Kemampuan penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo Di Yogyakarta sebuah studi deskriptif.

(1)

KEMAMPUAN PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA BATAK KARO DI YOGYAKARTA

SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

Efrita Karlina

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan penyesuaian sosial pada mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta. Penyesuaian sosial merupakan bagian dari proses perkembangan individu. Keberhasilan individu dalam menyesuaikan diri terhadap keadaan sosialnya sangat tergantung pada kemampuan penyesuaian yang dimiliki. Subyek dalam penelitian ini adalah 120 mahasiswa Batak Karo yang melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar skala penyesuaian sosial yang terdiri dari 110 item. Skala kemampuan penyesuaian sosial disusun langsung oleh peneliti yang selanjutnya dikonsultasikan pada dosen pembimbing sebagai professional judgement. Penyeleksian item menggunakan batasan rix≥ 0,20, dimana terdapat

38 item yang gugur dan 72 item valid. Koefisien reliabilitasnya diperoleh dengan teknik Alpha Cronbach yang menghasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,917. Data diolah dengan program SPSS for windows 16.00. Hasil analisis deskriptif data menunjukkan bahwa mean empiris 224,52 lebih besar dari mean teoritik yaitu sebesar 180 dengan p = 0,000 (p < 0,05), sehingga subyek memiliki kemampuan penyesuaian sosial yang tinggi.


(2)

THE ABILITY OF SOCIAL ADJUSTMENT

STUDENTS BATAK KARO IN YOGYAKARTA

A STUDY OF THE DESCRIPTIVE

Efrita Karlina

ABSTRACT

This study aims to determine the level of ability on the adjustment of social student was Karo in Yogyakarta. Social adjustment is part of the process of development of the individual. Individual success in adapting to the social state is highly dependent on the ability possessed adjustment. Subjects in this study were 120 students Batak Karo who go to college in Yogyakarta. Data collection is done with spread the scale of social adjustment comprising 110 items. The scale of the ability of social adjustment drawn up directly by researchers next were consulted in supervising lecturer as professional judgement. Select items using limits rix > 0.20, where there are 38 items that fall and 72 items valid. The coefficients reliabilitasnya obtained by the alpha cronbach technique that produces the value of the coefficients 0,917 of reliability. Mixed with data spss program for windows 16.00. Descriptive of the analysis of data show that the empirical 224,52 larger than the mean teoritik namely of 180 with p = 0,000 ( p <; 0.05 ), so that the subject of having the ability of the adjustment of high social.


(3)

KEMAMPUAN PENYESUAIAN SOSIAL

MAHASISWA BATAK KARO DI YOGYAKARTA

SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Efrita Karlina

099114138

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

KEMAMPUAN PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA BATAK KARO DI YOGYAKARTA

SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh : Efrita Karlina NIM : 099114138

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

SKRIPSI

KEMAMPUAN PENYESUAIAN SOSIAL

MAHASISWA BATAK KARO DI YOGYAKARTA

SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

Disusun Oleh: Ekita Karlina

NIM ; 099114138

Telah Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing,


(6)

SKRIPSI

KEMAMPUAN PENYESUAIAN SOSIAL

I\{AIIASISWA BATAK KARO DI YOGYAKARTA

SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Efrita Karlina

NIM : 099114138

ill


(7)

iv

Motto

Jangan pernah menyerah sebelum mencoba

Hidup itu pilihan

Mencoba dengan kemungkinan berhasil atau gagal, atau

Tidak melakukan apapun sama sekali

Semua tergantung pada diri sendiri

Setiap keputusan punya konsekuensi masing-masing

Siap-tidak siap, kita harus menghadapinya

Kendala pasti ada dan itu pun harus dihadapi

Pada akhirnya semua akan indah dan menyenangkan

Ada perasaan bangga dan kepuasan ketika kita mampu

mengerjakannya

Ini pelajaran hidup

Kelemahanku akan ku atasi sendiri

NEVER STOP TRYING. NEVER STOP BELIEVING. NEVER GIVE UP. YOUR DAY WILL COME


(8)

v

Karya Ini Saya Persembahkan Untuk :

Tuhan Yang Maha Esa untuk semua berkat-Nya, semoga setiap langkahku selalu dalam perlindungan-Nya

Kepada Bapak dan Mamak, terima kasih karena sudah mau menjadi bagian dari hidup Kar dan menyayangi Kar tanpa peduli apapun

Kepada Keluarga Besar Brahmana merga na, Bulang, Nenek, Mama-Mama, Bibik, Pak Uda, Mami dan lainnya, terima kasih atas dorongan dan semangat yang tidak henti-hentinya kalian berikan untuk Kar sampe akhirnya skripsi ini

selesai.

Kepada semua adik-adikku yang tercinta, Eben, Brema, Evan, Theo, Ronal, Alin, Ravael, Karen, dan Viona terima kasih kakak menyayangi kalian.

Semua keluarga dan sahabat-sahabat yang telah mendukung dari awal sampai akhir


(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhn-va bahwa skripsi yang saya mr

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarla,28 Mei 2015 Penulis

Efiita Karlina


(10)

vii

KEMAMPUAN PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA BATAK KARO DI YOGYAKARTA

SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

Efrita Karlina

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan penyesuaian sosial pada mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta. Penyesuaian sosial merupakan bagian dari proses perkembangan individu. Keberhasilan individu dalam menyesuaikan diri terhadap keadaan sosialnya sangat tergantung pada kemampuan penyesuaian yang dimiliki. Subyek dalam penelitian ini adalah 120 mahasiswa Batak Karo yang melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar skala penyesuaian sosial yang terdiri dari 110 item. Skala kemampuan penyesuaian sosial disusun langsung oleh peneliti yang selanjutnya dikonsultasikan pada dosen pembimbing sebagai professional judgement. Penyeleksian item menggunakan batasan rix ≥ 0,20,

dimana terdapat 38 item yang gugur dan 72 item valid. Koefisien reliabilitasnya diperoleh dengan teknik Alpha Cronbach yang menghasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,917. Data diolah dengan program SPSS for windows 16.00. Hasil analisis deskriptif data menunjukkan bahwa mean empiris 224,52 lebih besar dari mean teoritik yaitu sebesar 180 dengan p = 0,000 (p < 0,05), sehingga subyek memiliki kemampuan penyesuaian sosial yang tinggi.


(11)

viii

THE ABILITY OF SOCIAL ADJUSTMENT STUDENTS BATAK KARO IN YOGYAKARTA

A STUDY OF THE DESCRIPTIVE

Efrita Karlina

ABSTRACT

This study aims to determine the level of ability on the adjustment of social student was Karo in Yogyakarta. Social adjustment is part of the process of development of the individual. Individual success in adapting to the social state is highly dependent on the ability possessed adjustment. Subjects in this study were 120 students Batak Karo who go to college in Yogyakarta. Data collection is done with spread the scale of social adjustment comprising 110 items. The scale of the ability of social adjustment drawn up directly by researchers next were consulted in supervising lecturer as professional judgement. Select items using limits rix > 0.20, where there are 38 items that fall and 72 items valid. The coefficients reliabilitasnya obtained by the alpha cronbach technique that produces the value of the coefficients 0,917 of reliability. Mixed with data spss program for windows 16.00. Descriptive of the analysis of data show that the empirical 224,52 larger than the mean teoritik namely of 180 with p = 0,000 ( p <; 0.05 ), so that the subject of having the ability of the adjustment of high social.


(12)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Efrita Karlina

NIM

: 099114138

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul : KEMAMPUAN PENYESUAIAN SOSIAL

MAHASISWA BATAK KARO DI YOGYAKARTA

SEBUAH STUDI DESKRIPTIF

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak

untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain

untuk kepentingan akadernis tanpa perlu meminta i.jin

dari

saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantlulkan nama saya sebagai penulis.

Dernikian pernyataan ini saya br"rat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 26 Agustus 2015

"""ffiff*-'

(Efrita Karlina)


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat, karunia dan penyertaan yang tidak pernah ada habisnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Priyo Widiyanto, M.Si., dekan Fakultas Psikologi Univesitas Sanata Dharma, atas ijin untuk mengikuti ujian skripsi.

2. Ratri Sunar Astuti, M. Si., Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Univesitas Sanata Dharma, atas ijin untuk menyelesaikan studi.

3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabar meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi arahan dan masukan untuuk memperbaiki skripsi ini.

4. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi., Dosen Pembimbing Akademik yang memberi dukungan dan arahan dalam kegiatan akademik.

5. Mahasiswa Batak Karo yang ada di Yogyakarta selaku subyek penelitian yang telah bersedia membantu penulis dengan meluangkan sedikit waktu mereka terima kasih yang sebesar-besarnya. Bujur Melala. Mejuah-juah.

6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang memberikan ilmu pengetahuan dan semangat dalam mengenal dan mendalami ilmu psikologi.

7. Seluruh karyawan : Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gie, Mas Muji, dan Mas Doni, terima kasih banyak atas segala bantuan, bimbingan, dan pengalaman selama penulis berproses di Fakultas Psikologi Univesitas Sanata Dharma.

8. Kedua orang tua saya, Bapak Brutu dan Nande Biring yang selalu percaya pada anaknya, mendampingi, memberikan semangat, dan dukungan sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas ini.


(14)

xi

9. Kepada keluarga besar Brutu ras Brahmana mergana, dan semua adikku yang tercinta terima kasih atas dukungan dan semua-semuanya.

10.Orang tua di Organisasi Karo Katolik Yogyakarta (KKY) selaku pengganti orang tua penulis selama tinggal di Yogyakarta yang selalu perhatian dan memberikan dukungannya, Bujur melala man bandu orang tua kami. Mejuah-juah..

11.Buat Ikha Br Sitepu, Elis Br Karo Sekali, Reka Br Ginting, Saina Br Bangun, Joni Rasmamana, Lias Br Sembiring, Petrus Surbakti, Sion Barus dan Arima Br Sembiring selaku orang yang menemani dan membantu penulis menyebarkan kuesioner terima kasih banyak.

