Tabel 15 menunjukkan skor yang diperoleh mean teoritis sebesar
65 dan mean empiris 80,76. Hasil uji beda One Sample-test pada tabel 16 diperoleh nilai p = 0,000. Aspek kepuasan pribadi memiliki nilai mean
empiris yang secara signifikan lebih besar dibanding mean teoritis dengan p = 0,000 p 0,05 yang berarti penyesuaian sosial mahasiswa Batak
Karo di Yogyakarta pada aspek ini rata-rata tinggi. Kategorisasi setiap aspek penyesuaian sosial digambarkan pada
tabel 17 di bawah ini:
Tabel 17 Kategorisasi Aspek-aspek Penyesuaian sosial
Aspek Penyesuaian
Sosial Skor
Kategori Distribusi
Subyek Persentase
Penampilan fisik 29
Sangat Tinggi 33
27,5 23
– 29
Tinggi 84
70 16
– 22 Rendah
3 2,5
16 Sangat Rendah
- -
Penyesuaian diri terhadap
kelompok 78
Sangat Tinggi 28
23,33 60
– 78 Tinggi
92 76,67
42 – 59
Rendah -
- 42
Sangat Rendah -
- Sikap sosial
85 Sangat Tinggi
33 27,5
65 – 85
Tinggi 86
71,67 46
– 84
Rendah 1
0,83 46
Sangat Rendah -
- Kepuasan pribadi
42 Sangat Tinggi
41 34,17
33 – 42
Tinggi 79
65,83 23
– 32 Rendah
- -
23 Sangat Rendah
- -
Pada tabel 17 di atas keempat aspek memiliki distribusi terbanyak pada kategori tinggi. Hasil perhitungan data menunjukkan bahwa aspek
penampilan fisik memiliki distribusi terbanyak pada kategori sangat
tinggi yaitu 27,5 cacah subjek. Kategori tinggi memiliki 70 cacah subjek dan 2,5 cacah subjek lainnya pada kategori rendah.
Aspek penyesuaian diri terhadap kelompok diketahui memiliki 23,33 mahasiswa Batak Karo yang masuk dalam kategori sangat tinggi.
Mahasiswa Batak Karo yang memiliki kategori tinggi sebanyak 76,67. Mahasiswa Batak Karo yang masuk dalam kategori sangat tinggi
pada aspek sikap sosial diketahui 27,5. Subjek yang berada pada kategori tinggi sebanyak 71,67 dan 0,83 lainnya tergolong dalam
kategori rendah. Aspek penyesuaian sosial keempat adalah kepuasan pribadi.
Mahasiswa Batak Karo pada kategori sangat tinggi sebanyak 34,17 dan 65,83 berada pada kategori tinggi.
D. Pembahasan
Hasil penelitian tentang penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta menunjukkan bahwa 27,5 memiliki penyesuaian sosial sangat
tinggi, 71,67 tinggi, dan 0,83 rendah. Pada penelitian ini penyesuaian sosial tidak memiliki mahasiswa dengan kategori sangat rendah.
Sebagian besar subjek 71,67 memiliki penyesuaian sosial yang tinggi dan 27,5 sangat tinggi. Hal ini berarti bahwa mahasiswa Batak Karo
telah memiliki penyesuaian sosial yang tinggi. Mahasiswa Batak Karo menunjukkan pentingnya menjalani kehidupan dan perannya sebagai
mahasiswa dan anggota masyarakat. Penerimaan masyarakat Yogyakarta terhadap keberadaan mahasiswa Batak Karo merupakan hal penting dalam
proses penyesuaian sosial karena agar hubungan berjalan dengan baik dibutuhkan kerja sama dari kedua belah pihak . Penyesuaian sosial yang
tinggi pada subjek dikarenakan penampilan fisik yang menarik, kemampuan menyesuaikan diri terhadap kelompok, sikap sosial yang menyenangkan, dan
kepuasan pribadi selama melakukan penyesuaian. Namun demikian, sebagian subjek 0,83 mahasiswa Batak Karo
masih kurang mampu dalam melakukan penyesuaian sosial. Hal ini berarti bahwa mahasiswa Batak Karo belum menunjukkan keberhasilannya dalam
menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat di Yogyakarta. Mahasiswa Batak Karo yang kurang mampu dalam penyesuaian sosial disebabkan oleh
ketidak-mampuan mereka dalam mengatasi konflik yang dihadapi. Salah satunya adalah perasaan kesulitan dalam memilih cara yang tepat untuk
menghadapi masalah atau tuntutan dari lingkungan. Pada kehidupan sehari-hari tidak semua orang mampu melakukan
penyesuaian sosial dengan baik. Ketidak-mampuan dalam melakukan penyesuaian sosial membuat mahasiswa Batak Karo bertindak secara tidak
rasional dan tidak efektif. Mereka yang tidak mampu melakukan penyesuaian sosial kemudian memunculkan sifat egosentris, cenderung menutup diri, anti
sosial dan mengalami hambatan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Hasil analisis data pada kategorisasi aspek penyesuaian sosial
menunjukkan bahwa skor terbesar pada kategori sangat tinggi dimiliki aspek kepuasan pribadi 34,17. Hasil ini berarti kepuasan mahasiswa Batak Karo
selama melakukan penyesuaian sosial di lingkungan masyarakat Yogyakarta
termasuk tinggi. Rasa puas tersebut dimiliki mahasiswa Batak Karo sebagai hasil dari aktifitas di lingkungan sosialnya.
