Problem-problem yang muncul dalam proses penyesuaian sosial pada mahasiswa pendatang yang melanjutkan studi di Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

PROBLEM-PROBLEM YANG MUNCUL DALAM PROSES

PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA PENDATANG

YANG MELANJUTKAN STUDI DI YOGYAKARTA

Diana Artanty

019114051 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui problem-problem yang muncul dalam proses penyesuaian sosial yang dihadapi mahasiswa pendatang baru di Yogyakarta, meliputi perbedaan bahasa, perbedaan perilaku/kebiasaan, prasangka, dan diskriminasi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner tak berskala dengan jenis pertanyaan terbuka. Subyek yang digunakan adalah mahasiswa pendatang di Fakultas Psikologi sebesar 74 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) perbedaan bahasa menjadi problem yang tidak menonjol dalam proses penyesuaian sosial yang dihadapi para pendatang, (2) perbedaan cita rasa makanan/masakan dan berlakunya jam malam muncul sebagai kebiasaan yang menjadi problem yang harus dihadapi mahasiswa pendatang dalam penyesuaian sosial, (3) prasangka tidak muncul sebagai problem yang dihadapi pendatang dalam proses penyesuaian sosial karena masyarakat bersikap terbuka pada pendatang, (4) pendatang juga tidak menjumpai adanya diskriminasi dari masyarakat setempat sebagai problem dalam proses penyesuaian sosial, pendatang berusaha melakukan penyesuaian agar dapat diterima.


(2)

ABSTRACT

PROBLEM APPEARING IN SOCIAL ADJUSTMENT PROCESS AMONGEST FOREIGN STUDENTS STUDYING IN YOGYAKARTA

Diana Artanty Psychology Faculty Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objective of this research is the kinds of problem appearing social adjustment process include language difference, behavior differences, prejudice, and discrimination faced by foreign students in Yogyakarta. This is a descriptive research with survey method. A non-scaled questionnaire with open-ended question used to collect research data. The subject are 74 foreign students in Psychology. And the research shows that: (1) Language difference has become a small problem in social adjustment process of foreign student. (2) Curfew become habitual problem that foreign student had to face in social adjustment process. (3) Prujudice is not a comer student’s problem in social adjustment process because of local society openness to the foreign student. (4) Local society discrimination is not a problem in social adjustment process, foreign students are trying to adapt in order to be part of the society.


(3)

PROBLEM-PROBLEM YANG MUNCUL DALAM PROSES

PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA PENDATANG

YANG MELANJUTKAN STUDI DI YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh : Diana Artanty NIM : 019114051

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008


(4)

(5)

(6)

Do not wait for inspiration to start a thing

Action always generates inspiration

Inspiration seldom generates action.

(Frank Tibolt)

Jika kamu mau melakukan apa yang orang lain tidak mau lakukan, kamu akan mendapatkan apa yang orang lain tidak dapatkan (Anonim).

Karena itu, hai manusia, siapapun juga

engkau, yang menghakimi orang lain, engkau

sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam

menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu

sendiri, karena engkau yang menghakimi orang

lain, melakukan hal yang sama (Rom 2:1)

If you cannot do great things,

Do small things in a great way.

(Napoleon Hill)


(7)

Karya ini aku persembahkan sepenuh hati untuk: Papa-Mama tercinta, Kakakku tersayang, Pasukan kecilku, dan Semua orang yang menjadi saudaraku


(8)

(9)

ABSTRAK

PROBLEM-PROBLEM YANG MUNCUL DALAM PROSES

PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA PENDATANG

YANG MELANJUTKAN STUDI DI YOGYAKARTA

Diana Artanty

019114051 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui problem-problem yang muncul dalam proses penyesuaian sosial yang dihadapi mahasiswa pendatang baru di Yogyakarta, meliputi perbedaan bahasa, perbedaan perilaku/kebiasaan, prasangka, dan diskriminasi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner tak berskala dengan jenis pertanyaan terbuka. Subyek yang digunakan adalah mahasiswa pendatang di Fakultas Psikologi sebesar 74 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) perbedaan bahasa menjadi problem yang tidak menonjol dalam proses penyesuaian sosial yang dihadapi para pendatang, (2) perbedaan cita rasa makanan/masakan dan berlakunya jam malam muncul sebagai kebiasaan yang menjadi problem yang harus dihadapi mahasiswa pendatang dalam penyesuaian sosial, (3) prasangka tidak muncul sebagai problem yang dihadapi pendatang dalam proses penyesuaian sosial karena masyarakat bersikap terbuka pada pendatang, (4) pendatang juga tidak menjumpai adanya diskriminasi dari masyarakat setempat sebagai problem dalam proses penyesuaian sosial, pendatang berusaha melakukan penyesuaian agar dapat diterima.


(10)

ABSTRACT

PROBLEM APPEARING IN SOCIAL ADJUSTMENT PROCESS AMONGEST FOREIGN STUDENTS STUDYING IN YOGYAKARTA

Diana Artanty Psychology Faculty Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objective of this research is the kinds of problem appearing social adjustment process include language difference, behavior differences, prejudice, and discrimination faced by foreign students in Yogyakarta. This is a descriptive research with survey method. A non-scaled questionnaire with open-ended question used to collect research data. The subject are 74 foreign students in Psychology. And the research shows that: (1) Language difference has become a small problem in social adjustment process of foreign student. (2) Curfew become habitual problem that foreign student had to face in social adjustment process. (3) Prujudice is not a comer student’s problem in social adjustment process because of local society openness to the foreign student. (4) Local society discrimination is not a problem in social adjustment process, foreign students are trying to adapt in order to be part of the society.