12.Buat teman-teman seperjuanganku Rima, Yatim, Richard, Andre ting-ting, Engger, Uki, Yoha, Togar, Alvia, Meri, Bang Yos, Reska terima kasih sudah bersedia menjadi teman penulis berbagi kesulitan serta memberi dukungan selama proses pengerjaan skripsi ini.

13.Terima kasih juga kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang sudah setia mengingatkan, memberi semangat, dan membantu pengerjaan skripsi ini. Terima kasih banyak.

Akhir kata, penulis menyadari masih memiliki kekurangan dari skripsi ini, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun. Terima kasih.

Penulis,


(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN MOTTO……….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. vi

ABSTRAK……….... vii

ABSTRACT……….. viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………. ix

KATA PENGANTAR………... x

DAFTAR ISI……….… xii

DAFTAR TABEL………... xvi


(16)

xiii

BAB I. PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang……….……… 1

B. Rumusan Masalah………. 5

C. Tujuan Penelitian……….. 5

D. Manfaat Penelitian……… 5

BAB II. LANDASAN TEORI………... 7

A. Penyesuaian Sosial……….……..……… 7

1. Pengertian Penyesuaian Sosial………... 7

2. Aspek-aspek Penyesuaian Sosial………... 9

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial……... 11

4. Penyesuaian Sosial yang Baik……… 14

B. Mahasiswa……….... 17

C. Kehidupan Masyarakat Yogyakarta………. 19

D. Suku Batak Karo……….. 20

E. Penyesuaian Sosial Mahasiswa Batak Karo Di Yogyakarta……… 22

F. Skema Penyesuaian Sosial……… 27

BAB III. METODE PENELITIAN……… 28


(17)

xiv

B. Subyek Penelitian………. 28

C. Variabel Penelitian……… 30

D. Defenisi Operasional………. 30

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data………... 30

1. Jenis Alat Ukur………... 30

2. Penentuan Skor……… 31

3. Blue Print Skala……….. 32

4. Uji Coba Penelitian………. 33

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur……… 33

1. Validitas……….. 33

2. Seleksi Item……… 34

3. Reliabilitas……….. 36

G. Prosedur Penelitian……….. 37

H. Metode Analisis Data………... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 40

A. Pelaksanaan Penelitian……….. 40


(18)

xv

C. Deskripsi Data Penelitian………. 41

1. Deskripsi Data Penelitian secara Umum………... 41

2. Deskripsi Data Berdasarkan Aspek Penyesuaian Sosial……... 43

D. Pembahasan………... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………...………. 54

A. Kesimpulan………... 54

B. Keterbatasan Penelitian……… 54

C. Saran………. 54

1. Bagi Subyek Penelitian………... 54

2. Bagi Peneliti Selanjutnya………... 54

DAFTAR PUSTAKA……….. 55


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Blue Print Skala Uji Coba Terpakai Penyesuaian Sosial

Mahasiswa Batak Karo Di Yogyakarta……….. 32

Tabel 2. Rincian Hasil Perhitungan Item yang Valid dan Gugur………. 35

Tabel 3. Kriteria Guilford……….. 36

Tabel 4. Norma Kategorisasi Kemampuan Penyesuaian Sosial……….. 38

Tabel 5. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov……… 40

Tabel 6. Data Hasil Penelitian……… 41

Table 7. One-Sample Test………... 41

Tabel 8. Kategorisasi Penyesuaian Sosial pada Mahasiswa Batak Karo

Di Yogyakarta……….. 42

Tabel 9. Hasil Analisis Deskriptif Data Penelitian

Aspek Penampilan Nyata………….………... 43

Tabel 10. One-Sample Test Aspek Penampilan Nyata..……….. 44 Tabel 11. Hasil Analisis Deskriptif Data Penelitian

Aspek Penyesuaian Diri Terhadap Kelompok….………... 44

Tabel 12. One-Sample Test Aspek Penyesuaian Diri Terhadap Kelompok.. 45 Tabel 13. Hasil Analisis Deskriptif Data Penelitian


(20)

xvii

Tabel 14. One-Sample Test Aspek Sikap Sosial………... 46 Tabel 15. Hasil Analisis Deskriptif Data Penelitian

Aspek Kepuasan Pribadi.………….………... 46

Tabel 16. One-Sample Test Aspek Kepuasan Pribadi……….. 46


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Skala Penelitian……… 59

Lampiran B Reliabilitas Skala Uji Coba Skala Penyesuaian Sosial... 69

Lampiran C Reliabilitas Skala Penyesuaian Sosial Setelah Dilakukan

Seleksi Item... 73


(22)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Yogyakarta adalah kota yang dikenal dengan sebutan Kota Pelajar, dengan penduduk produktif hampir 20% pelajar dan kehadiran 137 perguruan tinggi untuk studi (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Yogyakarta). Pelajar setiap tahunnya berdatangan dari segala penjuru tanah air. Sebagian besar bertujuan untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang Perguruan Tinggi.

Menurut Sarwono (2011) mahasiswa strata 1 rata-rata berusia 18 sampai dengan 24 tahun. Melihat dari sudut pandang perkembangan, usia 18 sampai dengan 21 tahun adalah usia remaja. Sarwono (2011) menambahkan bahwa pedoman umum yang digunakan di Indonesia sebagai batasan usia remaja adalah umur 11 tahun hingga 24 tahun. Dengan demikian, mahasiswa dalam rentang usia tersebut berada dalam masa remaja. Pada masa remaja mahasiswa memerlukan kemampuan penyesuaian dalam berbagai hal, yaitu pengembangan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan, serta kemampuan dalam memecahkan masalah-masalah dan dalam kaitannya dengan lingkungan (Carballo dalam Sarwono, 2011).

Pada dasarnya mahasiswa adalah mahluk sosial yang selalu menjadi bagian dari lingkungan tertentu. Dalam setiap lingkungan yang berbeda mahasiswa selalu dihadapkan pada harapan-harapan, situasi dan tuntutan


(23)

yang berbeda. Menurut Siswanto (2007) kekurang-mampuan mahasiswa dalam melakukan penyesuaian terhadap situasi dan tuntutan menimbulkan perasaan tertekan. Kekurang-mampuan mahasiswa dalam melakukan penyesuaian berpengaruh terhadap kesehatan mental mereka (Siswanto, 2007).

Bangun (2010) menyatakan bahwa masa awal perkuliahan merupakan masa yang membutuhkan banyak penyesuaian bagi mahasiswa baru. Kemampuan penyesuaian dibutuhkan tidak hanya terhadap diri sendiri tetapi juga terhadap lingkungan dan kehidupan sosialnya.

Artanty (2008) menegaskan bahwa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru bukanlah hal yang mudah. Kebiasaan di lingkungan sebelumnya belum tentu berlaku di lingkungan yang baru, terlebih ketika situasi di daerah asal mereka ternyata berbeda sama sekali dengan situasi di tempat yang baru (Siswanto, 2007). Proses penyesuaian dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain dikenal dengan istilah penyesuaian sosial.

Schneiders (1964) mengatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan kemampuan untuk melakukan suatu tindakan secara efektif dan sehat terhadap realitas, situasi, dan hubungan sosial. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2001) persoalan dalam pergaulan muncul ketika mahasiswa bertemu dengan teman-teman yang baru dan mulai menjalin relasi yang lebih matang. Persoalan menjadi lebih kompleks bagi mahasiswadari luar kota atau suku yang berbeda, karena tekanan yang dirasakan lebih besar. Selama proses


(24)

menyelesaikan studi mereka menghabiskan beberapa tahun kedepan dengan tinggal di lingkungan yang baru.

Penyesuaian sosial dibutuhkan agar mahasiswa pendatang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di lingkungan yang baru. Penerimaan dari masyarakat akan memudahkan mahasiswa berbaur dan berinteraksi dengan lingkungan yang baru. Mahasiswa juga akan lebih mampu berhadapan dengan tuntutan selama menjalani perkuliahan di Yogyakarta.

Proses penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat (Fatimah, 2006). Setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa memiliki sistem nilai dan norma yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu perkenalan mahasiswa pendatang terhadap lingkungannya yang baru serta usaha mematuhi sistem agar dapat menjadi bagian dan membentuk kepribadian.

Mahasiswa yang berasal dari suku Batak Karo merupakan salah satu dari sekian banyak pendatang yang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di kota Yogyakarta. Dari tahun 2009 sampai tahun 2014 setidaknya telah terdaftar ± 400 mahasiswa Batak Karo yang menempuh studi di Yogyakarta (Laporan Ikatan Mahasiswa Karo Yogyakarta, 2014). Suku Batak Karo dan masyarakat di Yogyakarta sama-sama berada di Indonesia, namun tetap memiliki perbedaan seperti adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan, pedoman tingkah laku maupun nilai dan norma kehidupan.

Bangun (1986) berpendapat bahwa salah satu sifat suku Batak Karo adalah mudah menyesuaikan diri. Akan tetapi berdasarkan pengamatan


(25)

peneliti, sebagian mahasiswa Batak Karo masih kurang mampu melakukan penyesuaian sosial dengan baik terhadap kehidupan masyarakat Yogyakarta. Beberapa mahasiswa Batak Karo lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan teman atau perkumpulan sesuku daripada berbaur dengan masyarakat setempat.

