Uji Reversibilitas HASIL DAN PEMBAHASAN

tengah kepulauan Langerhans, sedangkan sel- sel lainnya seperti sel α, sel δ dan sel PP tersebar di bagian tepi pulau membentuk mantel. Anatomi kepulauan Langerhans yang normal menunjukkan hubungannya dengan pemeriksaan kadar glukosa darah di mana menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna ketika diberikan infusa biji P. americana Mill..

E. Uji Reversibilitas

Setelah dilakukan perlakuan selama 28 hari, penelitian dilanjutkan dengan uji reversibilitas selama 14 hari. Uji reversibilitas dilakukan untuk mengetahui keterbalikan efek toksik pada organ pankreas yang terjadi setelah bahan uji tidak diberikan, sehingga dapat melihat sifat efek toksik yang muncul setelah dilakukan penghentian pemberian infusa biji P. americana Mill., apakah terbalikkan atau tak terbalikkan. Disebut terbalikkan jika kerusakan yang terjadi pada suatu organ dapat pulih kembali pada kondisi normal karena adanya perbaikan sel dan jaringan pada organ tersebut, sehingga dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya. Disebut tak terbalikkan jika kerusakan struktural yang terjadi pada suatu organ tidak kembali menjadi kondisi normal. Sifat efek toksik dilihat dengan membandingkan hasil pemeriksaan histopatologis uji reversibilitas dengan masa perlakuan. Hasil uji reversibilitas Tabel V pada tikus betina menunjukkan bahwa organ pankreas dalam keadaan normal, baik pada kelompok kontrol Gambar 11 maupun pada kelompok perlakuan Gambar 12 dengan empat peringkat dosis. Berbeda dengan betina, pada uji reversibilitas tikus jantan terdapat nekrosis sel di kepulauan Langerhans yang terjadi pada kelompok perlakuan infusa biji P. americana Mill. dosis 360 mgkg BB Gambar 13. Nekrosis adalah kematian sel yang terjadi pada organisme hidup yang dapat disebabkan oleh injury maupun infeksi. Sel yang mati pada nekrosis akan memberi respon terhadap inflamasi, di mana terjadi perubahan pada inti yang pada akhirnya dapat menyebabkan inti menjadi lisis dan membran plasma menjadi rupture Lumongga, 2008. Sel yang mengalami nekrosis mengalami gangguan integritas membran sehingga menyebabkan kebocoran lisosom. Pada pemeriksaan histopatologis akan terlihat respon peradangan yang nyata di sekitar sel-sel yang mengalami nekrosis Prasetyo, 2008. Tabel V. Presentase hasil pemeriksaan histopatologis pankreas tikus uji reversibilitas Dosis mgkg BB Presentase Perubahan Histopatologis Jantan n=2 Betina n=2 IBPAM 202,24 IBPAM 360 50 IBPAM 640,8 IBPAM 1.140,6 Aquadest 14.285,7 Keterangan : IBPAM = Infusa biji P. americana Mill. Nekrosis merupakan perubahan struktural yang bersifat tak terbalikkan irreversible. Nekrosis terjadi pada infusa biji P. americana Mill. dosis 360 mgkg BB pada uji reversibilitas, sedangkan dengan dosis yang sama pada masa perlakuan tidak menunjukkan perubahan histopatologis. Pada Gambar 13 tidak menunjukkan reaksi inflamasi sel pada kepulauan Langerhans sehingga proses kematian sel ini merupakan apoptosis. Apoptosis terjadi sebagai respon dari dalam sel, di mana terjadi eliminasi sel yang tidak diperlukan lagi dan merupakan proses fisiologis yang normal. Selain itu, kadar glukosa darah sesudah post perlakuan pada hewan uji yang mengalami nekrosis menunjukkan nilai yang normal. Dapat disimpulkan bahwa nekrosis yang terjadi pada kepulauan Langerhans dianggap bukan merupakan efek toksik dari infusa biji P. americana Mill. karena efek ini timbul pada masa uji reversibilitas di mana hewan uji tidak lagi diberikan bahan uji berupa infusa biji P. americana Mill.. Karena perubahan struktural yang terjadi pada pulau Langerhans bukan disebabkan oleh infusa biji P. americana Mill. maka sifat efek toksik dari bahan uji yang digunakan, yaitu infusa biji P. americana Mill. tidak dapat diidentifikasi. Pembacaan histopatologis pankreas pada uji reversibilitas dapat dilihat pada Gambar 11, Gambar 12 dan Gambar 13. Gambar 11. Pulau Langerhans normal uji reversibilitas Aquadest 14.285,7 mgkg BB [Pewarna Hematoxyline-Eosin, perbesaran 400x] Gambar 12. Pulau Langerhans normal uji reversibilitas Infusa biji P. americana Mill. 1.140,6 mgkg BB [Pewarna Hematoxyline-Eosin, perbesaran 400x] Gambar 13. Nekrosis pulau Langerhans uji reversibilitas Infusa biji P. americana Mill. 360 mgkg BB [Pewarna Hematoxyline-Eosin, perbesaran 400x]

F. Pengaruh Pemberian Infusa Biji P. americana Mill. Terhadap Perubahan Berat Badan Tikus

Dokumen yang terkait

Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Buah Alpukat (Persea americana Mill.) dan Uji Aktivitasnya terhadap Pertumbuhan Rambut Tikus Putih

16 123 80

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

2 34 64

PENGARUH PEMBERIAN SERBUK BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) DIINDUKSI ALOKSAN

0 2 82

Uji toksisitas subakut infusa biji Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap gambaran histopatologis ginjal tikus Sprague Dawley.

1 5 97

Uji toksisitas subakut infusa biji Persea americana Mill. terhadap gambaran histopatologis testis dan uterus tikus galur Sprague Dawley.

1 17 110

Uji toksisitas subakut infusa biji alpukat (persea americana mill. ) terhadap kadar serum Glutamic Pyruvic Transaminase dan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase darah pada tikus Sprague Dawley.

1 5 131

Uji toksisitas subakut infusa biji Persea americana Mill. terhadap gambaran histopatologis hati tikus Sprague Dawley.

0 1 92

Uji toksisitas akut infusa biji alpukat Persea americana Mill. pada mencit Galur Swiss.

0 18 122

Uji toksisitas subakut infusa biji Persea Americana Mill. pada tikus galur Sprague dawley terhadap kadar blood urea nitrogen dan kreatinin.

0 2 131