(11)

(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas kasih Tuhan yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Problem-problem yang muncul dalam proses penyesuaian sosial pada mahasiswa pendatang yang melanjutkan studi di Yogyakarta.” Skripsi ini tak lepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan-ku, Gembalaku….. Terima kasih tak terhingga atas semua berkat dan kasihNya kepadaku yang tak pernah berkesudahan…

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terima kasih juga atas waktu yang diberikan saat pengambilan data.

3. Bapak Dr. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas kesabaran, bimbingan dan perhatiannya yang begitu besar, sehingga penulis akhirnya bisa menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si, terima kasih atas perhatian dan waktu yang diberikan.

5. Ibu MM. Nimas Eki S., S.Psi., M.Si, terima kasih atas perhatian dan saran yang diberikan.

6. Ibu Sylvia CMYM, S.Psi., M.si selaku dosen pembimbing akademik, dan Bp. Siswa, terima kasih atas penyertaannya selama ini.

7. Mba Etta, terima kasih karena sudah boleh “mengganggu” di kelas.

8. Kepada yang Tercinta: Papa-Mama, Terimakasih….terima kasih….terima kasih banyak ya… atas pengorbanan…kasih….bimbingan…dan semua yang tak terucap…..Tuhan menyertai selalu….

9. Kakakku tersayang, Yulia Ekayanti. Terima kasih banyak atas perhatian, kebersamaan, cerita, pemikiran dan bantuan 24 jam nya….

10. Buat “pasukan kecilku” di rumah yang selalu menghibur dan tak pernah marah kapanpun diganggu…


(13)

11. Kepada keluarga besar Ong Keng Hwa dan Auw Jang Ing Tik. Terima kasih atas doa, perhatian dan dukungannya.

12. Cordel dan Tante. Terima kasih banyak ya teman…..atas semua suka duka bersama. Meskipun ada jarak, tapi teknologi tetap bekerja….

13. Buat Honey n Lao, makasih buat semua yang sudah ku dapat dari kalian, u know lah….

14. Buat Nyun, Welly dan Vivi. Terima kasih karena sudah mau menjadi penyemangat, teman tidur malam, juga atas bantuan dan dukungannya, meskipun cerewet tapi bermanfaat…

15. Buat Diyant, ojek sejatiku juga buat Oho. Terima kasih atas bantuannya… 16. Ginoex dan J. Makasih sudah mau menerima curhatku….

17. Teman-temanku: Maria n Adri… Terima kasih atas kasih dan kisahnya…. 18. Buat teman-teman kost 99 n ex 99 juga buat angkatan 01 keep contact 19. Pak Gi’ terimakasih keramahan yang tidak pernah hilang.

20. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

-Le Gra-

Yogyakarta, 2008 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………. i

Halaman Persetujuan Pembimbing ………. ii

Halaman Pengesahan ………...………… iii

Halaman Motto ………...………. iv

Halaman Persembahan …...……….…………. v

Pernyataan Keaslian Karya ………. vi

Abstrak .….……… …. vii

Abstract ……… viii

Halaman Persetujuan Publikasi………. ix

Kata Pengantar ……… x

Daftar Isi .………. xii

Daftar Tabel ………. xv

Daftar Diagram………. xvii

Daftar Lampiran ……… ………….. xix

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang………. ……… 1

B. Rumusan Masalah ………..……….. 6

C. Tujuan Penelitian ……...……….. 6

D. Manfaat Penelitian……… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 8


(15)

A. Pengertian pendatang...…… 8

B. Penyesuaian sosial………... 9

1. Pengertian penyesuaian sosial……… 9

2. Faktor-faktor yang menpengaruhi penyesuaian sosial 11 3. Problem-problem penyesuaian sosial……… 13

C. Problem-problem yang muncul dalam proses penyesuaian sosial pada mahasiswa pendatang yang melanjutkan studi di Yogyakarta………. 22

BAB III METODE PENELITIAN ……… 25

A. Jenis penelitian ….……… . 25

B. Variabel penelitian . ……….. .... 26

C. Definisi operasional………...………. 27

D. Subyek penelitian……… 29

E. Alat pengumpulan data dan Pertanggung jawaban mutu…… 31

1. Alat pengumpulan data …...……… 31

2. Pertanggung jawaban mutu ……… 36

F. Analisis Data ………..………. 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 41

A. Pelaksanaan…………..……….…. 41

B. Prosedur pengolahan data ………. 41

C. Deskripsi hasil penelitian ……….. 42

1. Bahasa……… 43

2. Perilaku/kebiasaan……….. 51


(16)

3. Prasangka……….. 60

4. Diskriminasi……….. 68

D. Pembahasan ……… 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...……… 86

A. Kesimpulan ……… 86

B. Saran……… 88

DAFTAR PUSTAKA ……… 89 LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Distribusi item……… ……….. 33

Tabel 2 : Ringkasan kategorisasi item 1..………. 43

Tabel 3 : Ringkasan kategorisasi item 2....………... 44

Tabel 4 : Ringkasan kategorisasi item 7………... 44

Tabel 5 : Ringkasan kategorisasi item 8………..……… 45

Tabel 6 : Ringkasan kategorisasi item 9..……….... 46

Tabel 7 : Ringkasan kategorisasi item 19……… 47

Tabel 8 : Ringkasan kategorisasi item 20……… 48

Tabel 9 : Ringkasan kategorisasi item 25……… 49

Tabel 10 : Ringkasan kategorisasi item 33……….. 49

Tabel 11 : Ringkasan kategorisasi item 34……….. 50

Tabel 12 : Ringkasan kategorisasi item 3.………... 51

Tabel 13 : Ringkasan kategorisasi item 4.……… 52

Tabel 14 : Ringkasan kategorisasi item 10……… 53

Tabel 15 : Ringkasan kategorisasi item 18……… 54

Tabel 16 : Ringkasan kategorisasi item 21……… 55

Tabel 17 : Ringkasan kategorisasi item 22……… 56

Tabel 18 : Ringkasan kategorisasi item 27……… 56

Tabel 19 : Ringkasan kategorisasi item 28……… 57

Tabel 20 : Ringkasan kategorisasi item 32……… 58

Tabel 21 : Ringkasan kategorisasi item 35……… 59

Tabel 22 : Ringkasan kategorisasi item 5.……… 60


(18)