Mahasiswa Batak Karo membutuhkan kemampuan penyesuaian sosial berkaitan dengan sikap sosial yang baik selama hidup berdampingan dengan masyarakat Yogyakarta. Kemampuan ini dibutuhkan agar kehidupan mahasiswa Batak Karo dan dalam lingkungan sosialnya dapat berlangsung dengan baik dan mahasiswa Batak Karo juga dapat berperan serta sebagai bagian dari anggota masyarakat. Sifat pemalu dan mudah tersinggung yang dimiliki mahasiswa Batak Karo menjadi penghambat mereka dalam melakukan penyesuaian sosial (Bangun, 1986). Ketidak-mampuan mahasiswa Batak Karo dalam menyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya akan berpengaruh terhadap perkembangan dirinya, secara khusus pada studi di perguruan tinggi dan relasi dengan orang-orang disekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo. Subyek penelitian adalah mahasiswa yang berasal dari suku Batak Karo dan sedang menempuh kuliah di Yogyakarta. Peneliti sengaja memilih subyek dari suku Batak Karo karena perbedaan diantara suku Batak Karo dengan suku Jawa di Yogyakarta. Dilatarbelakangi oleh suku bangsa yang berbeda, keduanya memiliki perbedaan dalam hal nilai dan norma sosial yang berlaku


(26)

dimasyarakat mereka sehingga sebagai pihak pendatang mahasiswa Batak Karo membutuhkan perkenalan terhadap nilai dan norma sosial yang berlaku dimasyarakat Yogyakarta. Mahasiswa Batak Karo dituntut melakukan penyesuaian sosial dengan baik sebagai pendatang agar dapat berbaur dengan kehidupan sosial di Yogyakarta dan pada akhirnya dapat diterima menjadi bagian dari mereka.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi kemampuan penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo yang kuliah di Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo yang kuliah di Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi sosial dalam melihat penyesuaian sosial antara dua kelompok masyarakat atau suku bangsa yang berbeda, dalam hal ini adalah suku Batak Karo dan masyarakat di Yogyakarta.


(27)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa Batak Karo

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan informasi sekaligus penyadaran mengenai kemampuan penyesuaian sosial untuk perkembangan kepribadian yang sehat dan matang.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk menggunakan ilmu yang diperoleh selama menempuh studi di Fakultas Psikologi.


(28)

7

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Penyesuaian Sosial

1. Pengertian Penyesuaian Sosial

Penyesuaian sosial merupakan bagian dari proses perkembangan individu. Manusia adalah mahluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Agar hubungan interaksi berjalan baik, maka individu diharapkan mampu untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya (Wedjajati, 2008).

Menurut Schneiders (dalam Hurlock, 1990) penyesuaian sosial merupakan proses mental dan tingkah laku yang mendorong individu untuk menyesuaikan diri dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri sehingga diterima oleh lingkungan. Hurlock (1990) menambahkan bahwa penyesuaian sosial merupakan keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum dan terhadap kelompok secara khusus. Kemampuan penyesuaian sosial dapat berkembang ketika individu menghormati hak-hak orang lain, belajar bergaul dengan baik, mengembangkan persahabatan dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas sosial. Penyesuaian sosial terjadi karena dorongan dari individu untuk memenuhi kebutuhan. Penyesuaian sosial


(29)

membantu individu memenuhi tuntutan hidup bermasyarakat dengan cara yang diterima dan memuaskan.

Individu memiliki penyesuaian yang baik ketika mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga, pendidikan atau masyarakat (Artanty, 2008). Kemampuan penyesuaian pribadi dan sosial secara umum, terutama bagi masyarakat yang cepat berubah, merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki setiap individu (Mappiare, 1982). Hal ini dikarenakan perubahan sosial menuntut kemampuan individu dalam mengikuti setiap perubahan yang bisa saja terjadi setiap waktu.

Penyesuaian sosial berhubungan dengan keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain dan kelompok individu mengidentifikasikan dirinya (Kartono, 1985). Penyesuaian sosial berlangsung dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, lingkungan pendidikan, teman, atau masyarakat luas secara umum. Pada proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.

Secara umum disimpulkan bahwa penyesuaian sosial adalah keberhasilan proses mental dan tingkah laku individu untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan kelompok sesuai dengan


(30)

keinginan diri sendiri dan tuntutan lingkungan. Kemampuan penyesuaian sosial berkembang ketika individu menghormati hak-hak orang lain, belajar bergaul dengan baik, mengembangkan persahabatan dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas sosial.

2. Aspek Penyesuaian Sosial

Menurut Hurlock (1988) individu dengan penyesuaian diri yang baik mempelajari berbagai keterampilan sosial seperti kemampuan menjalin hubungan diplomatis dengan orang lain, baik dengan teman maupun orang yang tidak dikenalnya. Hurlock (1988) mengatakan bahwa terdapat 4 kriteria penyesuaian sosial. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penampilan Nyata

Penampilan fisik merupakan suatu modal yang menjamin hubungan individu dan lingkungan sosialnya. Individu yang berpenampilan fisik menarik memiliki potensi menguntungkan seperti kemudahan dalam berteman.

Menurut Hurlock (1980) individu yang berpenampilan menarik memiliki kemungkinan lebih berbahagia dan lebih mudah menyesuaikan diri, karena lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai lebih positif dibanding mereka yang berpenampilan kurang menarik. Mappiare (1982) menambahkan remaja menyadari bahwa penerimaan sosial sangat dipengaruhi oleh kesan keseluruhan yang


(31)

ditampakkan baik berupa penampilan fisik seperti bentuk tubuh, tampang, pakaian dan perhiasan maupun perilaku sosial.

b. Penyesuaian Diri Terhadap Kelompok

Pada dasarnya penyesuaian diri bertujuan mengubah perilaku individu agar hubungan yang berlangsung lebih sesuai dan menyenangkan antara individu dan lingkungannya. Menurut Mu’tadin (2002) tujuan penyesuaian diri baru tercapai apabila individu mampu memenuhi tuntutan lingkungan. Individu perlu memenuhi kriteria-kriteria yang dipegang oleh kelompok agar diterima dan dihargai sebagai salah satu anggota. Individu lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok.

c. Sikap Sosial

Sikap sosial merupakan kemampuan individu dalam menunjukkan sikap yang menyenangkan, ikut berpartisipasi dan menjalankan peran dengan baikdalam kegiatan sosial. Menurut Wahyuningsih (2008) sikap sosial yang diharapkan berupa kesediaan untuk membantu meskipun sedang mengalami kesulitan tanpa berharap imbalan atau balas jasa. Ikut serta dalam acara kerja bakti yang diadakan oleh warga setempat merupakan bentuk kesadaran individu telah menjadi bagian dari lingkungan di tempat tinggalnya.

Hurlock (1980) mengemukakan bahwa individu yang mengikuti berbagai kegiatan sosial akan memiliki wawasan sosial yang lebih luas. Wawasan sosial membuat individu menilai


(32)

lingkungan sosial dengan lebih baik sehingga penyesuaian diri dalam situasi sosial menjadi semakin baik.

d. Kepuasan Pribadi

Kepuasan pribadi ditandai dengan perasaan bahagia karena mengambil bagian dalam aktivitas kelompok dan mampu menerima diri sendiri apa adanya dalam situasi sosial. Individu yang mampu menyesuaikan diri dengan baik secara sosial memiliki kepuasan terhadap kontak sosial dan peran yang dimiliki.

Prestasi yang baik memberi kepuasan bagi individu serta menimbulkan harga diri yang tinggi, dan harga diri yang tinggi sangat mendukung individu dalam menyesuaikan diri. Sebaliknya individu yang merasa tidak puas pada diri sendiri cenderung memiliki sikap-sikap menolak dirinya sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik (Hurlock, 1980).

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, maka disimpulkan bahwa penyesuaian sosial mengandung aspek-aspek penampilan nyata, penyesuaian diri dalam kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial

Penyesuaian sosial merupakan suatu proses yang tidak mudah dilakukan terdapat tuntutan dan situasi berbeda yang perlu dipenuhi. Menurut Schneiders (1964) penyesuaian sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lan:


(33)

a. Kondisi dan Konstitusi Fisiknya

Kondisi fisik dan penentunya meliputi keturunan, fisik, dan kesehatan. Kondisi fisik sangat mempengaruhi konsep diri individu. Mereka yang tidak dapat menerima kondisi fisiknya menjadi kurang percaya diri sehingga mengalami kesulitan menyesuaikan diri. Perasaan yang muncul pada individu adalah perasaan tidak betah, tidak aman dan merasa asing berada di dalam kelompok sehingga saat berkomunikasi menjadi kurang spontan dan terlihat lebih membatasi diri dalam berperilaku.

b. Konsep Diri

Konsep diri adalah aspek yang penting dalam diri individu karena merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan (Agustiani, 2006). Faktor konsep diri yaitu persepsi, penilaian dan reaksi individu yang menunjukkan suatu kesadaran diri dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti yang dilakukan terhadap dunia di luar dirinya. Mappiare (1982) berpendapat bahwa remaja yang memiliki penilaian diri yang kurang dan tidak menerima dirinya akan memproyeksikan penolakan diri terhadap keadaaan masyarakat.

c. Kematangan dan Perkembangannya

Kematangan yang dimaksud mencakup faktor intelektual, kematangan sosial dan moral serta kematangan emosional. Kematangan ini berkaitan dengan kemampuan bertindak mencapai


(34)

tujuan, berpikir rasional, dan berhubungan dengan lingkungan sosial secara efektif, serta kestabilan emosi sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian sosial. Kematangan-kematangan tersebut membuat individu mengembangkan pola pikir yang lebih dewasa dalam merespon lingkungan. Individu yang sehat dan matang memenuhi tuntutan-tuntutan yang diterima dari lingkungan sosial (Hurlock, 1999).

d. Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis berupa pengalaman individu, trauma, frustasi dan konflik yang dialami, serta kondisi psikologis individu dalam penyesuaian diri berperan sebagai kondisi pendahulu bagi terbentuknya tingkah laku. Freud (dalam Hurlock, 1999) menyatakan bahwa pengalaman sosial pada masa kanak-kanak berperanan penting dalam membentuk penyesuaian sosial individu di masa selanjutnya. e. Kondisi Lingkungan dan Alam Sekitar

Kondisi yang dimaksud yaitu keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan kerja, teman dan lain-lain yang turut berperan dalam menentukan keberhasilan individu dalam menyesuaikan diri. Kondisi lingkungan berupa perilaku yang diterima dan tidak yang disesuaikan dengan standar perilaku masyarakat. Hurlock (1999) menyatakan bahwa keadaan lingkungan yang medukung dan penuh penerimaan memperlancar proses penyesuaian individu.