Skor terbesar pada kategori tinggi dimiliki oleh aspek penyesuaian diri terhadap kelompok, yaitu 76,67. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
mahasiswa Batak Karo sudah memiliki kemampuan yang baik selama melakukan penyesuaian diri terhadap kelompok di tempat mereka
mengidentifikasikan dirinya. Aspek penampilan fisik adalah aspek yang memiliki skor terbesar
pada kategori rendah. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sebagian mahasiswa Batak Karo masih merasa kesulitan dalam menampilkan diri yang
menarik agar diterima di lingkungannya. Kemungkinan lainnya adalah bahwa sebagian mahasiswa Batak Karo merasa dengan penampilannya yang ada
mereka sudah diterima tanpa perlu melakukan penyesuaian apapun. Penampilan nyata memiliki 70 subjek dengan kategori tinggi dan
27,5 dengan kategori sangat tinggi. Penampilan nyata yang tinggi dilakukan mahasiswa dengan berpenampilan menarik sehingga memberi kemudahan
bagi subjek untuk diterima dengan baik di masyarakat dan pergaulan sehari- hari. Penerimaan sosial sangat dipengaruhi oleh penampilan mahasiswa
secara kasat mata dan kesan keseluruhan yang ditampakkan kepada sekitarnya baik penampilan fisik maupun perilaku sosialnya Mappiare,
1982. Subjek yang memiliki penampilan menarik memiliki kemungkinan
untuk lebih berbahagia dan lebih mudah menyesuaikan diri Hurlock, 1980.
Penampilan menarik membuat mahasiswa Batak Karo lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai lebih positif oleh orang lain dibanding mereka
yang berpenampilan
kurang menarik.
Kemampuan subjek
dalam menyesuaikan penampilan fisik dipengaruhi oleh faktor kondisi dan
konstitusi fisiknya. Hal ini karena kondisi fisik sangat mempengaruhi konsep diri individu Kartono, 1989.
Subjek yang tidak menerima kondisi fisiknya menghasilkan perasaan kurang percaya diri sehingga mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri.
Hal inilah yang kemungkinan dialami 2,5 mahasiswa Batak Karo yang masuk dalam kategori rendah terkait kemampuan mereka menyesuaikan diri
dengan penampilan fisiknya. Mappiare 1982 mengatakan bahwa subjek yang penilaian diri yang kurang atau bahkan tidak menerima dirinya akan
memproyeksikan penolakan terhadap keadaan masyarakat. Aspek penyesuaian diri terhadap kelompok sebagian besar memiliki
kategori tinggi 76,67 dan 23,33 sangat tinggi. Mahasiswa Batak Karo berarti memiliki penyesuaian diri terhadap kelompok yang sudah baik.
Mahasiswa Batak Karo menunjukkan bahwa sebagai mahluk sosial mereka tidak mampu menghindar dari lingkungan sosialnya. Penyesuaian diri
terhadap kelompok yang tinggi dikarenakan mahasiswa memenuhi kriteria- kriteria yang dipegang oleh kelompok tempatnya membaur. Penyesuaian diri
terhadap kelompok membantu subjek mengubah perilakunya agar memiliki hubungan yang menyenangkan dengan orang lain.
Penyesuaian sosial berkaitan dengan keberhasilan subjek dalam menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan secara khusus
terhadap kelompok tempat individu mengidentifikasikan dirinya Kartono, 1985. Pada penyesuaian diri subjek belajar mengabaikan kepentingan
pribadinya demi kepentingan bersama di dalam kelompok. Mut’tadin 2002 mengatakan bahwa tujuan penyesuaian diri baru tercapai ketika individu
mampu memenuhi tuntutan dari lingkungan. Sikap sosial memiliki sebagian besar subjek pada kategori tinggi
71,67 dan sangat tinggi 27,5. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masiswa Batak Karo telah memiliki sikap sosial yang sudah baik. Mahasiswa
Batak Karo menunjukkan bahwa hubungan dengan orang lain berjalan ketika individu bersikap menyenangkan dengan tidak mementingkan diri sendiri.
Sikap sosial yang tinggi terjadi karena mahasiswa Batak Karo bersedia ikut berpartisipasi dan menjalankan perannya dengan baik sebagai bagian dari
lingkungan masyarakat. Mahasiswa Batak Karo yang merupakan pendatang di Yogyakarta
memiliki posisi yang sama seperti di daerah asalnya, yaitu sebagai anggota masyarakat. Aturan dan norma yang berlaku kiranya perlu dipatuhi agar
setiap kepentingan terpenuhi dengan baik. Pengenalan terhadap aturan, norma dan nilai sosial, kebudayaan, adat istiadat, dan kepercayaan tentunya
diperlukan agar kedua belah pihak sama-sama merasa hak mereka tidak dilanggar
dan meminimalisir
kesalah-pahaman. Kematangan
dan perkembangan diperlukan karena membantu subjek dalam mengembangkan