Tabel 23 : Ringkasan kategorisasi item 11……… 60

Tabel 24 : Ringkasan kategorisasi item 14……… 61

Tabel 25 : Ringkasan kategorisasi item 15……… 62

Tabel 26 : Ringkasan kategorisasi item 16……… 63

Tabel 27 : Ringkasan kategorisasi item 23……… 64

Tabel 28 : Ringkasan kategorisasi item 29……… 64

Tabel 29 : Ringkasan kategorisasi item 30……… 65

Tabel 30 : Ringkasan kategorisasi item 36……… 66

Tabel 31 : Ringkasan kategorisasi item 38……… 67

Tabel 32 : Ringkasan kategorisasi item 6.……… 68

Tabel 33 : Ringkasan kategorisasi item 12……… 68

Tabel 34 : Ringkasan kategorisasi item 13……… 69

Tabel 35 : Ringkasan kategorisasi item 17……… 70

Tabel 36 : Ringkasan kategorisasi item 24……… 71

Tabel 37 : Ringkasan kategorisasi item 26……… 72

Tabel 38 : Ringkasan kategorisasi item 31……… 73

Tabel 39 : Ringkasan kategorisasi item 37……… 74

Tabel 40 : Ringkasan kategorisasi item 39……… 74

Tabel 41 : Ringkasan kategorisasi item 40……… 75


(19)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 : Item 1………. 43

Diagram 2 : Item 2………. 44

Diagram 3 : Item 7………. 45

Diagram 4 : Item 8………. 45

Diagram 5 : Item 9………. 46

Diagram 6 : Item 19..………. 47

Diagram 7 : Item 20..………. 48

Diagram 8 : Item 25..………. 49

Diagram 9 : Item 33..………. 50

Diagram 10 : Item 34..………. 51

Diagram 11 : Item 3………. 52

Diagram 12 : Item 4………. 53

Diagram 13 : Item 10..………. 53

Diagram 14 : Item 18…..………. 54

Diagram 15 : Item 21..………. 55

Diagram 16 : Item 22..………. 56

Diagram 17 : Item 27..………. 57

Diagram 18 : Item 28..………. 57

Diagram 19 : Item 32..………. 58

Diagram 20 : Item 35..………. 59

Diagram 21 : Item 5………. 60

Diagram 22 : Item 11..………. 61


(20)

Diagram 23 : Item 14..………. 61

Diagram 24 : Item 15..………. 62

Diagram 25 : Item 16..………. 63

Diagram 26 : Item 23..………. 64

Diagram 27 : Item 29..………. 65

Diagram 28 : Item 30.………. 65

Diagram 29 : Item 36.………. 66

Diagram 30 : Item 38..………. 67

Diagram 31 : Item 6………. 68

Diagram 32 : Item 12..………. 69

Diagram 33 : Item 13..………. 70

Diagram 34 : Item 17..………. 70

Diagram 35 : Item 24..………. 71

Diagram 36 : Item 26..………. 72

Diagram 37 : Item 31..………. 73

Diagram 38 : Item 37..………. 74

Diagram 39 : Item 39..………. 74

Diagram 40 : Item 40..………. 75


(21)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Jawaban subjek dan kategorisasi Lampiran 3 : Konsistensi jawaban responden


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyaknya pendatang dari luar Pulau Jawa yang melanjutkan studi di Yogyakarta nampaknya bukan peristiwa yang aneh lagi. Tidak hanya mereka yang berasal dari kota kecil datang ke Yogyakarta, mereka yang berasal dari kota besar seperti Jakarta atau bahkan daerah di luar Pulau Jawa juga tidak ragu untuk melanjutkan studi di Yogyakarta. Kota Yogyakarta memang terkenal dengan sebutan kota Pelajar.

Para pendatang akan tinggal di Yogyakarta, setidaknya selama menyelesaikan studinya. Mereka akan menghadapi lingkungan yang berbeda dengan lingkungan yang selama ini mereka tempati. Lingkungan yang berbeda tentu juga memiliki kebudayaan yang berbeda. Kebudayaan merupakan: (1) hasil kegiatan dan penciptaan manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat-istiadat; (2) hasil berpikir atau akal budi yang didapat dari alam sekeliling yang digunakan untuk kesejahteraan manusia (Salim, 1998). Budaya juga didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok (Samovar & Porter, 1982).


(23)

Menyesuaikan diri dengan lingkungan baru bukanlah hal yang mudah, mengingat apa yang menjadi kebiasaan di lingkungan para pendatang belum tentu berlaku juga di lingkungan baru mereka. Banyak problem yang dapat muncul dalam proses tersebut. Pendatang harus mampu menyesuiakan diri dengan lingkungan yang akan menjadi tempat tinggal barunya agar dapat diterima dalam masyarakat tersebut. Individu yang ingin masuk dalam suatu kelompok masyarakat tertentu harus mampu untuk mengakui dan mentaati nilai-nilai, norma-norma, serta pedoman tingkah laku yang berlaku di dalam masyarakat tersebut agar dapat diterima oleh masyarakat sebagai anggotanya (Ahmadi, 1991).

