah metode spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi

o-fenantrolina pada penetapan kadar hidrokuinon dalam krim simulasi telah

memenuhi persyaratan validitas seperti: akurasi, presisi, dan linieritas, serta

memiliki spesifisitas yang baik?

2. Keaslian penelitian

Sepengetahuan peneliti, penelitian tentang validasi metode

spektrofometri visibel dengan pereaksi o-fenantrolina pada penetapan kadar

hidrokuinon dalam krim simulasi belum pernah dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(22)

3

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

informasi kefarmasian tentang penggunaan metode spektrofotometri visibel

dengan pereaksi o-fenantrolina pada penetapan kadar hidrokuinon dalam produk

krim pemutih.

b. Manfaat metodologis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi validitas dari metode spektrofotometri visibel

menggunakan pereaksi o-fenantrolina pada penetapan kadar hidrokuinon dalam

produk krim pemutih.

c. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan metode

alternatif untuk menetapkan kadar hidrokuinon dalam produk krim pemutih yang

beredar di pasaran, sehingga kadar hidrokuinon dapat diketahui dengan pasti

apakah telah memenuhi persyaratan yang berlaku atau belum. Dengan begitu

dapat melindungi keamanan dan kenyamanan konsumennya.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode

spektrofotometri visibel menggunakan pereaksi o-fenantrolina pada penetapan

kadar hidrokuinon dalam krim simulasi telah memenuhi persyaratan validitas

seperti: akurasi, presisi, dan linieritas, serta memiliki spesifisitas yang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(23)

4 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau

lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan dapat

diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim

lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Anonim, 1995). Krim

biasanya digunakan sebagai emollient atau pemakaian obat pada kulit (Ansel,

2005). Krim pemutih merupakan campuran bahan kimia yang bertujuan untuk

memucatkan noda hitam (cokelat) pada kulit. Dalam jangka waktu lama, krim

tersebut dapat menghilangkan atau mengurangi hiperpigmentasi pada kulit.

Namun, penggunaan yang terus – menerus justru akan menimbulkan pigmentasi

dengan efek permanen (Anonim, 2006b).

Krim pemutih yang mengandung zat aktif hidrokuinon dapat berubah

warna dari putih menjadi coklat setelah 3-4 bulan. Krim hidrokuinon merupakan

produk yang baik dalam mengatasi melasma dengan atau tanpa bahan kimia untuk

pengelupasan kulit (Maibach, I.H.,2000). Menurut Keputusan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.00.05.4.1745 Bab II

Pasal 3, krim pemutih dengan kandungan hidrokuinon termasuk kosmetika

golongan Ic yaitu kosmetika yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar

dan penandaan seperti termuat pada lampiran I no 47 (Anonim, 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(24)

5

Formulasi krim yang merupakan suatu sistem emulsi terdiri dari tiga

komponen penyusun utama, yaitu air, minyak, dan zat pengemulsi (Senzel, A.J.,

1977). Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa

surfaktan – surfaktan anionik, kationik, dan nonionik (Anief, Moh., 2005).

Surfaktan anionik berupa sabun alkali, sabun logam, sabun amin, dan alkilsulfat.

Surfaktan kationik berupa amonium kuarterner (setrimid), alkoniumbromida,

benzalkoniumbromida, dan setilpiridiniumklorida. Surfaktan nonionik meliputi

alkohol lemak tinggi (setil alkohol), ester sorbitan (span), dan ester

polioksietilensorbitan/polisorbat (tween) (Voigt, R., 1994).

Surfaktan berperan besar dalam formulasi krim, yaitu untuk

menggabungkan antara fase minyak dan air. Untuk dapat menganalisis kandungan

masing – masing komponen penyusun krim perlu dilakukan suatu pemisahan

antara fase minyak dan air sehingga komponen yang hendak dianalisis dapat

diisolasi dan pada waktu pengukuran tidak dipengaruhi oleh faktor dari komponen

lain. Proses pemisahan komponen krim ini bergantung pada sifat dan karakteristik

dari surfaktan yang digunakan. Krim yang dibuat dari surfaktan anionik dapat

dipisahkan komponennya dengan penambahan suatu asam kuat. Asam kuat ini

akan mengganggu kerja dari surfaktan anionik, sehingga dapat terjadi pemisahan

fase minyak dan air. Sedangkan untuk krim yang dibuat dari surfaktan kationik,

proses pemisahannya dapat dilakukan dengan penambahan suatu basa. Namun,

untuk krim yang dibuat dari surfaktan nonionik, dimana tidak memiliki muatan,

proses pemisahannya dapat dilakukan dengan penambahan salah satu fase secara

berlebih dan pemanasan (Senzel, A.J., 1977).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(25)

6

B. Hidrokuinon 1. Struktur dan sifat hidrokuinon

Hidrokuinon atau 1,4-Benzenediol adalah senyawa organik aromatik

dengan tipe fenol yang mempunyai rumus kimia C6H6O2. Hidrokuinon memiliki 2

gugus hidroksi yang terikat cincin benzen pada posisi para(Wenninger,J.A.,2000).

HO OH

Gambar 1. Struktur hidrokuinon

Hidrokuinon mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari

100,5% C6H6O2 dihitung terhadap zat anhidrat. Hidrokuinon berbentuk jarum

halus, putih, mudah menjadi gelap jika terpapar cahaya dan udara (Anonim,

1995). Hidrokuinon larut dalam air (1 dalam 17 bagian air),mudah larut dalam

alkohol (1 dalam 4 bagian alkohol), dalam kloroform (1 dalam 51 bagian

kloroform), dan dalam eter (1 dalam 16,5 bagian eter) (Anonim, 1999).

Dengan adanya udara, larutan hidrokuinon akan berwarna coklat

dikarenakan proses oksidasi. Dalam suasana basa, hidrokuinon akan mengalami

oksidasi dengan cepat karena hidrokuinon merupakan agen pereduksi, maka

oksidasi terjadi secara reversibel menjadi kuinon yang ditunjukkan pada reaksi

dibawah ini (Anonim, 1996) :

OH

OH

O

O

Hidrokuinon Kuinon

OH

H2O

Gambar 2. Reaksi oksidasi hidrokuinon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(26)

7

2. Penggunaan dan mekanisme kerja hidrokuinon

Hidrokuinon digunakan sebagai agen depigmentasi untuk kulit yang

dalam kondisi hiperpigmentasi seperti melasma, bintik-bintik, dan lentigines.

Penggunaannya membutuhkan waktu beberapa minggu sebelum muncul suatu

efek, tapi depigmentasi dapat bertahan selama 2-6 bulan setelah penghentian

pemakaian. Aplikasi hidrokuinon harus dihentikan jika tidak ada peningkatan

setelah 2 bulan perawatan. Hidrokuinon harus digunakan dua hari sekali hanya

untuk melindungi kulit dari sinar matahari dan mengurangi repigmentasi

(Anonim, 1999). Selain itu, hidrokuinon juga berfungsi sebagai antioksidan, zat

pewarna rambut, dan agen pereduksi (Wenninger,J.A.,dkk., 2000).

Hidrokuinon sendiri merupakan zat aktif yang paling banyak digunakan

dalam sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari

hidrokuinon yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan

reaksi oksidasi enzimatik dari tirosin ke 3,4-dihidroksifenilalanin (Wilkinson,

J.B., 1982). Enzim tirosinase ini merupakan enzim utama dalam pembentukan

melanin, sehingga jika kerjanya dihambat maka jumlah pigmen melanin pemberi

warna kulitpun menjadi berkurang dan kulit dapat tampak lebih putih. Selain itu,

hidrokuinon juga mampu mengelupas kulit bagian luar, sehingga akan tampak

lapisan kulit di dalamnya yang lebih putih (Anonim, 2006b).

3. Efek samping hidrokuinon

Penggunaan hidrokuinon lebih dari 2% b/b termasuk golongan obat keras

yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter sebab dapat mengakibatkan

iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat menyebabkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(27)

8

kelainan pada ginjal (nephropathy), kanker darah (leukemia) dan kanker sel hati

(hepatocelluler adenoma) (Anonim, 2007). Selain itu, penggunaan hidrokuinon

yang berlebihan juga dapat menyebabkanoochronosis (kulit berbintil seperti pasir

dan berwarna coklat kebiruan, serta terasa gatal dan seperti terbakar) terhadap

orang yang berkulit gelap (Anonim, 2006b).

C. Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks adalah senyawa yang dibentuk oleh reaksi antara

suatu ion logam (kation) dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam dalam

kompleks itu disebut atom pusat, dan gugus yang terikat pada atom pusat disebut

ligan. Banyaknya ikatan yang dibentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan

koordinasi logam itu (Day and Underwood, 1996).

Reaksi pembentukan suatu senyawa kompleks dianggap sebagai suatu

reaksi asam-basa Lewis dengan ligan bertindak sebagai basa, dengan

menyumbangkan sepasang elektronnya kepada kation, yang merupakan asamnya.

Ikatan yang terbentuk antara atom logam pusat dan ligan sering bersifat kovalen,

namun dalam beberapa kasus antaraksi itu dapat berupa tarik-menarik Coulomb

(Day and Underwood, 1996).

Salah satu contoh senyawa kompleks adalah senyawa kompleks besi (II)

dengan o-fenantrolina. Menurut Bassett, Denney, Jeffery, dan Mendham, besi (II)

dapat ditetapkan kadarnya menggunakan pereaksi o-fenantrolina. Besi (II)

bereaksi dengan o-fenantrolina membentuk kompleks merah-jingga

[(C12H8N2)3Fe]2+ dalam larutan sedikit asam. Besi (III) tidak bereaksi membentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(28)

9

kompleks dengan o-fenantrolina (Anonim, 2001). Dalam analisis ini, perlu

ditambahkan suatu agen pereduksi seperti hidrokuinon sebab besi (II) dapat

mudah tereduksi menjadi besi (III) dengan adanya suatu asam dan air (Anonim,

2001). Menurut Daniel, pH dijaga agar mendekati nilai 3,5 agar kompleks yang

dihasilkan dapat optimal dan stabil. Namun demikian intensitas dari larutan

senyawa kompleks tersebut tidak bergantung pada pH 2-9.Untuk mengontrol

tingkat keasaman dari larutan dan menjaga pH dapat ditambahkan larutan natrium

asetat (Anonim, 2008).

Reaksi pembentukan senyawa kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+ adalah sebagai

berikut (Harris, D.C., 1999) :

2Fe3+ HO OH 2Fe2+ O O 2H+

Kuinon Hidrokuinon

Fe2+

N N

3

N N

Fe2+

o-phenanthroline

lambda max = 508nm

Gambar 3. Reaksi pembentukan senyawa kompleks besi(II) dan o-fenantrolina

Daya serap molar dari kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+ adalah 11.100

L/mol-cm pada panjang gelombang serapan maksimum, max= 508nm. Nilai yang sangat

besar ini menandakan bahwa kompleks menyerap sangat kuat. Kompleks ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(29)

10

sangat stabil dan intensitas warnanya tidak berubah dalam waktu yang lama

(Anonim, 2005).

D. Spektrofotometri Visibel 1. Deskripsi umum

Spektrofotometri visibel adalah anggota teknik analisis spektroskopik

yang memakai sumber radiasi elektromagnetik sinar tampak (380-780 nm) dengan

memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).

Spektrofotometri visibel termasuk dalam spektrofotometri serapan yang

melakukan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik (REM) dan

molekul atau atom dari suatu zat kimia. Pada awalnya, pengukuran

spektrofotometri pada daerah visibel disebut kolorimetri tetapi istilah

“kolorimetri” lebih tepat digunakan untuk persepsi tentang warna (Anonim,

1995).

2. Interaksi elektron dengan radiasi elektromagnetik (REM)

Dalam metode spektrofotometeri, larutan sampel akan mengabsorpsi

REM dengan energi yang sesuai dan jumlah yang diserap tersebut berhubungan

dengan konsentrasi dari analit dalam larutan. Suatu molekul mengabsorpsi photon

dengan energi yang sesuai untuk menjalani suatu transisi (Christian, G.D., 2004).

Jenis – jenis absorpsi yang dapat terjadi antara lain:

a. Absorpsi yang melibatkan transisi elektron , , dan n. Ada tiga macam

distribusi elektron di dalam suatu senyawa organik secara umum yang

selanjutnya dikenal sebagai orbital elektron pi ( ), sigma ( ), dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(30)

11

elektron tidak berpasangan (n). Apabila pada suatu molekul dikenakan

radiasi elektromagnetik maka akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat

energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai elektron anti-bonding

(Mulja dan Suharman, 1995).

Gambar 4. Tingkat energi elektronik molekul

MenurutSkoog et al, macam-macam transisi yang mungkin terjadi antara

lain :

1) Transisi *. Dibutuhkan energi yang besar untuk menginduksi

terjadinya transisi * dan terjadi pada daerah ultraviolet jauh ( <

180 nm) yang diberikan oleh ikatan tunggal kovalen dan menduduki

orbital , sebagai contoh pada alkana yang memiliki ikatan

karbon-karbon dan karbon-karbon-hidrogen (Skoog et al., 1994).

2) Transisi n *. Senyawa – senyawa jenuh yang mengandung atom

dengan pasangan elektron bebas, seperti oksigen, nitrogen, belerang,

atau halogen mampu melakukan transisi n *. Secara umum,

energi transisi yang dibutuhkan lebih kecil daripada transisi *

dan memiliki panjang gelombang antara 150-250 nm (Skoog et al.,

1998).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(31)

12

3) Transisi n *. Transisi dari jenis ini meliputi transisi elektron –

elektron heteroatom tak berikatan ke orbital anti ikatan *. Serapan

ini terjadi pada panjang gelombang yang panjang dan intensitas

rendah. Transisi n * menunjukkan pergeseran batoromik, yaitu

pergeseran serapan menuju panjang gelombang yang lebih panjang

(Skoog et al., 1998).

4) Transisi *. Transisi ini diberikan oleh ikatan rangkap dua dan

tiga dari senyawa organik, yaitu dapat berupa alkena dan alkuna

yang lebih mudah untuk tereksitasi dengan adanya radiasi

elektromagnetik. Transisi ini juga yang paling mudah terbaca dan

bertanggung jawab terhadap spektra elektronik pada panjang

gelombang antara 200-700 nm. Dengan adanya konjugasi antara dua

atau lebih kromofor maka dapat menggeser panjang gelombang

serapan maksimum pada panjang gelombang yang lebih panjang

(Skoog et al.,1998).

b. Absorpsi yang melibatkan transisi elektron d dan f. Transisi ini

kebanyakan terjadi pada logam transisi. Untuk golongan lanthanide dan

actinide proses absorbsi dihasilkan oleh transisi elektronik dari elektron

4f dan 5f. Untuk logam transisi seri pertama dan kedua, transisi

elektronik dari elektron 3d dan 4d yang bertanggung jawab terhadap

proses absorpsinya. Logam transisi memiliki orbital d yang masih kosong

sebagian (3d dan 4d) yang masing – masing dapat mengakomodasi

sepasang elektron dan berikatan dengan suatu ligan membentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(32)

13

kompleks serta menghasilkan spektra tertentu. Berikut ini merupakan

urutan ligan berdasarkan kekuatan medan yang ditimbulkannya I- < Br- <

Cl- < F- < OH- < C2O42- ~ H2O < SCN- < NH3 < etilendiamina <

o-fenantrolina < NO2- < CN-. Semakin besar kekuatan medannya maka

panjang gelombang serapan maksimumnya menurun sebab energinya

meningkat (Skooget al,1998).

c. Absorpsi yang melibatkan charge transfer. Absorpsi tipe ini sangat

penting dalam suatu analisis, karena mempunyai daya serap molar yang

sangat besar ( max > 10.000). Oleh karena itu, kompleks ini mempunyai

sensitifitas yang tinggi. Kompleks – kompleks anorganik yang

melakukan absorpsi dengan charge transfer biasanya disebut kompleks

charge transfer. Contoh dari kompleks ini antara lain adalah kompleks

tiosianat dan fenol dengan besi (III), kompleks o-fenantrolina dengan

besi (II), kompleks heksasianoferat(II) / heksasianoferat (III) yang

bertanggung jawab atas warna Prussian blue (Skoog et al, 1998). Pada

umumnya kompleks charge transfer yang melibatkan suatu ion logam,

logam bertindak sebagai penerima elektron (acceptor) dan ligan sebagai

donor elektron terkecuali untuk kompleks besi(II) dengan o-fenantrolina

dimana ligannya merupakan penerima elektron sedangkan ion logam

berperan sebagai donor elektron (Skooget al,1998).

