Walaupun hasil penelitian ini adalah tidak ada kesimpulan untuk uji autokorelasi, penelitian ini tetap dilanjutkan karena menurut Santoso
bahwa DW diantara ± 2 maka tidak terjadi heteroskedastisitas, dan nilai DW pada penelitian ini sebesar 1,472 yaitu berada diantara ± 2.
4.3.3. Persamaan Regresi
Persamaan regresi linier berganda adalah persamaan yang digunakan untuk memperkirakan nilai dari variabel terikat Y dan nilai variabel bebas
X yang sudah diketahui. Regresi linier berganda dilakukan dengan menggunakan metode enter untuk mempermudah dalam menganalisis
regresi linier berganda. Hasil perhitungan analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada 4.9 :
Tabel 4.9 : Persamaan Regresi Linier Berganda Model
Koefisien regresi Konstanta
Arus kas X
1
Laba bersih X
2
0,220 3,70.10
-14
1,44.10
-12
Sumber : Lampiran 5 Berdasarkan tabel 4.9 , maka persamaan yang didapat adalah :
Y = 0,220 + 0,0000000000000370 X
1
+ 0,00000000000144 X
2
Interpretasi model regresi : 1. Konstanta = 0,220 artinya jika variabel arus kas X
1
dan laba bersih arus kas X
2
adalah konstan, maka besarnya likuiditas saham adalah sebesar 0,220.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Koefisien regresi untuk X
1
= 0,0000000000000370 artinya jika arus kas X
1
naik sebesar 1 satuan, maka likuiditas Y akan naik sebesar 0,0000000000000370 dengan asumsi variabel bebas lainnya adalah
konstan. 3. Koefisien regresi untuk X
2
= 0,00000000000144 artinya jika laba bersih X
2
naik sebesar 1 satuan, maka likuiditas Y akan naik sebesar 0,00000000000144 dengan asumsi variabel bebas lainnya adalah
konstan.
4.3.4. Uji Hipotesis 4.3.4.1. Uji F
Uji statistik F uji model pada dasarnya untuk menguji model regresi cocok atau tidak. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.10 :
Tabel 4.10 : Hasil Uji F
ANOVA
b
1.450 2
.725 5.954
.007
a
3.531 29
.122 4.981
31 Regression
Residual Total
Model 1
Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Predictors: Constant, laba bersih X2, arus kas operasi X1 a.
Dependent Variable: likuiditas saham Y b.
Sumber : Lampiran 5 Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa nilai F
hitung
sebesar 5,954 dengan tingkat signifikan sig lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar
0,007. Hal ini berarti model regresi yang dihasilkan adalah cocok atau sesuai untuk likuiditas saham, atau dapat dikatakan bahwa variabel arus kas
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
X
1
dan laba bersih X
2
secara bersama-sama dapat digunakan untuk mempengaruhi likuiditas saham Y.
Nilai koefisien
determinasi R
2
yang dihasilkan dalam penelitian ini sebesar 0,291 Lampiran 5 menunjukkan variabel arus kas X
1
dan laba bersih X
2
mampu mempengaruhi likuiditas saham hanya sebesar 29,1 sedangkan sisanya 70,9 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas
pada penelitian ini.
Tabel 4.11 : Hasil Koefisien Determinasi
Model Summary
b
.540
a
.291 .242
.34892428 1.472
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
Predictors: Constant, laba bersih X2, arus kas operasi X1 a.
Dependent Variable: likuiditas saham Y b.
Sumber : Lampiran 5
4.3.4.2. Uji t
Untuk menguji pengaruh secara parsial arus kas X
1
dan laba bersih X
2
terhadap likuiditas saham Y dilakukan uji t. Berikut ini hasil dari uji t:
Tabel 4.12 : Hasil Uji t Variabel Bebas
t
hitung
Tingkat Signifikan
Arus kas X
1
Laba bersih X
2
0,104 2,719
0,918 0,011
Sumber : Lampiran 5
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, dapat dijelaskan :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Nilai
t
hitung
pada variabel arus kas X
1
adalah 0,104 dengan tingkat signifikan lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,918. Hal ini berarti arus kas
X
1
pada periode 2005 – 2009 secara parsial kurang berpengaruh terhadap likuiditas saham Y dikarenakan arus kas banyak yang bernilai
negatif dan mengalami penurunan, sehingga hipotesis ke-1 tidak teruji kebenarannya.