Oleh karena itu, para pendatang harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mereka. Menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tidak dapat dilakukan dalam sekejap mata, namun memerlukan suatu proses. Untuk memulai proses tersebut, tentu para pendatang harus berinteraksi dengan penduduk setempat. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya (Ahmadi, 1991).

Proses penyesuaian yang akan dilakukan para pendatang terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Proses tersebut dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Hubungan-hubungan yang ada dalam proses penyesuaian sosial mencakup Hubungan-hubungan individu dengan masyarakat disekitar tempat tinggalnya. Hubungan tersebut berkaitan dengan pola kebudayaan, tingkah laku, aturan, adat, hukum, dan


(24)

nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan proses penyesuaian sosial (Mu’tadin, 2002).

Proses penyesuaian sosial yang akan dihadapi para pendatang bukanlah tanpa hambatan. Banyak problem yang akan timbul dalam proses penyesuaian tersebut. Adanya perbedaan bahasa dan adat kebiasaan, munculnya prasangka dan diskriminasi dapat menjadi faktor penghambat dalam proses penyesuaian sosial.

Proses komunikasi menjadi faktor penting dalam proses penyesuaian sosial. Manusia menggunakan bahasa dalam berinteraksi dan berkomunikasi untuk menyampaikan informasi kepada manusia lainnya. Penyampaian informasi dapat dikatakan efektif apabila pembawa dan penerima informasi memiliki kesamaan arti mengenai informasi tersebut. Namun bila bahasa yang digunakan si pembawa berbeda dengan bahasa yang digunakan si penerima, tentu informasi akan sulit dimengerti. Bahasa yang digunakan daerah satu dengan yang lainnya biasanya berbeda. Lewat komunikasi, kita menyesuaikan diri dan berhubungan dengan lingkungan kita, serta mendapatkan keanggotaan dan rasa memiliki dalam berbagai kelompok sosial yang mempengaruhi kita (Samovar & Porter, 1982). Oleh karena itu perbedaan bahasa dapat menjadi salah satu problem yang cukup mendasar dalam proses penyesuaian sosial.

Adanya perbedaan kebudayaan juga dapat menimbulkan perbedaan perilaku/kebiasaan. Individu yang berasal dari budaya satu dapat berperilaku berbeda dengan individu dari kebudayaan lain, karena apa yang dianggap benar di suatu daerah belum tentu dianggap benar pula di daerah lain. Individu akan


(25)

terbiasa untuk berperilaku sesuai dengan apa yang berlaku di lingkungannya dan perilaku tersebut akan melekat pada dirinya sehingga akan sulit untuk diubah. Permasalahan akan muncul ketika individu berpindah tempat dimana kebiasaan yang berlaku di daerahnya tidak berlaku di daerah yang baru. Individu harus menyesuaikan perilakunya sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di daerah tersebut agar dapat diterima oleh masyarakatnya.

Selain itu, munculnya prasangka sosial yang belum jelas kebenarannya juga sering kali terjadi. Prasangka sosial merupakan sikap-perasaan orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan, yang berlainan dengan golongan orang yang berprasangka itu (Gerungan, 1986). Bila kita memasuki lingkungan yang baru dengan kebudayaan yang berbeda dapat menyebabkan kebingungan untuk menyesuaikan diri. Selain itu biasanya kita akan menduga-duga dan berprasangka bagaimana keadaan masyarakat baru tersebut, mulai dari keramahan anggota masyarakat, apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima oleh masyarakat tersebut, dan lain-lain. Prasangka sosial biasanya terdiri atas sikap negatif terhadap golongan lain dan mempengaruhi tingkah lakunya terhadap golongan manusia lain tadi (Sears, 1985).

Prasangka sosial yang pada mulanya merupakan sikap-sikap perasaan negatif itu lambat laun dapat berubah menjadi tindakan diskriminatif terhadap orang yang termasuk golongan yang diprasangkai itu, tanpa ada alasan-alasan obyektif yang mendasari. Tindakan diskriminatif diartikan sebagai perilaku menerima atau menolak seseorang berdasarkan (atau setidaknya dipengaruhi oleh) keanggotaan kelompoknya (Sears, 1985). Gerungan (1986) mendefinisikan


(26)

tindakan diskriminatif sebagai tindakan yang bercorak menghambat, merugikan, bahkan dapat mengancam kehidupan pribadi orang hanya karena mereka termasuk dalam golongan orang yang diprasangkai itu.

Diskriminasi diungkapkan sebagai perilaku yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, suku bangsa, agama atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Diskriminasi mencakup perilaku apa saja, yang berdasarkan pengkategorian dari masyarakat, yang tidak ada hubungannya dengan kemampuan individu atau jasanya (Theodorson & Theodorson, 1979). Proses penyesuian sosial akan sulit dilakukan apabila tindakan diskriminatif melekat pada individu-individu yang berperan serta di dalamnya.

Terjadinya proses penyesuaian sosial dalam menghadapi lingkungan baru ternyata tidaklah mudah, banyak problem yang muncul di dalamnya. Para pendatang yang melanjutkan studi di Yogyakarta tentu akan mengalami proses tersebut dengan segala problemnya. Agar para pendatang dan penduduk setempat dapat hidup berdampingan, maka problem-problem penyesuaian sosial perlu diperhatikan. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai problem-problem dalam proses penyesuaian sosial mahasiswa pendatang yang melanjutkan studi di Yogyakarta.