3. Analisis kuantitatif dengan spektrofotometri visibel

Besarnya radiasi elektromagnetik (monokromatik) yang dapat diserap

oleh kromofor dapat digambarkan dengan dua hukum klasik, yaitu hukum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(33)

14

Lambert dan Beer. Hukum Lambert menyatakan bahwa bila cahaya

monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas

oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Hukum

Beer menyatakan bahwa intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara

eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier (Bassett

et al, 1994).

Analisis dengan spektrofotometri UV-Vis selalu melibatkan pembacaan

serapan radiasi elektromagnetik oleh molekul atau radiasi elektromagnetik yang

diteruskan. Keduanya dikenal sebagai serapan (A) tanpa satuan dan transmitan

dengan satuan persen (%T) (Mulja dan Suharman, 1995).

Bouger, Lambert dan Beer membuat formula secara matematik hubungan

antara transmitan atau serapan terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat

yang dianalisis dan tebal kuvet yang mengabsorpsi sebagai :

= = 10 . .

= 1 = . .

dimana: T = persen transmitan; Io= intensitas radiasi yang datang; It = intensitas

radiasi yang diteruskan; ε = daya serap molar (Lt.mol-1 cm-1); c = konsentrasi (mol Lt-1); b = tebal kuvet (cm); dan A = serapan (Mulja dan Suharman, 1995).

Menurut Farmakope Indonesia edisi ke-IV tahun 1995, hubungan antara

transmitan atau serapan terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang

dianalisis dan tebal kuvet dinyatakan sebagai :

Log10(1/T) = A = abc = bc

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(34)

15

dimana : A = serapan (logaritma dasar 10 dari kebalikan transmitan (T); a = daya

serap (hasil bagi serapan (A) dibagi dengan hasil perkalian kadar yang dinyatakan

dalam g per liter zat (c) dan panjang sel dalam cm (b); = daya serap molar (hasil

bagi serapan (A) dengan perkalian kadar zat, dinyatakan dalam mol per liter, dan

panjang serapan dalam cm. Serapan jenis yang diberi simbol A (1 %, 1 cm) adalah

serapan dari larutan 1 % zat terlarut dalam sel dengan ketebalan 1 cm. Harga

serapan jenis pada panjang gelombang tertentu dalam suatu pelarut merupakan

sifat dari zat terlarut.

Untuk pembacaan serapan (A) atau transmitan (T) pada daerah yang

terbatas, kesalahan penentuan kadar hasil analisis dinyatakan sebagai :

= 0,4343 log .

∆T adalah harga rentang skala transmitan terkecil dari alat yang masih dapat terbaca pada analisis dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Pembacaan

A(0,2-0,8) atau %T (15%-65%) akan memberikan persentase kesalahan analisis yang

dapat diterima (0,5-1%) untuk∆T = 1% (Mulja dan Suharman, 1995).

E. Validitas Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,

2004). Validasi metode analisis diartikan sebagai suatu prosedur yang digunakan

untuk membuktikan bahwa metode analisis tersebut dapat memberikan hasil

seperti yang diharapkan dengan kecermatan dan ketelitian yang memadai. Metode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(35)

16

analisis instrumen merupakan metode yang terpilih dan memadai untuk

mengantisipasi persoalan analisis yaitu sangat kecilnya kadar senyawa yang

dianalisis dan kompleksnya matriks sampel yang dianalisis (Mulja dan Suharman,

1995). Untuk itu diperlukan suatu pedoman mengenai kesahihan metode analisis

yang didukung oleh parameter – parameter dibawah ini:

1. Akurasi

Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi

dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang

ditambahkan (Harmita, 2004).

Tabel I. Kriteria rentangrecovery yang dapat diterima (Harmita, 2004) Analit pada matriks

sampel (%) Rentangrecovery yang diperoleh 100 > 10 > 1 > 0,1 0,01 0,001

0,0001 (1 ppm) 0,00001 (100 ppb) 0,000001 (10 ppb) 0,0000001 (1 ppb)

98-102 % 98-102 % 97-103 % 95-105 % 90-107 % 90-107 % 80-110 % 80-110 % 60-115 % 40-120 % 2. Presisi

Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil

individual dari rata – rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel

– sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004). Presisi

biasanya dinyatakan dalam koefisien variasi (KV). Suatu metode dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(36)

17

dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila memiliki KV < 2 % tetapi

kriteria ini fleksibel tergantung dari kondisi analit yang diperiksa, jumlah

sampel dan kondisi laboratorium. Berikut ketentuan nilai KV yang dapat

diterima (Harmita, 2004) :

Tabel II. Kriteria KV yang dapat diterima Kadar Analit KV (%)

1 % 0,1 % 1 ppm 1 ppb

2,5 5 16 32

3. Linieritas dan rentang

Linieritas merupakan kemampuan suatu metode (pada rentang

tertentu) untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional

dengan konsentrasi (jumlah) analit di dalam sampel. Rentang adalah jarak

antara level terbawah dan teratas dari metode analisis yang telah dipakai untuk

mendapatkan presisi, linieritas dan akurasi yang bisa diterima (Anonim, 2007).

Persyaratan data linearitas yang bisa diterima jika memenuhi nilai koefisien

korelasi (r) > 0,99 atau r2 0,997 (Anonim, 2004; Chan et al, 2004)

4. Spesifisitas

Spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya

mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya

komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas metode

ditentukan dengan membandingkan hasil analisis sampel yang mengandung

cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau pembawa

plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi.

Penyimpangan hasil merupakan selisih dari hasil uji keduanya (Harmita, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(37)

18

5. LOD (limit of detection) dan LOQ (limit of quantitation)

LOD adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi

dan masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. LOQ

merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi

kriteria akurasi dan presisi. LOD dan LOQ dapat dihitung secara statistik

melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama

dengan nilai b pada persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan

baku blanko sama dengan simpangan baku residual (Sy/x), sehingga LOD dan

LOQ dapat dihitung menggunakan rumus: LOD = 3 / dan LOQ = 10 /

(Harmita, 2004).

MenurutThe United States Pharmacopeia30The National Formulary 25

tahun 2007, metode/prosedur analisis dapat dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu:

a. Kategori I

Mencakup prosedur analisis kuantitatif, untuk menetapkan kadar

komponen utama bahan obat atau zat aktif dalam sediaan farmasi.

b. Kategori II

Mencakup prosedur analisis kualitatif dan kuantitatif yang digunakan

untuk menganalisis impurities ataupun degradation compounds dalam sediaan

farmasi.

c. Kategori III

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(38)

19

Mencakup prosedur analisis yang digunakan untuk menentukan

karakteristik penampilan suatu sediaan farmasi, misalnya disolusi dan pelepasan

obat.

d. Kategori IV (tes identifikasi)

Tabel III. Parameter analisis yang harus dipenuhi untuk syarat validasi metode (Anonim, 2007)

Parameter analisis

Kategori I Kategori II Kategori III Kategori IV Kuantitatif BatasTes Akurasi Presisi Spesifisitas LOD LOQ Linieritas Range Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya * Tidak Ya Ya Tidak Tidak * * Ya * * * * * Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak * = Mungkin diperlukan (tergantung sifat spesifik tes)

F. Keterangan Empiris

Hidrokuinon merupakanbleaching agent yang bersifat sebagai reduktor

dimana dapat mereduksi besi (III) menjadi besi (II). Jumlah hidrokuinon yang

ditambahkan sebanding dengan jumlah besi (II) yang dihasilkan. Kemudian besi

(II) dapat direaksikan dengan o-fenantrolina membentuk senyawa berwarna

merah-jingga yang dapat dianalisis secara spektrofotometri visibel. Oleh karena

itu, metode spektrofotometri visibel dengan pereaksi o-fenantrolina dapat

digunakan untuk menetapkan kadar hidrokuinon dalam krim pemutih.

Validitas dari metode dapat diketahui dari akurasi, presisi, dan linearitas.