(35)

f. Adat istiadat, Norma-norma Sosial, Kepercayaan dan Kebudayaan Faktor ini mengatur pola pikir dan perilaku individu dalam lingkungan sehingga individu belajar untuk menyesuaikan diri. Individu melakukan penyesuaian diri dengan berbekal adat istiadat, norma, kepercayaan, dan kebudayaan di lingkungan mereka.

Berdasarkan pemaparan di atas, disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial adalah kondisi fisik, konsep diri, kondisi lingkungan sekitar, tingkat kematangan, kondisi psikologis dan kebudayaan.

4. Penyesuaian Sosial yang Positif

Menurut Schneiders (1964) penyesuaian sosial yang positif ditandai dengan munculnya respon-respon yang matang, efisien, memuaskan, dan sehat. Dengan kata lain, individu yang memiliki penyesuaian sosial positif dengan keterbatasan kemampuan dan kepribadiannya, mampu belajar bereaksi terhadap diri dan lingkungan dengan cara yang matang, efisien, sehat dan memuaskan.

Penyesuaian sosial yang positif membutuhkan pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kualitas-kualitas lainnya tergantung situasi yang tengah berlangsung. Kebanyakan individu tidak memiliki satu atau lebih karakteristik ini karena keterbatasan kapasitas untuk melakukan penyesuaian diri yang positif pada setiap situasi.

Manusia sebagai mahluk sosial tidak mampu menghindarkan diri dari pergaulan atau hubungan dengan orang lain dalam interaksi sosial.


(36)

Daradjat (1992) menambahkan bahwa saat hubungan menjadi kurang lancar dengan orang lain, maka individu merasakan tekanan batin dan hambatan dalam melakukan tugas-tugasnya.

Hambatan yang diperoleh dari hubungan yang kurang lancar dengan orang lain menjadi sumber stres dan membangkitkan emosi tersendiri bagi individu. Keberhasilan individu dalam menangani tekanan-tekanan membuat mereka mampu menjalani kehidupan dan perannya dengan baik.

Penyesuaian yang positif diperoleh individu melalui proses belajar. Cole (1963) mengemukakan beberapa tanda yang menunjukkan penyesuaian sosial individu antara lain:

a. Tanda-tanda kemasakan emosional, antara lain berupa perilaku tidak tergantung pada orang lain, tidak sering meminta bantuan, tidak sering meminta perhatian khusus, tidak berusaha menarik perhatian, menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab dan tidak bersikap kekanak-kanakan.

b. Tanda-tanda kecakapan sosial, antara lain berupa tidak ada perasaan malu yang berlebihan, memiliki rasa percaya diri, suka berkumpul dengan teman-teman, mampu bergaul dan tidak menghindari teman dari jenis kelamin lain, mengikuti acara yang diadakan lingkungan sekitar, tidak secara terus-menerus merasa cemas atau tidak aman, tidak ada kecenderungan menyendiri, tidak mengharapkan hak-hak istimewa dan rendah hati.


(37)

c. Tidak memiliki kecenderungan melakukan perbuatan-perbuatan untuk menarik perhatian, antara lain tidak berusaha mentraktir teman-teman agar disukai, bersedia menolong teman bila dibutuhkan, tidak berlebihan dalam sopan santun dan rasa hormat, tidak selalu menyetujui apa yang dikatakan orang lain, tidak suka membual dengan hal-hal yang berlebihan, bisa menerima kritik, tidak cenderung membenarkan diri sendiri dan bersikap pamer.

d. Tanda-tanda kenormalan emosi, antara lain tidak mudah tenggelam dalam lamunan, mau berpartisipasi di kelas, tidak selalu sedih, lesu dan murung, tidak mudah sakit hati, tidak peka yang berlebihan terhadap gangguan, dan tidak terlalu khawatir.

Kenyataannya tidak semua individu mampu melakukan penyesuaian sosial yang positif dalam kehidupan sehari-hari. Penyesuaian sosial yang terganggu ditandai dengan munculnya sifat egosentrisme, kecenderungan menutup diri, anti sosial dan hambatan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya gangguan dalam penyesuaian sosial adalah mahasiswa Batak Karo diharapkan belajar hidup berbaur dengan masyarakat Yogyakarta. Tujuannya adalah agar mereka diterima dengan baik dan menghasilkan hubungan yang harmonis dalam hidup bermasyarakat.

Perubahan relasi dialami mahasiswa Batak Karo saat berhadapan dengan lingkungan sosial yang baru. Melalui penyesuaian sosial yang


(38)

positif mahasiswa Batak Karo diharapkan memperoleh teman-teman baru dan berhasil dalam pergaulan. Dengan begitu setidaknya mereka mampu menjalani kehidupan sosial dengan baik tanpa merasa kesepian karena ketidak-hadiran keluarga dan orang-orang terdekat.

B. Mahasiswa

Pendatang sebagai pihak yang menjalani proses penyesuaian sosial menjadi faktor penting dalam penelitian ini. Istilah pendatang dapat diartikan sebagai orang asing atau orang yang bukan merupakan penduduk asli (KBBI, 2008). Proses penyesuaian sosial membutuhkan waktu yang cukup lama karena pendatang mahasiswa Batak Karo melakukan penyesuaian sosial selama tinggal dan kuliah di Yogyakarta.

Menurut Hoetomo (2005) mahasiswa merupakan sebutan untuk pelajar di perguruan tinggi. Tahap pendidikan yang dijalani oleh pelajardimulai dari TK, SD, SMP, SMA dan jika beruntung sampai ke tahap perguruan tinggi yaitu sebagai mahasiswa. Pada umumnya usia mahasiswa berkisar berkisar antara 18 atau 19 tahun. Kartono (1985) menjabarkan mahasiswa dalam beberapa sudut pandang sebagai berikut:

1. Mahasiswa adalah manusia dalam masa perkembangan

Pada umumnya mahasiswa berada pada masa remaja, sehingga perkembangan yang dialami pun berkaitan dengan masa remaja.Masa peralihan yang dialami remaja menjadi mahasiswa merupakan masa yang penuh tantangan dan kesukaran karena menuntut mereka menentukan sikap dan pilihan, serta kemampuan menyesuaikan diri.


(39)

2. Mahasiswa adalah anggota masyarakat

Mahasiswa sebagai bagian dari anggota masyarakat memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:

a. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di Perguruan tinggi

b. Lewat kesempatan yang dimiliki diharapkan pada saatnya mahasiswa bertindak sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja. c. Diharapkan menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses

modernisasi.

d. Dengan pembinaan di perguruan tinggi diharapkan mampu memasuki dunia kerja sebagai tenaga kerja yang profesional. 3. Mahasiswa adalah manusia yang berpribadi

Pembinaan kemampuan dan keterampilan sebagai pemimpin dan manusia cerdas yang terus belajar tidak akan lengkap tanpa disertai pembinaan kepribadian. Pribadi yang dituju adalah pribadi yang harmonis, integral dan bulat, sehat dan seimbang, serta pribadi yang mandiri dan mampu menyesuaikan diri dengan baik.

Berdasarkan uraian mengenai mahasiswa sebagai pendatang di atas maka disimpulkan bahwa mahasiswa pendatang adalah mahasiswa yang berasal dari luar kota/wilayah dan menjalani studi mereka di perguruan tinggi mempersiapkan diri untuk memenuhi harapan masyarakat dan menjalani


(40)

perannya sebagai anggota masyarakat yang memiliki pribadi yang baik dengan upaya menyesuaikan diri.

C. Kehidupan Masyarakat Yogyakarta

Masyarakat Yogyakarta terdiri dari semua orang yang lahir dan besar di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan D.I.Y., atau telah menetap dan tinggal di daerah povinsi D.I.Y. relatif lama, terdaftar dalam kartu keluarga D.I.Y., atau memiliki kartu tanda penduduk tetap serta berdomisili di provinsi D.I.Y (Sihombing, 2010). Sebagai ibukota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kota Yogyakarta memiliki banyak predikat, baik yang berasal dari sejarah maupun potensi yang dimiliki, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pariwisata dan kota pelajar.

Secara umum budaya yang dominan terdapat di Yogyakarta adalah budaya Jawa. Masyarakat di Yogyakarta dikenal memiliki budaya yang menjunjung nilai-nilai kehalusan, pengendalian diri, penyembunyiaan perasaan, dan lebih menjauhi kekerasan dalam bertindak. Salah satu pedoman dalam kehidupan bermasyarakat di Yogyakarta adalah budaya Ngayogyakarta Hadiningrat. Secara filosofis, budaya Jawa, khususnya budaya

Ngayogyakarta Hadiningrat digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan masyarakat yang penuh dengan kedamaian, keamanan, keteraturan, dan sejahtera di Yogyakarta (Handayani dan Novianto, 2004.

Tata krama merupakan salah satu bagian terpenting yang tetap dijunjung oleh suku Jawa, dalam hal ini masyarakat di Yogyakarta. Tata krama menyangkut pengaturan cara berbicara atau budi bahasa, cara


(41)

berpakaian, cara makan, cara berjalan, cara duduk, dan cara-cara menampilkan diri lainnya pada berbagai kesempatan (Adimassana, 2004). Tata krama Jawa bertujuan untuk mengatur perilaku setiap individu agar tidak vulgar mengikuti dorongan perasaan, pikiran dan keinginan yang muncul secara spontan dalam diri sendiri, melainkan mengikuti norma-norma kepantasan sosial yang lazim (Suryomentaram dalam Adimassana, 2004).

D. Suku Batak Karo

Suku Batak Karo merupakan suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Bahasa yang digunakan dalam percakapan mereka sehari-hari adalah Bahasa Karo. Suku ini adalah salah satu bagian dari suku Batak. Sedikit berbeda dengan suku Batak pada umumnya, suku Batak Karo memiliki karakter yang berbeda dalam cara bersikap dan menanggapi suatu masalah. Suku Batak Karo ketika berkomunikasi memiliki tutur kata yang lebih halus dan nada suara yang lebih lembut dibanding suku Batak yang lain.

