Penyesuaian Sosial yang Positif

2. Mahasiswa adalah anggota masyarakat Mahasiswa sebagai bagian dari anggota masyarakat memiliki ciri- ciri tertentu, yaitu: a. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di Perguruan tinggi b. Lewat kesempatan yang dimiliki diharapkan pada saatnya mahasiswa bertindak sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja. c. Diharapkan menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi. d. Dengan pembinaan di perguruan tinggi diharapkan mampu memasuki dunia kerja sebagai tenaga kerja yang profesional. 3. Mahasiswa adalah manusia yang berpribadi Pembinaan kemampuan dan keterampilan sebagai pemimpin dan manusia cerdas yang terus belajar tidak akan lengkap tanpa disertai pembinaan kepribadian. Pribadi yang dituju adalah pribadi yang harmonis, integral dan bulat, sehat dan seimbang, serta pribadi yang mandiri dan mampu menyesuaikan diri dengan baik. Berdasarkan uraian mengenai mahasiswa sebagai pendatang di atas maka disimpulkan bahwa mahasiswa pendatang adalah mahasiswa yang berasal dari luar kotawilayah dan menjalani studi mereka di perguruan tinggi mempersiapkan diri untuk memenuhi harapan masyarakat dan menjalani perannya sebagai anggota masyarakat yang memiliki pribadi yang baik dengan upaya menyesuaikan diri.

C. Kehidupan Masyarakat Yogyakarta

Masyarakat Yogyakarta terdiri dari semua orang yang lahir dan besar di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan D.I.Y., atau telah menetap dan tinggal di daerah povinsi D.I.Y. relatif lama, terdaftar dalam kartu keluarga D.I.Y., atau memiliki kartu tanda penduduk tetap serta berdomisili di provinsi D.I.Y Sihombing, 2010. Sebagai ibukota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kota Yogyakarta memiliki banyak predikat, baik yang berasal dari sejarah maupun potensi yang dimiliki, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pariwisata dan kota pelajar. Secara umum budaya yang dominan terdapat di Yogyakarta adalah budaya Jawa. Masyarakat di Yogyakarta dikenal memiliki budaya yang menjunjung nilai-nilai kehalusan, pengendalian diri, penyembunyiaan perasaan, dan lebih menjauhi kekerasan dalam bertindak. Salah satu pedoman dalam kehidupan bermasyarakat di Yogyakarta adalah budaya Ngayogyakarta Hadiningrat . Secara filosofis, budaya Jawa, khususnya budaya Ngayogyakarta Hadiningrat digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan masyarakat yang penuh dengan kedamaian, keamanan, keteraturan, dan sejahtera di Yogyakarta Handayani dan Novianto, 2004. Tata krama merupakan salah satu bagian terpenting yang tetap dijunjung oleh suku Jawa, dalam hal ini masyarakat di Yogyakarta. Tata krama menyangkut pengaturan cara berbicara atau budi bahasa, cara berpakaian, cara makan, cara berjalan, cara duduk, dan cara-cara menampilkan diri lainnya pada berbagai kesempatan Adimassana, 2004. Tata krama Jawa bertujuan untuk mengatur perilaku setiap individu agar tidak vulgar mengikuti dorongan perasaan, pikiran dan keinginan yang muncul secara spontan dalam diri sendiri, melainkan mengikuti norma-norma kepantasan sosial yang lazim Suryomentaram dalam Adimassana, 2004.

D. Suku Batak Karo

Suku Batak Karo merupakan suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Bahasa yang digunakan dalam percakapan mereka sehari-hari adalah Bahasa Karo. Suku ini adalah salah satu bagian dari suku Batak. Sedikit berbeda dengan suku Batak pada umumnya, suku Batak Karo memiliki karakter yang berbeda dalam cara bersikap dan menanggapi suatu masalah. Suku Batak Karo ketika berkomunikasi memiliki tutur kata yang lebih halus dan nada suara yang lebih lembut dibanding suku Batak yang lain. Bangun 1986 menyatakan bahwa berdasarkan pendapat para ahli adat dan pengalaman orang-orang tua serta pengalaman sehari-hari, sifat-sifat kalak Karo suku Batak Karo berwujud pada perilaku. Sifat dan perwatakan suku Karo yang masih melekat pada anggota masyarakat Karo pada umumnya adalah sebagai berikut : 1. Jujur dan Percaya diri 2. Pemalu 3. Tidak serakah dan tahu yang menjadi haknya 4. Mudah tersinggung dan dendam 5. Berpendirian tetap dan pragmatis 6. Sopan 7. Menjaga baik nama baik keluarga dan harga diri 8. Rasional dan kritis 9. Mudah menyesuaikan diri 10. Gigih mencari ilmu 11. Iri Suku Batak Karo senantiasa memegang teguh nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang mereka. Dalam kehidupan dewasa ini, suku Batak Karo senantiasa menyadari pentingnya kebersamaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kesadaran tersebut terlihat dari bentuk kedekatan yang diwariskan leluhur di suku Batak Karo dalam hubungannya dengan pencipta, alam dan antar sesama manusia baik sesama suku Batak Karo maupun di luar suku Batak Karo. Ciri khas suku Batak Karo adalah kenyataan bahwa mereka memiliki banyak saudara meskipun itu orang yang tidak dikenal. Seperti suku Batak pada umumnya, suku Batak Karo memiliki jalinan persaudaraankekerabatan yang dihubungkan oleh “merga” yang dimiliki oleh suku Batak Karo sejak mereka lahir. Cukup dengan menyebutkan merga untuk laki-laki dan beru untuk perempuan, maka suku Batak Karo mengetahui hubungan kekerabatan dengan orang lain sesama suku. Kenyaatan menarik yang lain adalah bahwa