Suatu metode dikatakan valid apabila telah memenuhi syarat akurasi dengan

rentang recovery antara 97-103%; syarat untuk presisi dengan nilai KV < 2,5 %;

dan syarat untuk linieritas dengan nilai r > 0,99 atau r2 0,997.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(39)

20 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non-eksperimental deskriptif

sebab pada penelitian ini tidak terdapat manipulasi dan perlakuan terhadap objek

penelitian yang digunakan.

B. Definisi Operasional

1. Krim yang diteliti adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung

hidrokuinon (2 %b/b) sebagai bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan

dasar yang sesuai dan diformulasi sebagai emulsi minyak dalam air serta

ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika.

2. Kadar hidrokuinon dalam sampel dinyatakan dalam satuan %b/b dan dihitung

secara spektrofotometri visibel dari serapan kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+.

3. Parameter validitas metode analisis yang digunakan adalah akurasi, presisi,

linieritas dan rentang, spesifisitas serta LOD dan LOQ.

C. Bahan-bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hidrokuinon

p.a. (E.Merck), FeCl3.6H2O p.a. (E.Merck), HCl p.a. (E.Merck), natrium asetat

p.a. (E.Merck), o-fenantrolina p.a. (E.Merck), akuades, metanol p.a. (E.Merck),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(40)

21

etanol p.a. (E.Merck), setil alkohol, vaselin putih, parafin cair, tween 80, dan

gliserin.

D. Alat-alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat

spektrofotometer UV/VIS (Perkin-Elmer Lambda 20), neraca analitik (Scaltec),

mikropipet (Socorex), waterbath, penyaring Whatman, kertas saring (Schleicher &

Schuell berdiameter 50 mm), pH indikator universal, mortir dan stamper, cawan

porselen, labu ukur dan alat-alat gelas lain yang lazim digunakan dalam

laboratorium analisis.

E. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan larutan

a. Larutan baku hidrokuinon 0,01 %. Lebih kurang 0,01 g

hidrokuinon p.a. ditimbang seksama lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml

dan dilarutkan dengan akuades hingga tanda. Kemudian dari larutan tersebut

dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, encerkan

dengan akuades hingga tanda. Larutan harus selalu dibuat baru.

b. Larutan FeCl3.6H2O 0,4 mgFe/ml. Lebih kurang 0,019 g

FeCl3.6H2O p.a. ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Kemudian

ditambahkan 1-2 tetes larutan HCl encer dan encerkan dengan akuades hingga

tanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(41)

22

c. Larutan fenantrolina 0,25 %. Lebih kurang 0,0625 g

o-fenantrolina p.a. ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan

dilarutkan dengan 2,5 ml etanol p.a., lalu diencerkan dengan akuades hingga

tanda. Larutan harus disimpan dibotol gelap.

d. Larutan natrium asetat 0,25 %. Lebih kurang 0,025 g natrium

asetat p.a. ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan dilarutkan

dengan akuades hingga tanda. Larutan disimpan dalam lemari pendingin.

2. Optimasi metode

a. Penentuan Operating Time (OT). Sebanyak 0,15 ml larutan

FeCl3.6H2O 0,4 mgFe/ml ditambahkan dengan 0,25 ml larutan hidrokuinon 0,01

%. Larutan tersebut ditambahkan 1-3 tetes larutan natrium asetat 0,25 % untuk

mendapatkan pH~3,5. Kemudian ditambahkan 0,5 ml larutan o-fenantrolina 0,25

%. Larutan digojog hingga homogen. Pengukuran operating time dilakukan pada

panjang gelombang serapan maksimum teoritis, yaitu 508 nm.

b. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum ( max). Diambil

tiga buah labu ukur 10 ml, lalu pada masing – masing labu tersebut tambahkan

sebanyak 0,15 ml larutan FeCl3.6H2O 0,4 mgFe/ml dan secara berurutan

ditambahkan sebanyak 0,15 ml; 0,25 ml; dan 0,35 ml larutan hidrokuinon 0,01 %.

Setelah itu, masing-masing larutan tersebut ditambahkan dengan 1-3 tetes larutan

natrium asetat 0,25 % untuk mendapatkan pH~3,5. Kemudian tambahkan 0,5 ml

larutan o-fenantrolina 0,25 %. Larutan digojog hingga homogen dan didiamkan

selama operating time lalu ukur serapan larutan tersebut pada rentang panjang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(42)

23

gelombang antara 450-550 nm. Dari hasil pengukuran ditentukan panjang

gelombang berapa yang memberikan serapan maksimum.

c. Pembuatan kurva baku. Diambil lima buah labu ukur, lalu pada

masing-masing labu tersebut ditambahkan 0,15 ml larutan FeCl3.6H2O 0,4

mgFe/ml, dan secara berurutan ditambahkan sebanyak 0,15 ml; 0,20 ml; 0,25 ml;

0,30 ml; dan 0,35 ml larutan hidrokuinon 0,1 %. Setelah itu, masing – masing

larutan ditambahkan dengan 1-3 tetes larutan natrium asetat 0,25 % untuk

mendapatkan pH~3,5. Kemudian ditambahkan 0,5 ml larutan o-fenantrolina 0,25

% pada masing-masing labu. Larutan digojog hingga homogen dan didiamkan

selama operating time lalu diukur serapan larutan tersebut pada panjang

gelombang serapan maksimum yang diperoleh.

3. Penetapan kadar hidrokuinon dalam krim simulasi

a. Pembuatan krim simulasi. Dibuat krim simulasi dengan formula

sebagai berikut:

R/ Hidrokuinon 2 %

Setil alkohol 20 %

Vaselin putih 5 %

Parafin cair 7 %

Tween 80 7 %

Gliserin 7 %

Akuades 50 %.

Gliserin dan tween 80 dicampur dalam cawan porselen (i), kemudian di cawan

porselen (ii) yang lain dicampurkan juga vaselin putih dan parafin cair. Sambil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(43)

24

mencampur bahan-bahan di atas, setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan

porselen (iii) dan dilelehkan diatas waterbath. Setelah semuanya meleleh, ketiga

isi cawan porselen tersebut dicampur dalam suatu mortir hangat sambil dilakukan

pengadukan yang cepat dan kontinyu disertai penambahan akuades hangat sedikit

demi sedikit hingga terbentuk massa krim yang homogen.

b. Preparasi krim simulasi. Lebih kurang 20 mg hidrokuinon p.a.

ditimbang seksama dan dimasukkan ke dalam lebih kurang 1 g krim simulasi.

Krim dan hidrokuinon diaduk hingga rata dan dimasukkan dalam labu ukur 50 ml.

Krim yang mengandung hidrokuinon tersebut didispersikan dalam 25 ml

campuran akuades : metanol p.a. (1:1 v/v). Kemudian labu ditutup dan digojog

kuat sampai homogen. Penggojogan dilakukan selama sedikitnya 1 menit. Labu

tersebut ditaruh di atas waterbath dengan suhu 60 oC selama 30 menit untuk

meningkatkan proses ekstraksi. Setelah itu, labu didinginkan dan diencerkan

dengan campuran akuades : metanol p.a. (1:1 v/v) hingga tanda. Ekstrak yang

diperoleh disaring menggunakan kertas saring (Schleicher & Schuell

REF-NO:410214, berdiameter 50 mm dan ukuran pori sebesar 0,45 µm). Pengukuran

dilakukan dalam kurun waktu 24 jam.

c. Penetapan kadar hidrokuinon. Sebanyak 0,075 ml larutan

hidrokuinon hasil preparasi tadi diambil dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10

ml yang telah berisi 0,15 ml larutan FeCl3.6H2O 0,4 mgFe/ml. Lalu ditambahkan

beberapa tetes larutan natrium asetat 0,25 % untuk mendapatkan pH~3,5. Setelah

itu, ditambahkan 0,5 ml larutan o-fenantrolina 0,25 %. Larutan digojog hingga

homogen dan didiamkan selamaoperating time lalu lakukan pengukuran serapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(44)

25

larutan tersebut pada panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh.

Lakukan replikasi sebanyak 6 kali.

F. Analisis Hasil

Validitas dari metode yang dipakai dalam penetapan kadar hidrokuinon

secara spektrofotometri visibel dengan pereaksi o-fenantrolina dapat ditentukan

berdasarkan parameter berikut:

1. Akurasi

Akurasi metode analisis dinyatakan denganrecoveryyang dapat dihitung

dengan cara berikut:

Recover y = Kadar Terukur

Kadar Terhitung x 100%

Metode yang digunakan adalah untuk menganalisis bahan obat dengan

kadar lebih dari 1 % namun kurang dari 10 %, maka dalam penelitian ini rentang

recovery yang digunakan yaitu 97-103 % agar metode analisis yang dilakukan

dapat dikatakan memiliki akurasi yang baik.