Bangun (1986) menyatakan bahwa berdasarkan pendapat para ahli adat dan pengalaman orang-orang tua serta pengalaman sehari-hari, sifat-sifat

kalak Karo (suku Batak Karo) berwujud pada perilaku. Sifat dan perwatakan suku Karo yang masih melekat pada anggota masyarakat Karo pada umumnya adalah sebagai berikut :

1. Jujur dan Percaya diri 2. Pemalu


(42)

4. Mudah tersinggung dan dendam 5. Berpendirian tetap dan pragmatis 6. Sopan

7. Menjaga baik nama baik keluarga dan harga diri 8. Rasional dan kritis

9. Mudah menyesuaikan diri 10.Gigih mencari ilmu 11.Iri

Suku Batak Karo senantiasa memegang teguh nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang mereka. Dalam kehidupan dewasa ini, suku Batak Karo senantiasa menyadari pentingnya kebersamaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kesadaran tersebut terlihat dari bentuk kedekatan yang diwariskan leluhur di suku Batak Karo dalam hubungannya dengan pencipta, alam dan antar sesama manusia baik sesama suku Batak Karo maupun di luar suku Batak Karo.

Ciri khas suku Batak Karo adalah kenyataan bahwa mereka memiliki banyak saudara meskipun itu orang yang tidak dikenal. Seperti suku Batak pada umumnya, suku Batak Karo memiliki jalinan persaudaraan/kekerabatan yang dihubungkan oleh “merga” yang dimiliki oleh suku Batak Karo sejak mereka lahir. Cukup dengan menyebutkan merga untuk laki-laki dan beru

untuk perempuan, maka suku Batak Karo mengetahui hubungan kekerabatan dengan orang lain sesama suku. Kenyaatan menarik yang lain adalah bahwa


(43)

sistem “merga” tidak hanya digunakan pada sesama suku Batak Karo, tetapi juga digunakan pada suku Batak secara umum.

E. Penyesuaian Sosial Mahasiswa Batak Karo Di Yogyakarta

Mahasiswa Batak Karo merupakan mahasiswa dari suku Batak Karo dan masih terdaftar sebagai mahasiswa di perguruan tinggi negeri atau swasta di Yogyakarta. Pada umumnya mahasiswa Batak Karo datang dari daerah Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Namun seiring dengan perkembangan zaman, suku Batak Karo tidak lagi hanya berasal dari daerah Dataran Tinggi Karo, tetapi juga datang dari beberapa daerah lain di Indonesia. Data yang jelas mengenai awal suku Batak Karo menjadi pendatang dan mendaftar sebagai mahasiswa di Yogyakarta belum ditemukan.

Suku Batak Karo yang berdomisili di Yogyakarta terdiri dari pelajar, mahasiswa dan beberapa dari mereka sudah membangun keluarga. Seperti mahasiswa pada umumnya, mahasiswa Batak Karo cenderung memilih untuk mencari tempat tinggal yang berjarak berdekatan dengan universitas tempat perkuliahan mereka. Interaksi dan relasi yang dihasilkan hanya berada pada lingkup yang terbatas, namun tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk melakukan interaksi yang lebih luas dengan sesama mahasiswa Batak Karo lain. Interaksi yang lebih luas tercapai ketika mahasiswa Batak Karo mengikuti perkumpulan suku Batak Karo yang ada di Yogyakarta. Setiap universitas di Yogyakarta, baik yang negeri atau swasta memiliki perkumpulan tersendiri misalnya untuk Universitas Sanata Dharma diberi


(44)

nama “Rakut Sitelu”, UGM diberi nama “Piso Surit”, Universitas Atmajaya diberi nama “Jambur Purpursage”, UKDW diberi nama “Merga Silima”, UPN diberi nama “Tutur Siwaluh”, dan AKAKOM diberi nama “Mejuah -juah”, dan lain-lain. Selain perkumpulan antar universitas suku Batak Karo juga memiliki perkumpulan lain yang digolongkan atas beberapa kategori, seperti agama, marga, dan asal daerah. Sebagian besar mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta tergabung dalam suatu organisasi kesukuan yang diberi nama Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Yogyakarta.

Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Yogyakarta merupakan suatu organisasi sosial dan budaya yang bertujuan sebagai penggerak kejuah-juahen

Tanah Karo Simalem (www.imkajogja.wordpress.com). Kejuah-juahen

memiliki arti kemakmuran. Organisasi ini bertujuan untuk menggerakkan kemakmuran di Tanah Karo Simalem. Ikatan Mahasiswa Karo Yogyakarta memiliki motto “mela mulih adi la rulih” yang berarti malu pulang jika tidak sukses atau setidaknya membawa hasil yang membanggakan.

Para orang tua atau yang sudah menikah bertugas mengawasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa agar tetap berada di jalurnya. IMKA Yogyakarta memiliki beberapa kegiatan rutin yang ditujukan untuk mengasah kemampuan mahasiswa agar memiliki kemampuan lebih dan lebih siap di bidangnya.


(45)

Kegiatan-kegiatan yang rutin dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa Karo Yogyakarta, antara lain:

a. Malam Keakraban (Makrab)

Kegiatan makrab dilakukan satu kali dalam setahun untuk merekrut mahasiswa-mahasiswi baru yang datang ke Yogyakarta dan untuk memupuk kebersamaan mereka sebagai suku Batak Karo yang tinggal diperantauan.

b. Pelatihan: pemrograman komputer dan bahasa Inggris

Menyadari pentingnya kemampuan pemrograman komputer dan bahasa Inggris di masa sekarang, maka organisasi IMKA menyelenggarakan pelatihan pemrograman komputer dan bahasa Inggris untuk mengasah kemampuan mahasiswa dan mempersiapkan mereka pada dunia kerja. c. Pulung metunggung

Kegiatan pulung metunggung adalah kegiatan kumpul bersama yang diselingi dengan kegiatan memasak dan bertukar pendapat mengenai kegiatan mereka selama kuliah di Yogyakarta.

d. Seni dan Budaya

Seni dan budaya merupakan kegiatan IMKA untuk menunjukkan eksistensi suku Batak Karo yang banyak tersebar menuntut ilmu di Yogyakarta. Suku Batak Karo mencobanya dengan mengikuti acara-acara budaya dengan menampilkan tarian, lagu, dan puisi yang bercorak khas Batak Karo.


(46)

e. Lembaga ilmu pengetahuan Karo

Kegiatan di lembaga ilmu pengetahuan Karo adalah belajar mengenai bahasa Batak Karo yang meliputi mengerti tata bahasa Karo dan perumpaan yang dimiliki suku Karo. Selain itu, kegiatan ini juga berisi pelajaran seni Karo seperti lagu dan landek (tarian).

f. Raron

Raron adalah kegiatan yang mengajarkan mahasiswa untuk memahami aplikasi MS-Word dan pemrograman komputer. Hasil dari kegiatan ini diharapkan membantu mahasiswa dalam memahami dasar-dasar web, mengoperasikan web browser, dan menulis HTML sederhana.

Mahasiswa Batak Karo merupakan salah satu pendatang dari luar Yogyakarta yang memiliki minat untuk melanjutkan studi mereka di kota Yogyakarta. Data yang diperoleh dari IMKA Yogyakarta pada bulan Agustus 2014 adalah setidaknya terdapat ±400 mahasiswa yang menjalani studi di perguruan tinggi Yogyakarta yang terdiri dari angkatan 2009-2014.

Mengikuti kegiatan perkumpulan suku diperlukan oleh mahasiswa Batak Karo karena mereka tinggal lama di Yogyakarta untuk menjalani studi dan mendukung perkembangan mereka ke arah yang lebih baik dan mandiri. Penyesuaian sosial membantu mahasiswa Batak Karo memperoleh hubungan yang lebih baik dengan orang lain, sehingga meminimalisir konflik yang terjadi akibat kesalah-pahaman perbedaan budaya.

Penyesuaian sosial yang diharapkan dari mahasiswa Batak Karo berupa sikap sosial yang menyenangkan dan terlibat aktif di lingkungan


(47)

sekitar sebagai bagian dari anggota masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan tidak membatasi diri hanya pada organisasi kesukuan, tetapi mencoba berinteraksi dengan kelompok-kelompok lain.


(48)

F. Skema Penyesuaian Sosial

Yogyakarta Kota Pelajar

Pendatang (pelajar/mahasiswa) dari Sabang sampai

Merauke

Berbeda etnis/budaya

Membutuhkan penyesuaian

Penyesuaian Sosial Berbeda kebiasaan dan tata cara hidup


(49)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian menggunakan studi deskriptif kuantitatif dengan metode survey. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan penelitian yang memaparkan pemecahan masalah dalam bentuk data-data, seperti menyajikan data, analisis dan interpretasi (Narbuko & Achmadi, 2007).

Penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek penelitian melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum (Sugiyono, 2008). Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu (Azwar, 2012).

Penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei dirancang untuk mendeskripsikan/memaparkan tingkat kemampuan penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta.

B. Subyek Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Penggunaan teknik yang benar pada sampel diharapkan mampu mewakili populasi, sehingga kesimpulan sampel digeneralisasikan menjadi kesimpulan populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar


(50)

mewakili. Sangadji dan Sopiah (2010) mengatakan bahwa penelitian sampel dilakukan ketika populasi besar dan tidak memungkinkan peneliti untuk mempelajari populasi secara keseluruhan, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, sehingga cukup dengan mengambil sampel dari populasi.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan pemilihan sekelompok subjek berdasarkan ciri-ciri tertentu yang dianggap mempunyai kaitan yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya (Hadi, 2000). Karakteristik subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mahasiwa dengan marga Batak Karo

Salah satu ciri khas suku Batak Karo adalah merga yang diwarisi sejak lahir dan diletakkan di akhir nama mereka sebagai suatu identitas. Mahasiswa yang memiliki merga dipilih untuk mempermudah peneliti membedakan subyek dengan mahasiswa yang lain dan memudahkan pengelompokan subyek. Mahasiswa Batak Karo sebagai salah satu pendatang memiliki perbedaan dengan kehidupan di Yogyakarta.

b. Mahasiswa menempuh kuliah di Yogyakarta dan minimal semester II Peneliti memilih mahasiswa yang setidaknya minimal telah 6 bulan berada di Yogyakarta yaitu mahasiswa semester II ke atas. Alasan peneliti adalah agar subjek memiliki rentang waktu yang cukup untuk melakukan penyesuaian sosial selama tinggal dan berkuliah di Yogyakarta.