(27)

B. Rumusan Masalah

Problem-problem apa sajakah yang muncul dalam proses penyesuaian sosial yang dialami oleh para mahasiswa pendatang yang melanjutkan studinya di Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Memberikan gambaran mengenai problem-problem yang timbul akibat proses penyesuaian sosial mahasiswa pendatang yang melanjutkan studi di Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoretik

Memberikan gambaran mengenai problem-problem yang muncul saat proses penyesuaian sosial yang berkaitan dengan ilmu Psikologi Sosial. Salah satu hubungan yang dipelajari dalam ilmu tersebut adalah mengenai hubungan manusia dengan lingkungannya. Penelitian ini dapat menjabarkan apa yang dihadapi para mahasiswa pendatang dalam menghadapi proses penyesuaian sosial di lingkungan baru yang memiliki kebudayaan berbeda dengan kebudayaan mereka.


(28)

2. Praktis

Memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai hal-hal yang berkaitan dengan problem-problem yang muncul dalam proses penyesuaian sosial mahasiswa pendatang yang melanjutkan studi di Yogyakarta. Serta memberikan wacana evaluasi pada masyarakat yang mengalaminya agar dapat menghadapi problem-problem yang mungkin muncul.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Yogyakarta memang menjadi salah satu kota yang menjadi tujuan utama para pendatang untuk meraih gelar sarjana. Setiap daerah memang memiliki kebudayaannya sendiri. Begitu juga dengan para pendatang, budaya mereka belum tentu sama dengan budaya di Yogyakarta. Apa yang dianggap benar oleh budaya mereka belum tentu dianggap benar pula oleh budaya setempat. Agar dapat bertahan hidup di lingkungan yang baru, para pendatang harus mampu untuk menyesuaikan diri. Proses penyesuaian yang melibatkan interaksi dengan penduduk setempat dan melibatkan kebiasaan/aturan yang berlaku di tempat tersebut dikenal sebagai penyesuaian sosial. Proses penyesuaian sosial dalam menghadapi kebudayaan yang berbeda tersebut bukanlah proses yang mudah dan tanpa masalah. Banyak problem yang akan muncul akibat proses penyesuaian sosial di lingkungan baru.

A. Pengertian Pendatang

Para pendatang sebagai pihak yang akan menjalani proses penyesuaian sosial menjadi faktor yang penting dalam penelitian ini. Pendatang dapat didefinisikan sebagai orang asing atau orang yang bukan merupakan penduduk asli (KBBI, 1998:187). Dalam penelitian ini, yang termasuk sebagai pendatang adalah para mahasiswa yang berasal dari luar kota Yogyakarta untuk melanjutkan studi, bukan sekedar para pendatang yang hanya berkunjung. Proses penyesuaian


(30)

sosial membutuhkan waktu yang tidak sebentar, oleh karena itu pendatang yang dimaksudkan adalah para mahasiswa pendatang yang akan menetap cukup lama di Yogyakarta. Para mahasiswa baru yang melanjutkan studi dapat masuk dalam kategori tersebut karena mereka akan lama tinggal di Yogyakarta untuk menyelesaikan studinya.

B. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial

Menurut Salim (1998) penyesuaian sosial adalah proses penyesuaian diri seseorang dengan lingkungan sosialnya sehingga ia dapat hidup dan berfungsi dengan baik di lingkungannya. Mu’tadin (2002) mengatakan, setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat, dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial.

Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya, dan adat istiadat yang ada,


(31)

sementara masyarakat diperkaya oleh karya yang diberikan oleh sang individu (Mu’tadin, 2002).

Mu’tadin juga mengungkapkan bahwa apa yang diserap atau dipelajari individu dalam proses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses penyesuaian sosial mencakup kemauan individu untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun denga sejumlah ketentuan atau norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial, individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan yang ada lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari dirinya dan agar individu dapat berperilaku sesuai dengan pola tingkah laku kelompok.

Schneiders (1964) mendefinisikan penyesuaian sosial sebagai kemampuan individu untuk bereaksi seefektif mungkin untuk mencapai keseimbangan terhadap kenyataan dan situasi sosial. Individu mempunyai penyesuaian yang baik bila mampu menyesuaikan diri dalam lingkungan keluarga, pendidikan, atau masyarkat.

Penyesuaian sosial juga diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain dan terhadap kelompok. Artinya bagaimana usaha individu tersebut untuk hidup dan bergaul dengan orang lain serta hidup di dalam kelompok masyarakat, di mana dalam kelompok tersebut memiliki norma. Afifudin (1985) menambahkan, penyesuaian sosial merupakan


(32)

usaha untuk menciptakan situasi dan kondisi yang serasi antara seorang individu dengan individu lainnya atau seseorang dengan masyarakat sekitarnya sehingga terjadi hubungan yang berbentuk timbal balik yag harmonis antara keduanya.

Menurut Gerungan (1986) penyesuaian sosial adalah perilaku mengubah diri sendiri sesuai dengan keadaan lingkungan tanpa menimbulkan konflik-konflik yang berarti. Dalam hal ini individu harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar sehingga keberadaannya dapat diterima.

Jadi penyesuaian sosial merupakan kemampuan individu dalam berusaha untuk bertingkah laku tepat, untuk hidup, bergaul, dan berinteraksi pada lingkungan sosial sesuai dengan norma-norma, aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan sosialnya, serta memenuhi tuntutan yang ada dalam masyarakat agar dapat diterima di lingkungan tersebut. Dan merupkan proses memahami mengenai apa yang diinginkan individu ataupun lingkungan sosialnya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Sosial a. Faktor internal/dari dalam diri individu (Schneider, 1964)

Terdiri dari: (1) Kondisi fisik: berkaitan dengan penampilan fisik, penampilan yang menarik cenderung dapat membuat seseorang lebih mudah untuk bergaul dan diterima dalam pergaulan sehingga lebih mudah menyesuaikan diri. (2) Perkembangan intelektual: berkaitan dengan kestabilan emosi, kemampuan untuk bertindak untuk mencapai tujuan, berpikir rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungan sosial secara efektif.