2. Presisi

Presisis metode analisis dinyatakan dengan KV (koefisien variasi) yang

dapat dihitung dengan cara berikut:

KV= Simpangan kadar terukur

r erata kadar ter ukur x 100%

Metode ini dapat dikatakan memiliki presisi yang baik, apabila KV yang

dihasilkan harus < 2,5 %. Semakin kecil standar KV yang digunakan maka presisi

metode yang digunakan semakin baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(45)

26

3. Linieritas dan rentang

Linieritas dilihat dari harga r (koefisien korelasi) hasil pengukuran seri

baku hidrokuinon. Suatu metode dapat dikatakan memiliki linieritas yang baik

jika r > 0,99 atau r2 0,997. Rentang ditentukan dari kadar hidrokuinon yang

digunakan dalam analisis, mulai dari kadar terkecil hingga terbesar.

4. Spesifisitas

Spesifisitas ditentukan dengan membandingkan spektra serapan antara

larutan baku dan sampel. Suatu metode dapat dikatakan memiliki spesifisitas yang

baik jika diperoleh hasil spektra yang lebih kurang sama antara larutan baku dan

sampel yang dianalisis.

5. LOD (Limit of Detection) dan LOQ (Limit of Quantitation)

LOD dan LOQ dapat dihitung menggunakan rumus: LOD =3Sy/ x

b dan LOQ = 10Sy/ x

b

Dimana Sy/x merupakan simpangan baku residual yang diperoleh melalui akar

dari jumlah (Y-Y')2 dibagi (n-2), sedangkan b merupakan slope dari persaman

kurva baku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(46)

27 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Optimasi Metode

Penetapan kadar hidrokuinon pada penelitian ini dilakukan dengan

mengadaptasi metode penetapan kadar besi (III) menggunakan pereaksi

o-fenantrolina secara spektrofotometri visibel. Berdasarkan metode tersebut,

hidrokuinon yang memiliki sifat sebagai reduktor akan mereduksi besi (III)

menjadi besi (II) berdasarkan reaksi sebagai berikut:

2Fe3+ HO OH 2Fe2+ O O 2H+

Kuinon Hidrokuinon

>>>

Gambar 5. Reaksi redoks antara ion besi (III) dan hidrokuinon.

Dalam reaksi tersebut, hidrokuinon yang berfungsi sebagai reduktor akan

mengalami oksidasi menjadi kuinon, sedangkan besi (III) akan mengalami reduksi

menjadi besi (II). Besi (III) yang diperoleh dari larutan FeCl3.6H2O ini harus

ditambahkan berlebih agar semua hidrokuinon dapat habis bereaksi membentuk

kuinon. Akan tetapi, kelebihan jumlah besi (III) yang ada di dalam larutan tidak

boleh terlalu banyak sebab dapat mengganggu pada waktu pengukuran.

Pada metode ini kadar hidrokuinon ditentukan dengan mengukur serapan

dari senyawa kompleks yang dihasilkan dari reaksi antara besi (II) dan o -fenantrolina. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(47)

28

Fe2+

N N

3

N N

Fe2+

o-fenantrolina

Senyawa Kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+ 3 >>>

Gambar 6. Reaksi pembentukkan senyawa kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+.

Pada reaksi di atas, o-fenantrolina ditambahkan berlebih agar dapat mereaksikan semua besi (II) yang ada dalam larutan sehingga membentuk senyawa kompleks

[(C12H8N2)3Fe]2+. Menurut Harris, senyawa kompleks ini paling optimal dan stabil

terbentuk pada pH sekitar 3,5. Apabila pH larutan dibuat menjadi terlalu basa

dapat membuat besi menjadi mengendap; sedangkan jika terlalu asam dapat

menyebabkan besi (II) mudah teroksidasi menjadi besi (III) kembali. Peningkatan

pH larutan dari pH 1-2 menjadi 3-4 dilakukan dengan menambahkan suatu garam

bersifat basa, yaitu natrium asetat. Satu hingga tiga tetes larutan natrium asetat

dapat membuat pH larutan menjadi sekitar 3,5.

Seperti senyawa kompleks pada umumnya, senyawa kompleks

[(C12H8N2)3Fe]2+ juga terdiri dari suatu atom pusat dan ligan. Atom pusat dari

senyawa kompleks ini adalah logam besi (Fe2+), sedangkan ligannya adalah o -fenantrolina. Senyawa kompleks yang terbentuk ini dapat menyerap radiasi

elektromagnetik pada panjang gelombang daerah visibel, yaitu antara 380-780

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(48)

29

nm. Hal ini dikarenakan terjadinya charge transfer antara atom pusat dan ligan.

Ligan kaya akan elektron, yaitu memiliki atom dengan pasangan elektron bebas;

sedangkan atom pusat miskin akan elektron. Ligan dapat mendonorkan

elektronnya kepada atom pusat sehingga mengakibatkan adanya charge transfer

dan perubahan energi pada orbital d atom pusat. Pasangan elektron bebas yang

didonorkan dapat mendorong elektron tidak berpasangan yang ada pada orbital d

atom pusat menjadi berpasangan. Orbital d atom pusat mengalami splitting dan

perubahan energi yang mengakibatkan elektron pada orbital d tersebut mengalami

eksitasi dari menuju *. Dengan adanya eksitasi n * yang membutuhkan energi

yang kecil, maka dapat menggeser panjang gelombang dari senyawa kompleks

tersebut menuju ke panjang gelombang yang lebih panjang sehingga senyawa

kompleks tersebut dapat menjadi berwarna. Hal inilah yang menyebabkan

senyawa kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+dapat menyerap radiasi elektromagnetik pada

panjang gelombang daerah visibel.

Akan tetapi, Skoog et al menyatakan bahwa senyawa kompleks antara

besi (II) dan o-fenantrolina adalah suatu pengecualian, dimana besi (II) yang bertindak sebagai donor elektron sedangkan o-fenantrolina bertindak sebagai akseptor elektron. Hal ini sulit untuk dijelaskan sebab pada umumnya molekul

yang kaya elektron akan menyumbangkan elektronnya kepada molekul yang

miskin elektron bukan malah sebaliknya.

1. PenentuanOperating Time(OT)

Pada metode ini terjadi reaksi kimia pembentukan senyawa berwarna,

yaitu senyawa kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+. Suatu reaksi kimia pembentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(49)

30

senyawa berwarna belum tentu stabil. Serapannya dapat meningkat dengan

berjalannya waktu. Reaksi pembentukan senyawa berwarna dapat dikatakan sudah

optimal apabila serapan dari senyawa berwarna tersebut telah stabil. Waktu pada

saat serapan yang stabil inilah yang digunakan sebagaioperating time atau waktu

pengukuran. Penentuan operating time dilakukan dengan mengukur hubungan

antara serapan larutan dan waktu pengukuran.

Penentuan operating time dilakukan dengan mengukur salah satu kadar

dari seri baku, yaitu digunakan kadar tengah dari seri baku (2,5 ppm). Penentuan

operating time dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum teoritis

dari senyawa kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+, yakni pada panjang gelombang 508 nm

selama 30 menit. Dari pengukuran yang dilakukan diperoleh hasil spektra sebagai

berikut:

Gambar 7. Spektraoperating time dari kadar tengah seri baku hidrokuinon.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(50)

31

Berdasarkan hasil spektra tersebut dapat dilihat bahwa serapan larutan

telah stabil mulai dari menit ke-0 hingga menit ke-30. Hal ini menandakan bahwa

reaksi kimia pembentukan senyawa kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+ ini berlangsung

dengan cepat dan optimal, sehingga pada menit ke-0 sudah diperoleh hasil serapan

yang stabil. Senyawa kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+yang terbentuk juga stabil dalam

waktu yang cukup lama, yaitu selama 30 menit. Pada penelitian ini, untuk

menyamakan waktu pengukuran digunakan menit ke-10 sebagai waktu untuk

mengukur serapan dari setiap larutan, baik baku maupun sampel.

2. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum ( max)

Panjang gelombang serapan maksimum merupakan panjang gelombang

dimana serapan dari suatu senyawa yang dalam hal ini adalah senyawa

[(C12H8N2)3Fe]2+sudah mencapai maksimum. Apabila pengukuran dilakukan pada

panjang gelombang serapan maksimum, maka dengan adanya perubahan kecil

dari kadar larutan yang hendak dianalisis dapat memberikan perbedaan hasil

serapan yang besar. Dengan begitu, sensitivitas dari metode akan semakin

meningkat. Selain itu, spektra serapan disekitar panjang gelombang serapan

maksimum tersebut relatif datar sehingga pada kondisi tersebut hukum

Lambert-Beer akan terpenuhi dan jika dilakukan pengukuran ulang atau replikasi,

kemungkinan terjadinya kegagalan yang disebabkan oleh pengukuran ulang dan

faktor lain menjadi kecil (Skooget al, 1998).

Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dilakukan dengan

mengukur panjang gelombang dari seri baku hidrokuinon dengan tiga kadar yang

berbeda, yaitu kadar terkecil, tengah, dan terbesar. Pengukuran panjang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(51)

32

gelombang serapan maksimum dilakukan melalui scanning pada panjang

gelombang 450 nm hingga 550 nm. Rentang panjang gelombang ini dipilih untuk

melihat adakah pergeseran panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh

dibandingkan panjang gelombang serapan maksimum teoritis. yaitu pada panjang

gelombang 508 nm (Harris D.C.,1999). Dari pengukuran yang dilakukan,

diperoleh hasil spektra sebagai berikut:

Gambar 8. Spektra panjang gelombang serapan maksimum ( max) tiga seri

kadar larutan baku hidrokuinon (a = 1,5 ppm; b = 2,5 ppm; c = 3,5 ppm)

Berdasarkan spektra di atas, serapan maksimum dari ketiga larutan baku

hidrokuinon adalah relatif sama. Pada kadar terkecil (1,5 ppm) dan tengah (2,5

ppm) diperoleh panjang gelombang serapan maksimum sebesar 510,5 nm;

sedangkan pada kadar terbesar, yaitu 3,5 ppm diperoleh panjang gelombang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(52)

33

serapan maksimum sebesar 510,4 nm. Panjang gelombang serapan maksimum

yang digunakan dalam pengukuran adalah 510,5 nm. Hasil ini berbeda 2,5 nm dari

panjang gelombang teroritis. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995,

perbedaan selisih panjang gelombang serapan maksimum antara hasil teoritis

dengan percobaan tidak boleh lebih dari 2 nm. Oleh karena itu, hasil yang

diperoleh pada penelitian ini tidak memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia

edisi IV tahun 1995. Perbedaan alat dan kondisi percobaan antara sumber literatur

yang diacu dengan yang peneliti lakukan pada penelitian ini dapat menjadi faktor

penyebab timbulnya perbedaan hasil panjang gelombang ini. Namun demikian,

panjang gelombang serapan maksimum yang digunakan dalam penelitian ini tetap

menggunakan panjang gelombang 510,5 nm sebab setiap kali dilakukan

pengukuran terhadap larutan dengan kadar berbeda, alat yang digunakan tetap

memberikan hasil yang lebih kurang sama.

3. Pembuatan kurva baku

Kurva baku diperoleh dengan membuat lima seri kadar dari tiga replikasi

larutan baku hidrokuinon. Seri kadar baku ini dibuat dengan kadar 1,5 ppm; 2,0

ppm; 2,5 ppm; 3,0 ppm; dan 3,5 ppm. Pemilihan seri kadar ini dilakukan

berdasarkan hasil optimasi, dimana dipilih kadar yang memberikan serapan antara

0,2 hingga 0,8. Menurut Mulja dan Suharman, pada rentang serapan 0,2-0,8

tersebut akan memberikan persentase kesalahan fotometrik yang kecil dan dapat

diterima yaitu 0,5-1,0 %.

Setelah dilakukan pengukuran dari ketiga replikasi seri baku

hidrokuinon, diperoleh data sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(53)

34

Tabel IV. Data replikasi seri baku hidrokuinon

Replikasi I Replikasi II Replikasi III

Kadar Serapan Kadar Serapan Kadar Serapan

1,53 ppm 2,04 ppm 2,55 ppm 3,06 ppm 3,57 ppm 0,338 0,426 0,545 0,681 0,795 1,55 ppm 2,07 ppm 2,58 ppm 3,10 ppm 3,62 ppm 0,342 0,464 0,587 0,687 0,791 1,58 ppm 2,10 ppm 2,63 ppm 3,16 ppm 3,68 ppm 0,359 0,462 0,530 0,688 0,821 A = -0,028

B = 0,229 r = 0,998

A = 0,014 B = 0,217 r = 0,999

A = -0,003 B = 0,219 r = 0,991 Persamaan Kurva Baku:

Y = B X + A Y = 0,229 X – 0,028

Persamaan Kurva Baku: Y = B X + A Y = 0,217 X + 0,014

Persamaan Kurva Baku: Y = B X + A Y = 0,219 X – 0,003

Berdasarkan data tersebut, diperoleh tiga buah persamaan kurva baku

dari masing-masing replikasi. Dari ketiga persamaan kurva baku yang diperoleh

tersebut dipilih persamaan kurva baku yang paling linier. Linieritas menyatakan

hubungan korelasi antara kadar hidrokuinon dengan serapan yang dihasilkan.

Linieritas dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r). Secara statistika, nilai r dapat

dikatakan baik apabila sudah lebih besar daripada nilai rtabel dengan taraf

kepercayaan dan derajat bebas tertentu. Dengan taraf kepercayaan 99% dan

derajat bebas 3, maka rtabeladalah sebesar 0,959. Ketiga persamaan kurva baku di

atas sudah memberikan hubungan korelasi yang baik antara kadar dan serapan

sebab nilai r-nya lebih besar daripada rtabel. Persamaan kurva baku yang dipilih

untuk digunakan adalah persamaan kurva baku replikasi kedua, yaitu Y = 0,217 X

+ 0,014 dengan nilai r = 0,999. Pemilihan ini dikarenakan nilai r dari persamaan

kurva baku kedua ini paling baik dibanding yang lainnya, yaitu nilai r2 0,997,

sehingga diharapkan dapat memberikan hubungan korelasi yang baik pula antara

kadar hidrokuinon dan serapan yang diperoleh. Dengan semakin meningkatnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(54)

35

kadar hidrokuinon dalam larutan, maka serapannya juga akan meningkat secara

proporsional sebab hubungan korelasi yang terjadi adalah linier. Hubungan

korelasi antara kadar hidrokuinon dan serapan yang diperoleh dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 9. Kurva baku hidrokuinon (replikasi kedua)

B. Penentuan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Simulasi 1. Pembuatan krim simulasi

Pembuatan krim simulasi dimaksudkan sebagai perwakilan dari krim

pemutih yang beredar di pasaran. Krim simulasi ini dibuat dengan tipe yang biasa

ditemukan dalam krim pemutih pada umumnya, yaitu tipe minyak dalam air

(M/A). Tipe ini sering digunakan sebab mudah menyebar di kulit dan kurang

berminyak, sehingga membuat konsumen merasa lebih nyaman dalam

menggunakannya.

Krim simulasi dibuat dari bahan – bahan seperti: setil alkohol, vaselin

putih, parafin cair, tween 80, gliserin, hidrokuinon, dan akuades. Krim merupakan

suatu emulsi yang terdiri atas dua fase, yaitu fase air dan minyak. Fase minyak

yang digunakan adalah vaselin putih, parafin cair, dan setil alkohol; sedangkan

y = 0,217x + 0,014 r = 0,999

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

0 1 2 3 4

Ab

sorb

ansi

Kadar Hidrokuinon (ppm)

Kurva Baku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(55)

36

fase air yang digunakan terdiri dari gliserin dan akuades. Untuk menyatukan

kedua fase tersebut, maka ditambahkan suatu surfaktan yang berfungsi untuk

menurunkan tegangan muka agar kedua fase dapat saling campur. Surfaktan yang

digunakan adalah tween 80. Setil alkohol juga mampu bertindak sebagai

surfaktan.