(51)

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta. Bentuk penelitian adalah studi deskriptif karena itu variabel tidak memiliki pengontrol.

D. Definisi Operasional

Suryabrata (1998) mengemukakan bahwa penyusunan definisi operasional penting untuk menunjuk alat pengambil data yang dipakai dalam penelitian. Kemampuan penyesuaian sosial dalam penelitian ini diukur dengan skala kemampuan penyesuaian sosial menurut Hurlock (1988) menggunakan 4 aspek yang disusun oleh peneliti

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data 1. Jenis alat ukur

Pengumpulan data menggunakan skala kemampuan penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta. Peneliti menyusun skala berdasarkan 4 aspek penyesuaian sosial menurut Hurlock (1988), yaitu penampilan fisik, penyesuaian diri terhadap kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi. Setiap pernyataan yang dibutuhkan disusun dalam kuesioner yang kemudian disebarkan kepada responden. Kuesioner merupakan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010). Bentuk kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner


(52)

yang disusun sedemikian rupa sehingga subyek memilih jawaban yang telah disediakan peneliti.

2. Penentuan skor

Skala yang digunakan adalah skala model Likert. Skala dibagi menjadi item favorable dan unfavorable. Pengisian skala dilakukan dengan memberikan pernyataan persetujuan atau ketidak-setujuan responden terhadap isi pernyataan dalam empat macam kategori jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Pada item favorable jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, Setuju (S) diberi nilai 3, dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4. Sebaliknya item yang

unfavorable pilihan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 4, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 2, dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1. Skala sikap model Likert ini hanya menyajikan empat buah pilihan jawaban. Penggunaan jawaban ketiga yaitu netral sengaja dihilangkan untuk menghindari kecenderungan pemusatan jawaban di satu alternatif jawaban (Central Tendency Effect). Kecenderungan untuk menjawab ke tengah dilakukan subyek ketika merasa ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya (Hadi, 2000).

Mahasiswa diminta memilih satu dari empat alternatif jawaban yang disediakan peneliti untuk setiap pernyataan dengan cara memberi tanda centang (√) pada kolom alternatif jawaban. Semakin tinggi skor total item favorable maka penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo


(53)

semakin tinggi, sebaliknya semakin tinggi skor total item unfavorable

maka penyesuaian sosial mereka semakin rendah.

3. Blue Print Skala

Blue Print mengungkapkan aspek penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1

Blue Print Skala Uji Coba Terpakai Kemampuan Penyesuaian Sosial

Mahasiswa Batak Karo Di Yogyakarta

No Aspek-aspek Nomor Item Jumlah Favorable Unfavorable

1. Penampilan Fisik 1, 2, 5, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 18, 19, 24, 25

3, 4, 6, 7, 11, 14, 17,

20, 21, 22, 23 25

2. Penyesuaian Diri

terhadap Kelompok

28, 29, 30, 33, 35, 36, 38, 39, 40, 43, 44, 46, 47, 49

26, 27, 31, 32, 34, 37, 41, 42, 45, 48, 51, 53, 54

27

3. Sikap Sosial 50, 52, 57, 59, 63, 64,

65, 68, 69, 73, 74, 75, 77, 78, 79

55, 56, 58, 60, 61, 62, 66, 67, 70, 71, 72, 76, 80, 81, 83

30

4. Kepuasan Pribadi 82, 86, 87, 90, 91, 94, 96, 97, 98, 102, 103, 106, 107, 109, 110

84, 85, 88, 89, 92, 93, 95, 99, 100, 101, 104, 105, 108

28


(54)

4. Uji Coba Penelitian

Sebelum kuesioner digunakan terlebih dahulu diuji cobakan untuk mendapat keterangan mengenai kuesioner tersebut. Pengujian alat ukur dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan, sehingga diperoleh kelayakan sebagai alat ukur dan mengungkapkan yang hendak diteliti.

Penelitian menggunakan uji coba terpakai. Peneliti menggunakan uji coba terpakai karena keterbatasan subjek penelitian. Peneliti kesulitan mengumpulkan mahasiswa Batak Karo dalam jumlah besar seperti yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner penelitian, karena sebagian anggota perkumpulan IMKA Yogyakarta hanya berkumpul ketika perkumpulan kesukuan mengadakan acara-acara tertentu. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengumpulan data dengan mendatangi tempat tinggal/ kampus subyek satu-persatu.

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas

Sugiyono (2010) mengatakan validitas merupakan ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Menurut Azwar (2009) validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan valid ketika instrumen yang digunakan mengukur apa yang hendak diukur. Oleh karena itu, validitas


(55)

merupakan bagian paling dasar dalam mengembangkan dan mengevaluasi suatu tes.

Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan validitas isi (content validity). Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional yang dilakukan oleh dosen pembimbing sebagai

professional judgement (Azwar, 2012). Pengujian bertujuan untuk memastikan bahwa item-item mencakup keseluruhan aspek yang hendak diukur. Alat ukur penelitian baru mulai diuji coba setelah item-item dinyatakan sesuai.

2. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan setelah melakukan uji coba alat ukur untuk melihat apakah item-item digunakan sebagai item-item penelitian atau tidak. Seleksi item atau pengujian item dihitung dengan bantuan SPSS for windows 16 dengan melihat Corrected item-totalcorrelation. Keputusan ditetapkan dengan nilai koefisien validitas ≥ 0,20 (Azwar, 2009). Apabila terdapat item yang memiliki nilai koefisien di bawah 0,20 maka item tersebut dinyatakan gugur.

Peneliti memilih batasan rix ≥ 0,20 karena jumlah item yang lolos

terlalu sedikit ketika menggunakan batasan ≥ 0,30 atau pun ≥0,25 sehingga batasan diturunkan sedikit lagi menjadi 0,20. Batasan 0,20 merupakan batasan terendah dalam seleksi item. Keputusan ini tentu saja berdampak terhadap validitas data, sehingga untuk kedepannya


(56)

diperlukan perbaikan terhadap item-item yang bernilai rendah. Hal tersebut dilakukan agar validitas data bisa dipertanggungjawabkan.

Skala diuji-cobakan kepada 120 mahasiswa Batak Karo yang sedang menempuh kuliah di Yogyakarta. 72 item dinyatakan valid dari 120 item yang diujicobakan. Sebanyak 38 item dinyatakan tidak valid atau gugur sehingga tidak digunakan dan dihilangkan dari skala penelitian. Rincian item yang valid dan gugur dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Rincian Hasil Perhitungan Item yang Valid dan Tidak Gugur No Aspek Favorable Unfavorable Item Valid Item Gugur 1. Penampilan Fisik 1, 2, 5, 8,

9, 10, 12, 13, 15, 16, 18, 19, 24,

25

3, 4, 6, 7, 11, 14, 17, 20,

21, 22, 23

5, 6, 7, 10, 15, 17, 19, 20, 25

1, 2, 3, 4, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 21, 22,

23, 24 2. Penyesuaian Diri

Terhadap Kelompok

28, 29, 30, 33, 35, 36, 38, 39, 40, 43, 44, 46,

47, 49

26, 27, 31, 32, 34, 37, 41, 42, 45, 48, 51, 53,

54

26,27,28,29,30, 32,33,35,36, 37,38,39,41,42,

43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 51,

53, 54

31, 34, 40

3. Sikap Sosial 50, 52, 57,

59, 63, 64, 65, 68, 69, 73, 74, 75, 77, 78, 79

55, 56, 58, 60, 61, 62, 66, 67, 70, 71, 72, 76, 80, 81, 83

50, 52, 55, 56, 58, 60, 61, 62, 63, 64, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 80,

81, 83

57, 59, 65,79

4 Kepuasan Pribadi 82, 86, 87, 90, 91, 94, 96, 97, 98, 102, 103, 106, 107, 109, 110

84, 85, 88, 89, 92, 93, 95, 99, 100,

101, 104, 105, 108

82, 86, 87, 88, 89, 90, 95, 96, 97, 98,102,

103, 107

84, 85, 91, 92, 93, 94, 99, 100, 101, 104,

105, 106,108, 109, 110


(57)

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran. Pengukuran dengan nilai reliabilitas tinggi mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut juga reliabel (Azwar, 2007). Sukardi (2003) berpendapat bahwa pengukuran yang menggunakan instrumen penelitian mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur memiliki hasil yang konsisten dalam melakukan pengukuran.

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α) dari program SPSS for Windows 16. Hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford (1956).

Tabel 3 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 2 0,71 – 0,90 Tinggi 3 0,41 – 0,70 Cukup 4 0,21 – 0,40 Rendah 5 negatif – 0,20 Sangat Rendah

Hasil uji coba empirik kepada mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta dengan jumlah subjek 120 mahasiswa, diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0.917. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien reliabilitas pada kriteria Guilford, disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas intrumen masuk dalam kriteria sangat tinggi.


(58)

G. Prosedur Penelitian

Tahap-tahap penelitian adalah sebagai berikut : 1. Membuat alat ukur berupa skala penyesuaian sosial

2. Revisi kuesioner yang telah dikoreksi oleh Dosen Pembimbing

3. Melaksanakan penelitian yaitu menyebarkan skala penelitian kepada subyek penelitian, yaitu mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta

4. Mengumpulkan kembali skala penelitian yang telah diisi oleh subyek penelitian.

5. Analisis data penelitian untuk menentukan tingkat kesahihan item dengan melihat validitas dan reliabilitasnya. Item yang tidak memenuhi kriteria kesahihan item yang dibutuhkan menjadi tidak terpakai atau dibuang.

