Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial
Daradjat 1992 menambahkan bahwa saat hubungan menjadi kurang lancar dengan orang lain, maka individu merasakan tekanan batin dan
hambatan dalam melakukan tugas-tugasnya. Hambatan yang diperoleh dari hubungan yang kurang lancar
dengan orang lain menjadi sumber stres dan membangkitkan emosi tersendiri bagi individu. Keberhasilan individu dalam menangani
tekanan-tekanan membuat mereka mampu menjalani kehidupan dan perannya dengan baik.
Penyesuaian yang positif diperoleh individu melalui proses belajar. Cole 1963 mengemukakan beberapa tanda yang menunjukkan
penyesuaian sosial individu antara lain: a. Tanda-tanda kemasakan emosional, antara lain berupa perilaku tidak
tergantung pada orang lain, tidak sering meminta bantuan, tidak sering meminta perhatian khusus, tidak berusaha menarik perhatian,
menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab dan tidak bersikap kekanak-kanakan.
b. Tanda-tanda kecakapan sosial, antara lain berupa tidak ada perasaan malu yang berlebihan, memiliki rasa percaya diri, suka berkumpul
dengan teman-teman, mampu bergaul dan tidak menghindari teman dari jenis kelamin lain, mengikuti acara yang diadakan lingkungan
sekitar, tidak secara terus-menerus merasa cemas atau tidak aman, tidak ada kecenderungan menyendiri, tidak mengharapkan hak-hak
istimewa dan rendah hati.
c. Tidak memiliki kecenderungan melakukan perbuatan-perbuatan untuk menarik perhatian, antara lain tidak berusaha mentraktir teman-teman
agar disukai, bersedia menolong teman bila dibutuhkan, tidak berlebihan dalam sopan santun dan rasa hormat, tidak selalu
menyetujui apa yang dikatakan orang lain, tidak suka membual dengan hal-hal yang berlebihan, bisa menerima kritik, tidak cenderung
membenarkan diri sendiri dan bersikap pamer. d. Tanda-tanda kenormalan emosi, antara lain tidak mudah tenggelam
dalam lamunan, mau berpartisipasi di kelas, tidak selalu sedih, lesu dan murung, tidak mudah sakit hati, tidak peka yang berlebihan
terhadap gangguan, dan tidak terlalu khawatir. Kenyataannya tidak semua individu mampu melakukan
penyesuaian sosial yang positif dalam kehidupan sehari-hari. Penyesuaian sosial yang terganggu ditandai dengan munculnya sifat egosentrisme,
kecenderungan menutup diri, anti sosial dan hambatan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Salah satu upaya yang perlu dilakukan
untuk meminimalisir terjadinya gangguan dalam penyesuaian sosial adalah mahasiswa Batak Karo diharapkan belajar hidup berbaur dengan
masyarakat Yogyakarta. Tujuannya adalah agar mereka diterima dengan baik dan menghasilkan hubungan yang harmonis dalam hidup
bermasyarakat. Perubahan relasi dialami mahasiswa Batak Karo saat berhadapan
dengan lingkungan sosial yang baru. Melalui penyesuaian sosial yang
positif mahasiswa Batak Karo diharapkan memperoleh teman-teman baru dan berhasil dalam pergaulan. Dengan begitu setidaknya mereka mampu
menjalani kehidupan sosial dengan baik tanpa merasa kesepian karena ketidak-hadiran keluarga dan orang-orang terdekat.