(33)

b. Keluarga (Hurlock, 1991)

Berupa perilaku yang muncul karena adanya bimbingan orang tua atau timbul karena adanya perilaku meniru dari orang tua atau orang dewasa lainnya dalam proses belajar.

c. Lingkungan masyarakat

Lingkungan mempengaruhi perilaku individu dengan adanya budaya, aturan/norma yang berlaku. Salah satu kesulitan yang dihadapi individu dalam mempelajari perilaku sosial adalah bahwa setiap kelompok memiliki normanya sendiri mengenai hal-hal yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dalam kebudayaannya.

Kebudayaan merupakan: (1) hasil kegiatan dan penciptaan manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat-istiadat; (2) hasil berpikir atau akal budi yang didapat dari alam sekeliling yang digunakan untuk kesejahteraan manusia (Salim,1998). Matsumoto (2004) mendefinisikan budaya sebagai sebuah konstruk sosiopsikologis, suatu kesamaan dalam sekelompok orang dalam fenomena psikologis seperti nilai, sikap, keyakinan dan perilaku. Budaya juga didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok (Samovar & Porter, 1982).


(34)

Nilai-nilai budaya yang mempengaruhi pola pikir dan perilaku termasuk penyesuaian sosialnya. Salah satu kesulitan yang dihadapi individu dalam mempelajari perilaku sosial yang dapat diterima msyarakat adalah bahwa setiap budaya dalam masyarakat memiliki ketentuan sendiri mengenai apa yang dapat diterima atau tidak oleh masyarakatnya. Dan masyarakat itu sendiri menentukan standar perilaku sosial yang dapat diterima atau tidak dapat diterima.

3. Problem-problem Penyesuaian Sosial

Proses penyesuaian sosial dapat terjadi dengan mudah bila kebudayaan yang satu dapat menyesuaikan dengan kebudayaan lainnya, namun tidak semua perbedaan kebudayaan yang ada dapat disesuaikan dengan mudahnya. Perbedaan-perbedaan pada setiap kebudayaan dapat menimbulkan problem-problem dalam proses penyesuian sosial. Menurut Kartono & Gulo (1987) problem dapat diartikan sebagai suatu situasi yang sulit untuk dipahami dan memerlukan pemecahan untuk menyelesaikannya.

Problem-problem yang muncul dalam proses penyesuaian sosial yang harus dihadapi oleh para pendatang tentu juga memerlukan penyelesaian agar proses tersebut dapat terlaksana. Lewat komunikasi kita menyesuaikan diri dan berhubungan dengan lingkungan kita (Samovar & Porter, 1982). Bahasa merupakan sarana komunikasi yang digunakan saat berinterkasi dengan orang lain. Melalui bahasa, budaya diturunkan dari generasi ke generasi. Para pendatang yang ingin menyesuaikan diri juga menggunakan bahasa untuk


(35)

berinteraksi dan memahami budaya setempat yang berlaku. Masalah akan timbul apabila interaksi yang terjadi menggunakan bahasa yang berbeda, seperti yang dialami oleh para pendatang. Perbedaan bahasa akan menghambat proses pemahaman antar individu yang berperan di dalamnya (Matsumoto, 2004).

Menurut Berry, Poortinga, Segall, dan Dasen (1999) hubungan/interaksi antar individu yang memiliki perbedaan budaya dalam suatu kelompok masyarakat dapat mengacu pada sikap kategorisasi/diskriminasi pada individu lain yang bukan merupakan anggota kelompoknya. Setiap anggota kelompok merasa harus melestarikan kebiasaan atau budayanya agar selalu dianggap ada. Namun disisi lain hal tersebut akan membuat anggota kelompok lain akan menganggap adanya perbedaan diantara mereka sehingga mereka akan memberi perlakuan yang berbeda pada individu yang bukan anggota kelompoknya.

Berry, Poortinga, Segall, dan Dasen (1999) juga menambahkan munculnya prasangka dari kelompok satu yang ditujukan pada kelompok lain yang memiliki perbedaan pandangan atau kebudayaan. Keyakinan yang tertanam dalam pola pikiran setiap individu akan membuat individu tersebut merasa selalu waspada terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan pola pikir tersebut. Kewaspadaan yang dimiliki tersebut dapat mengambat sistem interaksi dengan individu lain yang memiliki perbedaan dengannya.

Perbedaan bahasa, perbedaan perilaku/kebiasaan tentu dapat menghambat proses tersebut. Selain itu adanya pandangan-pandangan negatif mengenai kebudayaan lain juga dapat menimbulkan problem-problem seperti prasangka, dan diskriminasi dalam proses penyesuaian sosial tersebut.


(36)

a. Perbedaan Bahasa

Bahasa adalah sarana utama untuk berkomunikasi dengan orang lain dan menyimpan informasi. Bahasa juga merupakan sarana utama dalam pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan, tanpa bahasa, budaya sebagaimana yang kita kenal tidak akan ada. Bahasa yang satu dapat sangat berbeda dengan bahasa yang lain, dan perbedaan-perbedaan ini terkait dengan beberapa perbedaan-perbedaan penting dalam kebiasaan dan perilaku pada budaya yang menaungi bahasa tersebut (Matsumoto, 2004).

Para pendatang yang ingin menyesuaikan diri biasanya akan mengalami kesulitan karena adanya perbedaan bahasa. Mereka akan sulit memahami kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat apabila tidak memahami bahasa yang berlaku, karena sarana utama untuk berkomunikasi adalah bahasa. Matsumoto (2004) juga mengatakan, pemahaman kita mengenai bahasa dan hubungannya dengan perilaku dan budaya menjadi hal yang penting. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pengetahuan mengenai lebih dari satu bahasa menjadi alat yang vital dalam memahami dan berkomunikasi dengan orang dari budaya lain.

