Prosedur pemusnahan hewan percobaan Pembuatan preparat histopatologis Pengamatan uji toksisitas subakut

9. Pengelompokkan dan prosedur pelaksanaan toksisitas subakut

Lima puluh ekor tikus dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdapat 5 ekor tikus jantan dan 5 ekor tikus betina. Kelompok I sampai kelompok IV diberi perlakuan infusa biji P. americana Mill. dengan peringkat dosis berturut-turut yaitu 202,24; 360; 640,8 dan 1140,6 mgkg BB. Kelompok V adalah kelompok kontrol negatif yang diberi aquadest dengan dosis 1142,86 mgkg BB. Uji toksisitas subakut dilakukan dengan cara pemberian infusa biji P. americana Mill. satu kali sehari selama 28 hari pada hewan uji sesuai dosis pemberian di mana tikus tetap diberi makan dan minum. Pada hari ke-1, semua tikus yang sudah dipuasakan selama 5 jam diambil darahnya melalui sinus orbital mata dan ditampung pada eppendorf, lalu dilakukan pengukuran kadar glukosa dalam darah di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu UGM, Yogyakarta. Pada hari ke-29, dibuat perlakuan yang sama seperti hari pertama. Setelah itu dilanjutkan dengan pembedahan pada sebagian dari jumlah hewan uji dan dilihat histopatologis pankreas. Hewan uji yang tersisa dipelihara selama 14 hari tanpa diberi perlakuan infusa biji P. americana Mill. untuk melihat sifat efek toksik terbalikkan reversible atau tak terbalikkan irreversible. Pada hari ke-15 dilakukan pembedahan terhadap hewan uji.

10. Prosedur pemusnahan hewan percobaan

Sebelum pembedahan, hewan uji dikorbankan dengan cara anestetika overdose, yakni memasukkan tikus ke dalam wadah tertutup berisi eter yang akan diinhalasi oleh tikus. Setelah dibedah caesar dengan membuat irisan di garis tengah ventral tubuh, kemudian diambil organ yang diinginkan, yaitu pankreas dengan menggunakan pinset dan gunting bedah. Pankreas dicuci bersih dengn NaCl 0,9 kemudan difiksasi dan dimasukkan ke dalam wadah berisi formalin 10 untuk diawetkan. Hewan uji yang sudah diambil organnya, dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dibungkus lagi dengan kertas, diletakkan di dalam tas plastik, ditutup dan dikubur di halaman laboratorium.

11. Pembuatan preparat histopatologis

Organ yang disimpan dalam wadah berisi formalin 10 dilakukan trimming, yaitu pemotongan tipis jaringan setebal kurang lebih 4 mm dengan orientasai sesuai dengan organ yang akan dipotong. Potongan jaringan dimasukkan dalam embedding cassette dan dilanjutkan dengan dehidrasi menggunakan tissue processor untuk mengeluarkan air yang terkandung dalam jaringan. Dehidrasi menggunakan cairan dehidran, seperti etanol atau isopropil alkohol. Cairan dehidran kemudian dibersihkan dari dalam jaringan dengan menggunakan reagen pembersih, yaitu xilol selama 1 jam, yang kemudian diganti dengan parafin dengan metode penetrasi ke dalam jaringan selama 2 jam. Setelah melalui proses dehidrasi, maka jaringan yang berada dalam embedding cassette dipindahkan ke dalam base mold yang diisi dengan parafin cair. Jaringan kemudian dipotong dengan menggunakan mikrotom, lalu dilakukan pewarnaan. Karena preparat yang diinginkan untuk pemeriksaan rutin, dipergunakan teknik pewarnaan Harris hematoksilin- eosin. Setelah jaringan pada preparat diwarnai, kaca preparat ditutup dengan coverglass Carson, 1990.

12. Pengamatan uji toksisitas subakut

a. Penimbangan berat badan hewan uji Purata perubahan berat badan tiap kelompok hewan uji dihitung pada hari ke-0, 7, 14, 21 dan 28. Data dianalisis secara statistik General Linier Model metode multivariate. b. Pengukuran asupan pakan hewan uji Asupan pakan hewan uji berupa 30 g pelet AD-2 yang diberikan setiap hari. Cara mengukur besarnya asupan makan tikus yaitu dengan menimbang pakan yang diberikan pada hari pertama dan pakan yang masih tertinggal di wadah pada hari kedua. Selisih penimbangan antara berat pakan hari pertama dengan berat pakan hari kedua, dihitung sebagai asupan makanan yang dihabiskan pada hari pertama. c. Pengukuran asupan minum hewan uji Asupan minum berupa 100 ml air reverse osmosis RO yang diberikan setiap hari. Minuman diberikan dalam wadah botol berskala dengan pipa yang diberi lubang pada ujungnya. Air minum yang dihabiskan tikus pada hari pertama dihitung dengan cara mengurangkan jumlah air minum yang diberikan pada hari pertama dengan jumlah air minum sisa pada hari kedua. Selisih pengukuran antara volume minum hari pertama dengan volume minum hari kedua dihitung sebagai asupan minum yang dihabiskan pada hari pertama.

F. Tata Cara Analisis Hasil 1.

Dokumen yang terkait

Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Buah Alpukat (Persea americana Mill.) dan Uji Aktivitasnya terhadap Pertumbuhan Rambut Tikus Putih

16 123 80

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

2 34 64

PENGARUH PEMBERIAN SERBUK BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) DIINDUKSI ALOKSAN

0 2 82

Uji toksisitas subakut infusa biji Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap gambaran histopatologis ginjal tikus Sprague Dawley.

1 5 97

Uji toksisitas subakut infusa biji Persea americana Mill. terhadap gambaran histopatologis testis dan uterus tikus galur Sprague Dawley.

1 17 110

Uji toksisitas subakut infusa biji alpukat (persea americana mill. ) terhadap kadar serum Glutamic Pyruvic Transaminase dan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase darah pada tikus Sprague Dawley.

1 5 131

Uji toksisitas subakut infusa biji Persea americana Mill. terhadap gambaran histopatologis hati tikus Sprague Dawley.

0 1 92

Uji toksisitas akut infusa biji alpukat Persea americana Mill. pada mencit Galur Swiss.

0 18 122

Uji toksisitas subakut infusa biji Persea Americana Mill. pada tikus galur Sprague dawley terhadap kadar blood urea nitrogen dan kreatinin.

0 2 131