Tween 80 merupakan surfaktan nonionik yang mampu menurunkan

tegangan muka fase minyak dan air dikarenakan memiliki gugusan hidrofil dan

lipofil. Gugusan hidrofil akan mengikat fase air, sedangkan gugusan lipofil akan

mengikat fase minyak. Dengan demikian, sistem emulsi dalam krim dapat

terbentuk. Tween 80 memiliki sifat hidrofilisitas lebih besar dibandingkan sifat

lipofilisitasnya. Harga HLB (Hydrophil Lipophil Balance) tween 80 adalah ±10,

sehingga sering digunakan surfaktan untuk membentuk emulsi tipa M/A.

Campuran bahan-bahan ini dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi

massa krim yang diinginkan, yaitu tidak terlalu padat dan tidak terlalu encer. Setil

alkohol yang wujudnya padatan dapat berfungsi sebagai agen pengental, sehingga

konsistensi dari massa krim menjadi meningkat. Selain untuk mendapatkan

konsistensi yang sesuai, campuran bahan-bahan ini memiliki fungsi pada saat

krim diaplikasikan ke kulit, misalnya gliserin dapat berfungsi sebagai humektan

yang mampu menjaga kelembaban kulit. Oleh karena itu digunakan campuran dari

bahan minyak dan juga air.

Pada krim simulasi ini, hidrokuinon tidak ditambahkan pada saat

pembuatan massa krim tapi ditambahkan diluar, yaitu setelah massa krim

terbentuk. Hidrokuinon ditambahkan pada sejumlah massa krim yang hendak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(56)

37

dianalisis. Penambahan hidrokuinon dengan cara ini dimaksudkan agar kadar

hidrokuinon yang terkandung dalam krim yang hendak dianalisis dapat lebih

diketahui dengan pasti, sehingga dapat menunjang dan menjamin data parameter

validitas, seperti akurasi, presisi, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil optimasi, maka pembuatan krim simulasi dilakukan

dengan mencampur bahan-bahan dari fase minyak menjadi satu dengan pelelehan

di ataswaterbath pada suhu ±70oC. Sama halnya dengan bahan – bahan dari fase

air juga dicampur menjadi satu dalam wadah yang berbeda disertai pelelehan di

atas waterbath pada suhu ±70oC. Tween 80 dilelehkan bersama dalam fase air,

sebab tween 80 memiliki sifat hidrofil lebih besar dibandingkan sifat lipofilnya.

Setelah semuanya meleleh dan menyatu, dilakukan penggabungan kedua fase tadi

(fase minyak kemudian fase air) ke dalam suatu mortir hangat disertai pengadukan

yang konstan dan kontinyu, serta penambahan akuades hangat sedikit demi sedikit

hingga diperoleh suatu massa krim yang baik.

Pemanasan di atas waterbath dimaksudkan untuk pelelehan bahan padat

dan meningkatkan energi kinetik dari masing – masing molekul penyusun

sehingga dapat saling kontak dan lebih mudah campur menjadi satu. Suhu 70oC

merupakan suhu optimum untuk pelelehan. Bahan padat yang digunakan adalah

setil alkohol. Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV, setil alkohol meleleh

pada suhu 45-50oC, sehingga suhu 70oC sudah cukup untuk melelehkan semua

bahan. Suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan rusaknya bahan penyusun

krim, sedangkan suhu terlalu rendah akan mengakibatkan waktu pelelehan yang

semakin lama dan tidak efisien. Penggunaan mortir dan stamper yang hangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(57)

38

dimaksudkan untuk mencegah terjadinya shock cooling, dimana terdapat

perbedaan suhu yang signifikan dan dapat mengganggu stabilitas emulsi dari krim

yang terbentuk. Setil alkohol yang meleleh pada suhu tinggi tadi dapat kembali

memadat apabila suhu pada waktu pencampuran berubah secara drastis. Hal ini

dapat membuat massa krim yang terbentuk menjadi kasar dan tidak nyaman pada

waktu pengaplikasian.

2. Preparasi krim simulasi

Krim simulasi tersusun atas surfaktan nonionik, yaitu tween 80 dan setil

alkohol. Menurut Newburger s Manual of Cosmetic Analysis 2nd tahun 1977,

emulsi yang tersusun dari surfaktan nonionik dapat di

rusak dengan menambahkan salah satu fase secara berlebih. Pada penelitian ini

digunakan campuran air-metanol (1:1 v/v) untuk memecah sistem emulsi

sekaligus sebagai cairan pengekstrak dari hidrokuinon. Kandungan air dalam

campuran tersebut dapat memecah sistem emulsi yang ada. Jika dilihat dari

kelarutan hidrokuinon, satu bagian hidrokuinon larut dalam 17 bagian air dan satu

bagian hidrokuinon juga larut dalam 4 bagian alkohol (Anonim, 1999).

Hidrokuinon mudah larut dalam alkohol dan air, sehingga campuran air-metanol

dapat digunakan untuk menarik hidrokuinon dalam krim simulasi.

Pada krim terdapat lebih dari satu komponen, maka yang tertarik ke

dalam campuran air-metanol tidak hanya hidrokuinon. Bahan-bahan lain yang

larut dalam air dan alkohol juga dapat ikut terekstraksi. Bahan-bahan lain yang

dapat ikut terekstraksi adalah gliserin, tween 80 dan setil alkohol. Perlu diketahui

bahwa yang dimaksud dengan alkohol adalah etanol dimana mengandung tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(58)

39

kurang dari 94,9 % v/vdan tidak lebih dari 96,0 % v/v C2H5OH pada suhu 15,56

o

C. Dalam penelitian ini digunakan metanol bukan etanol. Hal ini didasarkan pada

kepolaran bahan, dimana metanol lebih polar dibandingkan etanol. Hidrokuinon

bersifat relatif polar dibandingkan setil alkohol dan tween 80 sehingga dapat lebih

mudah tertarik ke dalam campuran air-metanol.

Proses ekstraksi dilakukan diatas waterbath pada suhu ±60oC selama 30

menit. Pemanasan ini dimaksudkan untuk menambahkan energi dari luar sehingga

dapat meningkatkan proses ekstraksi dari krim simulasi. Waktu selama 30 menit

merupakan hasil optimasi. Setelah dilakukan proses ekstraksi selesai dan suhu

dari larutan sampel sudah kembali normal, dapat dilakukan proses penyaringan.

Proses penyaringan dimaksudkan untuk membantu memisahkan antara fase

air-metanol dengan fase minyak. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kertas

saring berukuran pori kecil, yaitu 0,45 µm. Dengan ukuran pori ini sudah mampu

menahan semua fase minyak yang tidak larut dalam campuran air-metanol.

Selanjutnya, filtrat dari air-metanol dapat langsung dilakukan analisis.

3. Penetapan kadar hidrokuinon

Kadar hidrokuinon ditetapkan secara spektrofotometri visibel dengan

pereaksi o-fenantrolina. Prinsip metode dan reaksinya sama seperti yang

dijelaskan pada bagian awal. Hidrokuinon dalam sampel akan mereduksi besi (III)

menjadi besi (II). Besi (II) akan bereaksi dengan o-fenantrolina membentuk

senyawa kompleks merah-jingga. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh hasil

sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(59)

40

Tabel V. Data serapan dan kadar hidrokuinon dalam sampel Replikasi Chitung (%b/b) Serapan (Y) Cukur (%b/b)

I II III IV V VI 1,98 1,99 2,03 1,98 2,01 2,00 0,660 0,662 0,681 0,676 0,664 0,665 1,98 1,99 2,05 2,03 2,00 2,00

C. Parameter Validitas Metode Analisis 1. Akurasi

Akurasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa dekat antara hasil yang

diukur menggunakan suatu metode analisis dengan hasil yang sebenarnya.

Semakin sedikit selisih antara keduanya maka akurasi metode analisis semakin

baik. Akurasi metode analisis dinyatakan dalam recovery. Menurut Harmita,

akurasi yang baik untuk analisis bahan obat dengan kadar kurang dari 1 % dan

tidak lebih dari 10 % adalah dinyatakan dalamrecovery antara 97-103 %.

Dari replikasi sampel yang dilakukan sebanyak enam kali, diperoleh

recovery sebagai berikut:

Tabel VI. Hasil recovery dari enam kali replikasi sampel Replikasi recovery I II III IV V VI 100,00 % 100,00 % 100,99 % 102,53 % 99,50 % 100,00 %

Rentang recovery yang diperoleh adalah 99,50-102,53 %. Hasil ini sudah masuk

dalam range 97-103%, sehingga dapat dikatakan bahwa metode analisis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(60)

41

hidrokuinon dalam krim pemutih secara spektrofotometri visibel dengan pereaksi

o-fenantrolina sudah memenuhi syarat akurasi.