Samovar & Porter (1982) mengungkapkan, lewat komunikasi kita menyesuaikan diri dan berhubungan dengan lingkungan kita, serta mendapatkan keanggotaan dan rasa memiliki dalam berbagai kelompok sosial yang mempengaruhi kita. Proses komunikasi menjadi faktor yang cukup penting dalam penyesuaian sosial. Sebagaimana masyarakat setempat memperoleh pola kebudayaan melalui komunikasi dari generasi sebelumnya, para pendatang juga menemukan pola kebudayaan masyarakat setempat melalui komunikasi. Tetapi


(37)

dalam banyak kasus, bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi sangat berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut sering merintangi timbulnya saling pengertian antara para pendatang dengan masyarakat setempat.

Melalui pengalaman berkomunikasi yang terus-menerus, para pendatang akan memperoleh kecakapan berkomunikasi yang ia butuhkan untuk menghadapi lingkungan barunya. Kecakapan pendatang dalam berkomunikasi akan berfungsi sebagai seperangkat alat penyesuaian sosial. Kecakapan berkomunikasi pendatang nantinya akan mempermudah semua aspek penyesuaian dalam masyarakat setempat (Samovar & Porter, 1982) .

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahasa sebagai sarana utama dalam berkomunikasi. Para pendatang perlu berkomunikasi dengan masyarakat setempat agar dapat memahami pola-pola kebudayaan yang berlaku sehingga dapat menyesuaikan diri dalam proses penyesuaian sosial. Tetapi bahasa yang digunakan dalam satu daerah dapat sangat berbeda dengan daerah yang lainnya.

b. Perbedaan perilaku/kebiasaan

Dayakisni & Yuniardi (2004) mendefinisikan budaya sebagai seperangkat nilai, sikap, keyakinan dan perilaku yang dimiliki oleh sekelompok orang. Budaya ada dalam diri individu, salah satu bentuk dari budaya adalah perilaku/kebiasaan pada individu tersebut. Setiap budaya memiliki pola perilaku dan kebiasaan yang berlaku dalam kelompoknya (Matsumoto, 2004).


(38)

Individu harus dapat berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dalam kelompoknya agar dapat diterima dalam masyarakat tersebut. Bila perilaku seorang individu tidak sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, maka individu tersebut akan dianggap sebagai orang luar atau tidak diakui sebagai anggota kelompok tersebut.

Para pendatang tentu memiliki pola perilaku/kebiasaan sendiri yang berbeda dengan kebiasaan yang berlaku di Yogkakarta, karena mereka memiliki kebudayaan yang berbeda pula. Apa yang berlaku di suatu daerah belum tentu juga berlaku di daerah lain. Agar dapat diterima oleh masyarakat setempat, tentu para pendatang harus mampu mengubah perilaku/kebiasaannya dan berusaha untuk menyesuaikan dengan kebiasaan yang ada. Tetapi proses penyesuaian tersebut dapat menimbulkan kesulitan, perilaku yang sudah melekat pada diri individu sekian lama tentu akan sulit untuk diubah. Oleh karena itu, perbedaan perilaku/kebiasaan juga dapat menjadi penghalang dalam proses penyesuaian sosial yang dihadapi oleh para mahasiswa pendatang.

c. Prasangka sosial

Prasangka dapat diartikan sebagai sikap yang tidak baik dan dapat dianggap sebagai suatu predisposisi untuk mempersepsi, berpikir, merasa dan bertindak dengan cara-cara yang menentang atau menjauhi dan bukan menyokong atau mendekati orang lain, terutama sebagai anggota kelompok (Newcomb, 1978).


(39)

Prasangka adalah sebuah sikap (biasanya negatif) terhadap anggota kelompok tertentu, semata berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. Seseorang yang memiliki prasangka terhadap kelompok sosial tertentu cenderung mengevaluasi anggotanya dengan cara yang sama (biasanya secara negatif) semata karena mereka anggota kelompok tersebut. Prasangka dapat melibatkan perasaan negatif atau emosi pada orang yang dikenai prasangka ketika mereka hadir atau hanya dengan memikirkan anggota kelompok yang tidak mereka sukai. Prasangka juga dapat menyebabkan munculnya kecenderungan untuk bertingkah laku secara negatif terhadap mereka yang menjadi obyek prasangka (Baron & Byrne, 2003).

Ahmadi (1991) mengatakan bahwa prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya prasangka, diantaranya adalah:

1. Prasangka timbul karena adanya perbedaan, dimana perbedaan akan menimbulkan perasaan superior. Perbedaan di sini dapat meliputi:

a. Perbedaan phisik/biologis, ras. b. Perbedaan lingkungan/geografis. c. Perbedaan kekayaan.

d. Perbedaan status sosial. e. Perbedaan kepercayaan. f. Perbedaan norma sosial.


(40)

2. Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau pengalaman yang tidak menyenangkan.

3. Prasangka timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi pendapat umum atau kebiasaan di dalam lingkungan tertentu.

Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menjadi penyebab timbulnya prasangka. Individu/masyarakat biasanya hanya melihat seseorang dari apa yang nampak dari luar untuk menilai seseorang tanpa mau mengenal pribadi orang tersebut. Banyak orang hanya melihat phisik/ras dari individu lain untuk memberi penilaian. Bila penilaian itu positif maka untuk selanjutnya tidak akan terjadi masalah. Seorang individu dapat diperlakukan berbeda bila ia berasal dari golongan tertentu. Misalnya bila masyarakat setempat memiliki pandangan bila orang Cina itu pelit/orang Batak itu keras, meskipun mereka tidak mengenalnya namun karena masyarakat sudah berpandangan seperti itu, maka bila mereka melihat orang Cina/Batak akan menganggap orang itu pelit atau keras.