2. Nilai
t
hitung
pada variabel laba bersih X
2
adalah 2,719 dengan tingkat signifikan kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,011. Hal ini berarti laba bersih
X
2
secara parsial berpengaruh terhadap likuiditas saham Y, sehingga hipotesis ke-2 teruji kebenarannya.
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 4.4.1. Implikasi
Berdasarkan hasil
analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa
model regresi yang dihasilkan adalah cocok untuk mengetahui pengaruh arus kas dan laba bersih terhadap likuiditas saham, hal ini dapat dilihat dari
hasil uji F yaitu tingkat signifikan yang dihasilkan kurang dari 0,05. Hasil
secara parsial
menunjukkan bahwa arus kas pada saat periode
sampel yang yang diambil kurang berpengaruh terhadap likuiditas saham yang dapat dilihat dari hasil uji t yaitu tingkat signifikan yang dihasilkan
lebih dari 0,05, hal ini dikarenakan data sampel arus kas banyak yang memiliki nilai negatif dan arus kas operasi perusahaan wholesale and retail
trade sedang mengalami penurunan. Sedangkan laba bersih berpengaruh
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
terhadap likuiditas saham, hal ini dapat dilihat dari hasil uji t yaitu tingkat signifikan yang dihasilkan kurang dari 0,05. Laba bersih dijadikan alternatif
lain oleh para investor selain arus kas operasi atau laporan keuangan yang lainnya dalam mengambil kuputusan utuk menginvestasikan modal pada
perusahaan wholesale and retail trade dimana saat periode data sampel yang diambil sedang mengalami penurunan arus kas operasi.
Selain itu kemungkinan lain para investor mungkin juga lebih mempertimbangkan kondisi makro ekonomi sehingga jual beli saham yang
mereka lakukan mungkin cenderung di pengaruhi oleh kondisi makro ekonomi seperti kebijakan pemerintah yang mengutungkan perusahaan
wholesale and retail trade yang akan menarik bagi para investor untuk melakukan pembelian saham atau bila kebijakan tersebut ternyata
merugikan para investor cenderung melakukan aksi jual, dimana aksi jual beli para investor tersebut akan meningkatkan Trading Volume Activity
saham likuiditas saham . Adapun
pembahasan pengaruh
masing-masing variabel yaitu arus kas dan laba bersih terhadap likuiditas adalah :
1. Pengaruh arus kas terhadap likuiditas saham
Arus kas dari operasi merupakan pandangan yang lebih luas atas akivitas operasi dibandingkan dengan laba bersih. Arus kas dari operasi
meliputi seluruh aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Simamora 2002:
182 Jumlah
arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, merupakan indikator yang menentukan apakah dari kegiatan
bisnisnya perusahaan dapat mengucurkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,
membayar deviden, dan melakukan investigasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Ukuran arus kas makin banyak digunakan untuk analisis kredit, prediksi kebangkrutan, penetapan ketentuan pinjaman, menilai kualitas
laba, meramalkan solvabilitas, serta menetapkan kebijakan deviden dan kebijakan ekspansi. Dengan semakin banyaknya manfaat yang diperoleh
dari penggunaan arus kas tersebut seperti di atas, investor dapat menilai bagaimana kondisi sebuah perusahaan, hal ini akan berpengaruh terhadap
tindakan investor selanjutnya dalam mengambil keputusan mengenai penanaman modalnya. Dengan demikian berpengaruh pula terhadap
likuiditas perusahaan saham tersebut. Hasil penelitian ini secara teoristis arus kas operasi perusahaan
akan mempengaruhi keputusan investor atau pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan. Penelitian ini sependapat dengan penelitian
yang dilakukan oleh Triyono dan Jogianto Hartono 2000 yaitu pemisahan total arus kas ke dalam tiga komponen arus kas, yaitu arus kas
dari aktivitas pendanaan, investasi dan operasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Namun, hasil penelitian ini secara parsial sependapat dengan penelitian Rudi Santoso 2007 yaitu tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara arus kas operasi dan likuiditas saham, dikarenakan pada saat penelitian ini sampel yang digunakan yaitu arus kas operasi perusahaan
wholesale and retail trade selama lima periode antara tahun 2005 sampai 2009 yang dimana arus kas pada tahun – tahun tersebut banyak yang memiliki nilai
negatif dan banyak juga yang mengalami penurunan arus kas operasi. Tidak
signifikannya pengaruh
arus kas terhadap likuiditas saham mengindikasikan bahwa investor tidak merespon kenaikan arus kas
sebagai informasi yang perlu dipertimbangkan dalam proses keputusan berinvestasi, dikarenakan pada saat perusahaan mengalami kesulitan
keuangan, arus kas operasi banyak yang bernilai negatif Lampiran 1 sehingga kegiatan operasional perusahaan menjadi terhambat.