6. Melakukaan analisis data dengan analisis deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai subyek penelitian.

7. Membuat kesimpulan dan seluruh hasil penelitian berdasarkan hasil analisis tersebut dalam bentuk sajian deskriptif.

H. Metode Analisis Data

Sugiyono (2010) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Pada penelitian metode yang digunakan untuk menganalisis pengumpulan data adalah dengan metode statistik. Statistik


(59)

yang digunakan adalah statistik deskriptif, meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan nilai maksimum dan nilai minimum, mean, range, standard deviasi, uji-t serta kategorisasi.

Statistik deskriptif memberikan informasi mengenai data yang dimiliki tanpa bermaksud untuk menguji hipotesis. Statistik deskriptif dipergunakan untuk menyajikan dan menganalisis data agar lebih bermakna dan komunikatif. Perhitungan-perhitungan sederhana yang dibuat bersifat lebih memperjelas keadaan dan karakteristik dari data yang bersangkutan.

Penentuan kategori tingkat kemampuan penyesuaian sosial dilakukan dengan kategori jenjang. Dalam penelitian ini, variabel dibagi ke dalam empat tingkatan kategori, yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Kategori tersebut diperoleh dengan norma sebagai berikut:

Tabel 4

Norma Kategorisasi Kemampuan Penyesuaian Sosial

Skor Kategori

X > (µ + 1,5σ) Sangat Tinggi

µ≤ X ≤ (1,5σ +µ) Tinggi

(µ - 1,5 σ) ≤ X<µ Rendah

X < (µ - 1,5σ) Sangat Rendah

Keterangan:

Skor maksimum teoritik : skor tertinggi yang diperoleh subjek

penelitian berdasarkan perhitungan skala

Skor minimum teoritik : skor terendah yang diperoleh subjek

penelitian menurut perhitungan skala

Luas jarak sebenarnya : luas jarak sebaran antara nilai maksimum dan nilai minimum


(60)

Standar deviasi ( / sd) : luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran


(61)

40

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 sampai dengan 23 Februari 2015 di Yogyakarta. Subjek berjumlah 120 mahasiswa Batak Karo. Skala disebar dengan mendatangi kost, tempat nongkrong, dan kampus masing-masing subjek. Peneliti menggunakan waktu lima hari melakukan penyebaran skala dibantu 2 orang mahasiswa Batak Karo angkatan 2011 program studi psikologi. Jumlah skala yang disebar adalah 120 eksemplar dan semua skala kembali pada peneliti. Peneliti menggunakan uji coba terpakai dalam penelitian.

B. Uji Normalitas Data Penelitian

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows

versi 16.00 dengan uji statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov. Pengambilan keputusan didasarkan besaran probabilitas (p). Sebaran dikatakan normal ketika p > 0,05 sebaliknya jika p < 0,05 sebaran dikatakan tidak normal.

Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil perhitungan dengan nilai p = 0,329 sehingga disimpulkan penyebaran data adalah normal.

Tabel 5

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Variabel KS-test Asymp. Sig Sebaran


(62)

C. Deskripsi Data Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian secara Umum

Penghitungan data hasil penelitian dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6

Data Hasil Penelitian

Penyesuaian Sosial

N X Min X Max Mean SD

Skor Empirik

120 179 269 224,51666666666662 17,69441

Skor Teoritik

120 72 288 180 36

Pada tabel di atas mean empirik diperoleh dengan nilai 224,51666666666662 atau sebesar 224,52. Mean empirik memiliki nilai yang lebih besar dibanding mean teoritik yaitu 180. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa Batak Karo memiliki kemampuan penyesuaian sosial yang tinggi di Yogyakarta.

Perolehan nilai mean diuji lagi dengan uji statistik one sample t-test

dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16. Pengujian dilakukan untuk menunjukkan kebenaran bahwa mean empirik secara signifikan lebih besar dari mean teoritik. Di bawah ini adalah hasil perhitungan uji statistik one sample t-test:

Tabel 7

One-Sample Test

total_skor Test Value = 180

t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper


(63)

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik one sample t-test

diketahui signifikansinya adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05 (p = 0,000 < 0,05) yang berarti kemampuan penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo rata-rata berbeda secara signifikan.

Kategori digunakan sebagai patokan dalam pengelompokan tinggi rendah tingkat kemampuan penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta dengan:

Jumlah item 72 butir,

Skor maksimum teoritik 72 X 4 = 288 Skor minimum teoritik 72 X1 = 72 Luas jarak sebenarnya 288 – 72 = 216 Satuan standar deviasinya adalah 216/6 = 36 Mean teoritisnya adalah (288 + 72) : 2 = 180

Hasil perhitungan analisis data subjek pada norma kategorisasi tingkat kemampuan penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta disajikan pada tabel 8 di bawah ini:

Tabel 8

Kategorisasi Tingkat Kemampuan Penyesuaian Sosial pada Mahasiswa Batak Karo Di Yogyakarta

Norma/Kriteria Skor Kategori Distribusi Subyek

Persentase

X> 234 Sangat Tinggi 33 27,5%

180 – 234 Tinggi 86 71,67%

126 – 179 Rendah 1 0,83%


(64)

Tabel kategorisasi di atas menunjukkan bahwa subjek memiliki kategorisasi yang tinggi pada penyesuaian sosial karena skor rata-ratanya (mean empirik) adalah 224,51666666666662 atau 224,52. Berdasarkan hasil perhitungan data pada tabel di atas juga diketahui bahwa dalam variabel penyesuaian sosial :

a. Subjek yang termasuk dalam kategori sangat tinggi sebanyak 33 mahasiswa Batak Karo (27,5%)

b. Subjek yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 86 mahasiswa Batak Karo (71,67%)

c. Subjek yang termasuk dalam kategori rendah sebanyak 1 mahasiswa Batak Karo (0,83%)

Dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa mayoritas mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta memiliki tingkat kemampuan penyesuaian sosial dalam kategori tinggi sebanyak 86 mahasiswa.

2. Deskripsi Data Berdasarkan Aspek Penyesuaian Sosial

a. Analisis Data Aspek Penampilan Fisik

Tabel 9

Hasil Analisis Deskriptif Data Penelitian Aspek Penampilan Nyata

Nilai Teoritik Nilai Empirik

Skor Minimum 9 20

Skor Maksimum 36 35

Mean 22.5 27.81


(65)

Tabel 10

One-Sample Test

Aspek Penampilan Nyata

total Test Value = 22.5

t df Sig.

(2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

19.173 119 .000 5.30833 4.7601 5.8565

Hasil analisis pada tabel 9 menampilkan bahwa nilai yang diperoleh mean teoritis sebesar 22,5 dan mean empiris 27,81. Pada hasil uji beda One Sample-test dalam tabel 10 diperoleh nilai p = 0,000. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara signifikan mean empiris lebih besar daripada mean teoritik dengan p = 0,000 (p < 0,05). Data tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Batak Karo memiliki kemampuan penyesuaian sosial pada aspek penampilan fisik yang rata-rata tinggi.

b. Analisis Data Penyesuaian Diri Terhadap Kelompok

Tabel 11

Hasil Analisis Deskriptif Data Penelitian Aspek Penyesuaian Diri Terhadap Kelompok

Nilai Teoritik Nilai Empirik

Skor Minimum 24 60

Skor Maksimum 96 93

Mean 60 74.78


(66)

Tabel 12

One-Sample Test

Aspek Penyesuaian Diri Terhadap Kelompok

total Test Value = 60

t df Sig.

(2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

26.376 119 .000 14.77500 13.6658 15.8842

Hasil analisis pada tabel 11 menampilkan bahwa skor mean empiris lebih besar daripada mean teoritis dengan nilai 74,78 > 60. Pada tabel 12 menunjukkan bahwa secara signifikan mean empiris lebih besar daripada

mean teoritis dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05), sehingga diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta pada aspek penyesuaian diri terhadap kelompok rata-rata tergolong tinggi.

c. Analisis Data Sikap Sosial

Tabel 13

Hasil Analisis Deskriptif Data Penelitian Aspek Sikap Sosial

Nilai Teoritik Nilai Empirik

Skor Minimum 26 62

Skor Maksimum 104 101

Mean 65 80.76


(67)

Tabel 14

One-Sample Test

Aspek Sikap Sosial

total Test Value = 65

t df Sig.

(2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

22.061 119 .000 15.75833 14.3439 17.1727

Pada tabel 13 hasil penelitian menunjukkan nilai mean teoritis 65 dan mean empiris 80,76. Uji beda One Sample-test pada tabel 14 menunjukkan bahwa nilai mean empiris lebih besar daripada mean teoritis dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Data tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta memiliki kemampuan penyesuaian sosial pada aspek sikap sosial yang rata-rata tinggi.

d. Analisis Data Kepuasan Pribadi

Tabel 15

Hasil Analisis Deskriptif Data Penelitian Aspek Kepuasan Pribadi

Nilai Teoritik Nilai Empirik

Skor Minimum 13 34

Skor Maksimum 52 51

Mean 32.5 41.18

SD 6.5 4.04

Tabel 16

One-Sample Test

Aspek Kepuasan Pribadi

total Test Value = 32,5

t df Sig.

(2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper


(68)

Tabel 15 menunjukkan skor yang diperoleh mean teoritis sebesar 65 dan mean empiris 80,76. Hasil uji beda One Sample-test pada tabel 16 diperoleh nilai p = 0,000. Aspek kepuasan pribadi memiliki nilai mean

empiris yang secara signifikan lebih besar dibanding mean teoritis dengan p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta pada aspek ini rata-rata tinggi.

