Kerangka Berpikir Perumusan Hipotesis

Modul PLPG PLB Rayon 113 UNS Surakarta 36

b. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran yang baik, akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Pertautan antar variabel tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu, pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir. Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan Suriasumantri, 1986. Kriteria pertama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Kerangka berpikir merupakan sintesis tentang hubungan antarvariabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan itu selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesis tentang hubungan antar variabel tersebut selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis. Kerangka berpikir yang baik antara lain memuat 1 variabel- variabel yang akan diteliti harus dijelaskan dan 2 diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan hubungan yang diteliti dan ada teori yang mendasari. Dalam PTK, berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, penyusun proposal harus mampu menjelaskna bahwa bentuk tindakan yang akan dilakukan dapat mengatasi permasalahan.

c. Perumusan Hipotesis

Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua penilitian harus Modul PLPG PLB Rayon 113 UNS Surakarta 37 merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan sering juga dalan penelitian deskriptif tidak perlu merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan,. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Hipotesis merupakan kesimpulan kerangka berpikir. Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis inilah yang akan diuji melalui penelitian kuantitatif, dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak harus ada. Hipotesis pengarah dapat dirumuskan sebagai arahan yang bersifat tentatif. Sementara itu, dalam penelitian tindakan kelas hipotesis yang dirumuskan atau diajukan oleh peneliti adalah hipotesis tindakan. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan, dan bahan peneletian lain yang diperoleh dari acuan buku atau jurnal-jurnal ilmiah, yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan. Uraian dalam tinjauan pustaka dibawa untuk menyusun kerangka atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan teori dan kerangka berpikir itulah selanjutnya dikemukakan hipotesis tindakan atau hipotesis kerja. Contoh: Penerapan strategi kombinasi terkendali dan terarah dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis. Penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.

4. Metode Penelitian