Berdasarkan data arus kas pada penelitian ini, perusahaan- perusahaan yang memiliki nilai arus kas negatif adalah PT. Akbar Indo
Makmur Stimec, Tbk; PT. Alfa Retalindo, Tbk dan PT.Tigaraksa Satria, Tbk. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang memiliki nilai arus kas
positif adalah PT. Matahari Putra Prima, Tbk dan PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk; PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk; dan PT. Millennium
Pharmacon International, Tbk. Selama periode 2005 sampai dengan 2009, perusahaan yang cenderung mengalami penurunan arus kas antara
lain : PT. Akbar Indo Makmur Stimec, Tbk; PT. Alfa Retalindo, Tbk; PT. Matahari Putra Prima, Tbk dan PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sedangkan perusahaan yang cenderung mengalami peningkatan arus kas antara lain : PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk; PT. Millennium
Pharmacon International, Tbk dan PT.Tigaraksa Satria, Tbk. Implikasi
bagi investor,
yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan petunjuk bahwa pada saat perusahaan publik merugi gunakan informasi
lain, dalam hal ini adalah laba bersih .
2. Pengaruh laba bersih terhadap likuiditas saham
Selain arus
kas operasi, likuiditas saham juga dipengaruhi oleh laba
bersih. Dalam akuntansi, laba dimaknai dan diinterprestasi sebagai pengukur efisiensi oleh investor atas sejumlah dana yang sudah
digunakannya. Menurut Suwardjono 2005: 483, laba merupakan prediktor aliran kas ke investor. Aliran kas di mata investor dapat
ditentukan atas dasar harapan harga saham di masa datang. Bila perusahaan memperoleh laba yang memadai, dengan sendirinya nilai
buku aset bersih juga naik sehingga nilai buku per saham juga naik. Secara teoritis, harga saham masa datang dapat menjadi estimator aliran
kas masa datang. Kalau investor mampu memprediksi laba masa datang, maka investor akan mampu memprediksi aliran kas dari investasinya.
Berdasarkan uraian
di atas
terlihat bahwa informasi mengenai laba penting bagi investor. Laba perusahaan yang sehat akan menarik
perhatian investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan dengan maksud investor akan memperoleh dividen yang tinggi dan harga
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sahamnya naik dan sebaliknya jika ada perusahaan dalam keadaan tidak sehat maka investor akan cenderung melepaskan sahamnya dengan
maksud menghindari kerugian dan harga saham yang turun. Hal inilah yang mempengaruhi tingkat likuiditas suatu perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat tersebut di atas yaitu laba bersih berpengaruh terhadap likuiditas saham. Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan G. Foster 1986 yaitu pengumuman arus kas operasi dan laba akuntansi kurang berpengaruh terhadap tingkat
keuntungan dan likuiditas saham. Penelitian ini juga sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rudi Santoso 2007 yaitu terdapat
pengaruh yang signifikan antara laba akuntansi dan likuiditas
4.4.2. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang Dengan Penelitian-Penelitian