Kategorisasi setiap aspek penyesuaian sosial digambarkan pada tabel 17 di bawah ini:

Tabel 17

Kategorisasi Aspek-aspek Penyesuaian sosial Aspek

Penyesuaian Sosial

Skor Kategori Distribusi Subyek

Persentase

Penampilan fisik >29 Sangat Tinggi 33 27,5%

23 – 29 Tinggi 84 70%

16 – 22 Rendah 3 2,5%

< 16 Sangat Rendah - -

Penyesuaian diri terhadap kelompok

> 78 Sangat Tinggi 28 23,33%

60 – 78 Tinggi 92 76,67%

42 – 59 Rendah - -

< 42 Sangat Rendah - -

Sikap sosial > 85 Sangat Tinggi 33 27,5%

65 – 85 Tinggi 86 71,67%

46 – 84 Rendah 1 0,83%

< 46 Sangat Rendah - -

Kepuasan pribadi > 42 Sangat Tinggi 41 34,17%

33 – 42 Tinggi 79 65,83%

23 – 32 Rendah - -

< 23 Sangat Rendah - -

Pada tabel 17 di atas keempat aspek memiliki distribusi terbanyak pada kategori tinggi. Hasil perhitungan data menunjukkan bahwa aspek penampilan fisik memiliki distribusi terbanyak pada kategori sangat


(69)

tinggi yaitu 27,5% cacah subjek. Kategori tinggi memiliki 70% cacah subjek dan 2,5% cacah subjek lainnya pada kategori rendah.

Aspek penyesuaian diri terhadap kelompok diketahui memiliki 23,33% mahasiswa Batak Karo yang masuk dalam kategori sangat tinggi. Mahasiswa Batak Karo yang memiliki kategori tinggi sebanyak 76,67%.

Mahasiswa Batak Karo yang masuk dalam kategori sangat tinggi pada aspek sikap sosial diketahui 27,5%. Subjek yang berada pada kategori tinggi sebanyak 71,67% dan 0,83% lainnya tergolong dalam kategori rendah.

Aspek penyesuaian sosial keempat adalah kepuasan pribadi. Mahasiswa Batak Karo pada kategori sangat tinggi sebanyak 34,17% dan 65,83% berada pada kategori tinggi.

D. Pembahasan

Hasil penelitian tentang penyesuaian sosial mahasiswa Batak Karo di Yogyakarta menunjukkan bahwa 27,5% memiliki penyesuaian sosial sangat tinggi, 71,67% tinggi, dan 0,83% rendah. Pada penelitian ini penyesuaian sosial tidak memiliki mahasiswa dengan kategori sangat rendah.

Sebagian besar subjek (71,67%) memiliki penyesuaian sosial yang tinggi dan 27,5% sangat tinggi. Hal ini berarti bahwa mahasiswa Batak Karo telah memiliki penyesuaian sosial yang tinggi. Mahasiswa Batak Karo menunjukkan pentingnya menjalani kehidupan dan perannya sebagai mahasiswa dan anggota masyarakat. Penerimaan masyarakat Yogyakarta terhadap keberadaan mahasiswa Batak Karo merupakan hal penting dalam


(1)

X46 322.6167 409.936 .255 .888 X47 322.5917 408.865 .363 .888 X48 323.1083 406.467 .347 .888 X49 322.7417 406.681 .374 .888 X50 322.6250 406.119 .487 .887 X51 322.6333 401.982 .572 .886 X52 322.9583 408.897 .219 .889 X53 322.6917 403.375 .385 .887 X54 322.8250 408.045 .265 .888 X55 322.8500 401.591 .438 .887 X56 322.9750 405.621 .319 .888 X57 322.7417 411.302 .198 .889 X58 322.6750 402.188 .555 .886 X59 322.8667 412.705 .141 .889 X60 322.9083 401.361 .449 .887 X61 322.9750 408.125 .275 .888 X62 323.2083 406.418 .227 .889 X63 322.8083 407.434 .335 .888 X64 322.7417 406.681 .348 .888 X65 322.9500 413.157 .080 .890 X66 322.8167 398.672 .519 .886 X67 322.6917 401.139 .523 .886 X68 322.5833 410.968 .241 .889 X69 322.6333 410.469 .216 .889 X70 322.6417 397.946 .621 .885 X71 322.8833 405.348 .433 .887 X72 322.8167 402.554 .366 .887 X73 322.7250 410.638 .237 .889 X74 322.6000 408.024 .357 .888 X75 322.6417 403.190 .500 .887 X76 322.8417 404.454 .444 .887 X77 322.4167 406.564 .415 .887 X78 322.4333 407.390 .348 .888


(2)

X79 322.9250 411.347 .154 .889 X80 323.0750 406.877 .307 .888 X81 322.7500 405.147 .480 .887 X82 322.6917 405.627 .429 .887 X83 322.9333 405.323 .388 .887 X84 324.0250 422.176 -.249 .892 X85 324.0000 418.908 -.140 .891 X86 322.5000 408.941 .324 .888 X87 322.5500 407.208 .393 .888 X88 322.6500 400.952 .498 .886 X89 323.4333 407.458 .236 .889 X90 322.5583 406.165 .430 .887 X91 322.8250 412.549 .158 .889 X92 323.9500 416.485 -.033 .891 X93 323.4083 410.361 .170 .889 X94 322.7167 411.953 .163 .889 X95 323.3833 408.020 .229 .889 X96 322.6667 410.493 .259 .888 X97 322.5833 407.153 .381 .888 X98 322.6167 409.129 .310 .888 X99 323.4083 411.000 .134 .890 X100 323.5917 408.496 .195 .889 X101 323.6250 409.732 .197 .889 X102 322.5500 408.367 .390 .888 X103 322.5917 411.050 .230 .889 X104 323.6750 411.062 .142 .889 X105 323.8167 417.411 -.065 .891 X106 322.5917 411.336 .190 .889 X107 322.5333 411.075 .245 .889 X108 323.7167 412.205 .104 .890 X109 322.7250 417.495 -.070 .891 X110 322.5167 411.395 .184 .889


(3)

Lampiran C. Reliabilitas Skala Penyesuaian Sosial Setelah Dilakukan Seleksi

Item

Case Processing Summary

N % Cases Valid 120 100.0

Excludeda 0 .0 Total 120 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .917 72

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted X5 222.0167 307.529 .195 .917 X6 221.4333 302.685 .309 .917 X7 221.5917 305.067 .281 .917 X10 221.0833 306.564 .299 .917 X15 221.3333 307.535 .257 .917 X17 221.1083 305.728 .310 .916 X19 221.5750 307.322 .224 .917 X20 221.3500 305.994 .269 .917 X25 221.3500 301.406 .508 .915 X26 221.1500 304.263 .308 .917 X27 222.0000 304.790 .298 .917 X28 221.0667 303.508 .473 .915


(4)

X29 221.2167 307.146 .317 .916 X30 221.2917 305.872 .335 .916 X32 221.5917 301.202 .453 .915 X33 221.0583 305.971 .379 .916 X35 221.4833 308.168 .266 .917 X36 221.5833 308.732 .188 .917 X37 221.5917 305.891 .305 .916 X38 221.5083 308.017 .198 .917 X39 221.2750 308.789 .230 .917 X41 221.6917 306.820 .238 .917 X42 221.3583 303.576 .432 .916 X43 221.2083 304.990 .421 .916 X44 221.2917 305.015 .492 .916 X45 221.6167 302.692 .405 .916 X46 221.2500 307.382 .274 .917 X47 221.2250 306.680 .372 .916 X48 221.7417 305.504 .313 .916 X49 221.3750 305.127 .364 .916 X50 221.2583 303.907 .520 .915 X51 221.2667 301.340 .549 .915 X52 221.5917 307.538 .191 .918 X53 221.3250 301.078 .421 .916 X54 221.4583 305.292 .298 .917 X55 221.4833 300.622 .434 .915 X56 221.6083 303.299 .345 .916 X58 221.3083 300.551 .579 .915 X60 221.5417 300.671 .435 .915 X61 221.6083 305.652 .297 .917 X62 221.8417 305.193 .210 .918 X63 221.4417 306.618 .285 .917 X64 221.3750 305.497 .322 .916 X66 221.4500 297.510 .536 .915 X67 221.3250 298.608 .588 .914


(5)

X68 221.2167 308.440 .253 .917 X69 221.2667 307.525 .249 .917 X70 221.2750 297.159 .630 .914 X71 221.5167 304.067 .419 .916 X72 221.4500 299.981 .412 .916 X73 221.3583 308.736 .217 .917 X74 221.2333 306.550 .332 .916 X75 221.2750 301.848 .503 .915 X76 221.4750 303.445 .424 .916 X77 221.0500 304.065 .456 .916 X78 221.0667 305.206 .364 .916 X80 221.7083 304.763 .320 .916 X81 221.3833 302.843 .521 .915 X82 221.3250 303.851 .437 .916 X83 221.5667 304.046 .375 .916 X86 221.1333 306.638 .338 .916 X87 221.1833 305.378 .394 .916 X88 221.2833 298.659 .551 .915 X89 222.0667 305.458 .240 .917 X90 221.1917 303.770 .468 .915 X95 222.0167 307.059 .193 .918 X96 221.3000 308.178 .263 .917 X97 221.2167 305.045 .396 .916 X98 221.2500 306.979 .314 .916 X102 221.1833 305.680 .434 .916 X103 221.2250 309.151 .206 .917 X107 221.1667 308.493 .260 .917


(6)

Lampiran D. Statistik Deskriptif Penelitian dan Masing-masing Aspek

Statistik Deskripsi Penelitian

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation Variance Total 120 90.00 179.00 269.00 2.2452E2 17.69441 313.092 Valid N (listwise) 120

Statistik Deskripsi Masing-masing Aspek

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation penampilan_fisik 120 20.00 35.00 27.8083 3.03286 penyesuaian_diri_terhadap_

kelompok 120 60.00 93.00 74.7750 6.13635 sikap_sosial 120 62.00 101.00 80.7583 7.82476 kepuasan_pribadi 120 34.00 51.00 41.1750 4.03694 Valid N (listwise) 120