2. Presisi

Presisi menunjukkan keterulangan dan ketertiruan hasil yang diperoleh.

Presisi dinyatakan dalam KV (koefisien variasi). Menurut Harmita, presisi suatu

metode analisis untuk kadar analit 1% dikatakan baik apabila KV < 2,5 %.

Semakin kecil KV yang diperoleh, maka semakin baik presisi metode yang

digunakan.

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan dari keenam replikasi sampel,

diperoleh KV sebesar 0,55 %. Hasil ini menunjukkan bahwa presisi dari metode

analisis hidrokuinon dalam krim pemutih secara spektrofotometri visibel dengan

pereaksi o-fenantrolina sudah memenuhi syarat presisi.

3. Linieritas dan rentang

Linieritas menyatakan hubungan korelasi antara kadar dan serapan.

Linieritas dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r). Semakin baik nilai r maka

semakin baik korelasi antara kadar dan serapan, yaitu dengan adanya peningkatan

kadar maka akan meningkatkan serapannya secara proporsional.

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan diperoleh nilai r masing-masing

sebesar 0,998; 0,999; dan 0,991. Nilai r ini sudah memenuhi persyaratan APVMA

tahun 2004, yaitu > 0,99 dan lebih besar dari rtabel, yaitu 0,959 (taraf kepercayaan

99% dan derajat bebas 3). Menurut Chan et al, linieritas yang baik tercapai

apabila nilai r2 0,997. Dari ketiga nilai r tersebut hanya satu yang memenuhi.

Untuk rentangnya diperoleh mulai kadar hidrokuinon terkecil, yaitu 1,5 ppm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(61)

42

hingga kadar terbesar, yaitu 3,5 ppm. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

metode analisis hidrokuinon dalam krim pemutih secara spektrofotometri visibel

dengan pereaksi o-fenantrolina memiliki korelasi yang cukup baik antara kadar

yang diukur dengan serapan yang dihasilkan dengan rentang antara 1,5 ppm

hingga 3,5 ppm.

4. Spesifisitas

Spesifisitas menunjukkan kemampuan suatu metode untuk mengukur

hanya senyawa tertentu saja secara akurat dan presisi di dalam sampel yang terdiri

atas senyawa lain. Menurut Harmita, spesifisitas dapat ditunjukkan dengan

membandingkan hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang diperoleh

dari baku. Apabila diperoleh hasil yang lebih kurang sama serta memiliki akurasi

dan presisi yang baik, maka metode yang digunakan tersebut dapat dikatakan

telah memenuhi kriteria spesifisitas.

Dari pengukuran yang dilakukan diperoleh hasil spektra seperti pada

gambar dibawah ini :

Gambar 10. Spektra serapan kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+dari larutan sampel

(a) dan baku (b)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(1)

Lampiran 4. Tabel serapan sampel dan perhitungan kadar terukur hidrokuinon dalam sampel

Replikasi Chitung (%b/b) Serapan (Y) Cukur (%b/b)

I II III IV V VI 1,98 1,99 2,03 1,98 2,01 2,00 0,660 0,662 0,681 0,676 0,664 0,665 1,98 1,99 2,05 2,03 2,00 2,00

Perhitungan kadar terukur (Cukur) hidrokuinon dalam sampel

Replikasi I

Cukur =

0,660 0,014 0,217 x

, x x

= 1,98 % b

/b

Replikasi II

Cukur =

0,662 0,014 0,217 x

, x x

= 1,99 % b

/b

Replikasi III

Cukur =

0,681 0,014 0,217 x

, x x

= 2,05 % b/

b

Replikasi IV

Cukur =

0,676 0,014 0,217 x

, x x

= 2,03 % b

/b

Replikasi V

Cukur =

0,664 0,014 0,217 x

, x x

= 2,00 % b

/b

Replikasi VI

Cukur =

0,665 0,014 0,217 x

, x x

= 2,00 % b

/b

Persamaan Kurva Baku : Y = 0,217 X + 0,014

Cukur = X (ppm)

,

= (% b


(2)

Rumus Umum:

recovery = Kadar ter ukur ( Cukur)

Kadar ter hitung ( Chi tung) x 100 %

Lampiran 5. Tabelrecovery dan perhitunganrecovery

Replikasi Hidrokuinon recovery

Chitung (%b/b) Cukur (%b/b)

I II III IV V VI

1,98 1,99 2,03 1,98 2,01 2,00

1,98 1,99 2,05 2,03 2,00 2,00

100,00 % 100,00 % 100,99 % 102,53 % 99,50 % 100,00 %

Rata – ratarecovery = 100,50 % Rentangrecovery = 99,50-102,53 %

Perhitunganrecovery

Replikasi I

recovery =1,98

1,98 x 100 % = 100,00 %

Replikasi II

recovery =1,99

1,99 x 100 % = 100,00 %

Replikasi III

recovery =2,05

,03 x 100 % = 100,99 %

Replikasi IV

recovery =2,03

1,98 x 100 % = 102,53 %

Replikasi V

recovery =2,00

,01 x 100 % = 99,50 %

Replikasi VI

recovery = ,00

,00 x 100 % = 100,00 %

Rata – ratarecovery =100,00+ 100,00+ 100,99 + 102,53+ 99,50+ 100,00

6 = 100,50 %


(3)

Lampiran 6. Tabel KV (koefisien variasi) dan perhitungan KV

Replikasi Cukur (ppm) KV

I II III IV V VI

1,98 1,99 2,05 2,03 2,00 2,00

0,55 %

Perhitungan KV

x = 2,008 SD = 0,026

SE = = 0,011 KV =SE

x x 100 %

=0,011

2,008 x 100 %


(4)

Lampiran 7. Perhitungan LOD dan LOQ

No Chitung(X) Serapan (Y) Y’ Y-Y’ (Y-Y’)2 1

2 3 4 5 6

2,97 ppm 2,98 ppm 3,04 ppm 2,98 ppm 3,02 ppm 3,01 ppm

0,660 0,662 0,681 0,676 0,664 0,665

0,658 0,661 0,674 0,661 0,669 0,667

0,002 0,001 0,007 0,015 -0,005 -0,002

0,000004 0,000001 0,000049 0,000225 0,000025 0,000004 (Y-Y’)2 = 0,000308

Persamaan kurva baku:Y = 0,217 X + 0,014

Y’ dihitung dengan memasukkan nilai X ke dalam persamaan kurva baku, sehingga diperoleh nilai Y’sebagai berikut:

(1) Y’ = 0,217 (2,97) + 0,014 = 0,658 (2) Y’ = 0,217 (2,98) + 0,014 = 0,661 (3) Y’ = 0,217 (3,04) + 0,014 = 0,674 (4) Y’ = 0,217 (2,98) + 0,014 = 0,661 (5) Y’ = 0,217 (3,02) + 0,014 = 0,669 (6) Y’ = 0,217 (3,01) + 0,014 = 0,667

Sy/x = (Y- ) n-2

Sy/x = 0,000308

2

Sy/x = 0,009

LOD dan LOQ dapat dihitung menggunakan rumus: LOD = / =3 0,009

0,217 =0,124 ppm

LOQ = / =10 0,009


(5)

Lampiran 8. Foto larutan sampel dan blanko


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Leo Christi Agustoo, penulis skripsi yang berjudul

Validasi Metode Spektrofotometri Visibel menggunakan Pereaksi o-Fenantrolina pada Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Simulasi”, lahir di Palembang pada tanggal 11 Agustus 1986 dari pasangan

Bapak Chandra dan Ibu Angela Kartini, memiliki saudara

laki-laki bernama Martheo Favian. Riwayat pendidikan

penulis yaitu dimulai dari TK-SD-SLTP Xaverius III Palembang (1991-2001),

dilanjutkan SMU Xaverius I Palembang (2001-2004) dan pada tahun 2004

melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

hingga selesai pada tahun 2008. Selama kuliah penulis pernah menjadi asisten

praktikum Spektroskopi (2007) dan Bioanalisis (2007). Selain itu, penulis juga pernah

berperan serta sebagai anggota PSF Veronika (2007) dan pernah ikut dalam