Di lain pihak, pengalaman juga dapat menjadi penyebab seseorang diperlakukan berbeda. Misalkan bila seseorang medapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan dengan orang dari suku/ras lain. Maka bila ia bertemu dengan orang lain yang berasal dari suku yang sama dengan orang tadi, secara otomatis akan menganggap orang tersebut memiliki sifat yang sama dengan orang yang membuatnya mendapat pengalaman buruk. Ia tidak akan peduli lagi bahwa kepribadian setiap orang tidaklah sama.

Dalam prasangka setiap situasi dianggap berkaitan. Atas dasar keyakinan ini, maka segala pengalaman yang diperoleh seseorang mengenai suatu suku


(41)

dipandang/ditafsirkannya dari segi keyakinan tersebut. Akibatnya orang tidak mau tahu terhadap kenyataan-kenyataan yang tidak sesuai dengan prasangka itu.

Prasangka sosial biasanya terdiri atas sikap negatif terhadap golongan lain dan mempengaruhi tingkah lakunya terhadap golongan manusia lain tadi. Prasangka sosial yang pada mulanya merupakan sikap-sikap perasaan negatif itu lambat laun dapat berubah menjadi tindakan diskriminatif terhadap orang yang termasuk golongan yang diprasangkai itu, tanpa ada alasan-alasan obyektif yang mendasari. Prasangka-prasangka yang timbul biasanya dapat menghambat proses penyesuaian diri yang dilakukan seseorang (Sears, 1985).

Jadi prasangka sosial merupakan suatu sikap atau perasaan negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain, suatu predisposisi untuk mempersepsi, berpikir, merasa dan bertindak dengan cara-cara yang menentang atau menjauhi dan perasaan negatif itu lambat laun dapat berubah menjadi tindakan diskriminatif terhadap orang yang termasuk golongan yang diprasangkai itu, tanpa ada alasan-alasan obyektif yang mendasari. Proses penyesuaian sosial dapat terhambat bila prasangka-prasangka tersebut muncul.

d. Diskriminasi

Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara berdasarkan perbedaan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan lain sebagainya (KBBI, 1998:208).

Prasangka sosial yang pada mulanya merupakan sikap-sikap perasaan negatif itu lambat laun dapat berubah menjadi tindakan diskriminatif terhadap


(42)

orang yang termasuk golongan yang diprasangkai itu, tanpa ada alasan-alasan obyektif yang mendasari. Tindakan diskriminatif diartikan sebagai perilaku menerima atau menolak seseorang berdasarkan (atau setidaknya dipengaruhi oleh) keanggotaan kelompoknya (Sears, 1985). Diskriminasi merupakan tingkah laku negatif yang ditujukan kepada anggota kelompok sosial yang menjadi obyek prasangka (Baron & Byrne, 2003). Gerungan (1986) mendefinisikan tindakan diskriminatif sebagai tindakan yang bercorak menghambat, merugikan, bahkan dapat mengancam kehidupan pribadi orang hanya karena mereka termasuk dalam golongan orang yang diprasangkai itu.

Menurut Theodorson & Theodorson (1979) diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribit-atribut khas, seperti berdasarkan ras, suku bangsa, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan diskriminasi mencakup perilaku apa saja, yang berdasarkan perbedaan yang dibuat secara alamiah atau pengkategorian masyarakat, yang tidak berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki individu yang dikenai perlakuan diskriminasi. Diskriminasi mengandung perlakuan yang tidak sama terhadap sekelompok orang.

Jadi diskriminasi merupakan tingkah laku negatif yang yang tidak seimbang yang ditujukan pada seseorang atau kelompok tertentu karena individu atau kelompok tersebut merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki perbedaan suku, ras, agama maupun status sosial.


(43)

C. Problem-problem yang Muncul dalam Proses Penyesuaian Sosial pada Mahasiswa Pendatang yang Melanjutkan Studi di Yogyakarta

Kebudayaan merupakan sekumpulan sikap, nilai, keyakinan dan perilaku yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang. Bila sekelompok orang itu terus hidup bersama tanpa ada campur tangan dari kelompok lain, tentu masalah tidak akan muncul. Namun bila ada dua kebudayaan atau lebih yang berbeda, karena setiap daerah memiliki kebudayaannya sendiri, tentu akan menimbulkan masalah. Apa yang dianggap benar oleh budaya yang satu belum tentu dianggap benar pula oleh kebudayaan yang lain begitu pula yang terjadi di Yogyakarta sebagai kota pelajar.

Para pendatang yang berasal dari luar Pulau Jawa dan ingin melanjutkan studi di Yogyakarta harus dapat menyesuaikan diri agar dapat bertahan hidup. Mereka akan membawa kebudayaan yang sudah melekat pada diri mereka ke Yogyakarta yang tentu saja sudah memiliki kebudayaannya sendiri.

Permasalahan tidak akan muncul apabila kebudayaan pendatang sama dengan kebudayaan yang berlaku di Yogyakarta. Para pendatang akan mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Tetapi dengan adanya perbedaan tersebut tentu mereka akan menghadapi kesulitan dalam proses penyesuaian. Proses penyesuaian yang berhubungan dengan interaksi masyarakat setempat dengan segala perbedaan, kebiasaan, adat dan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat tersebut dikenal dengan proses penyesuaiam sosial. Individu dapat hidup berdampingan bila proses penyesuaian sosial dapat


(44)

dilakukan. Tetapi banyak permasalahan yang akan timbul dalam proses penyesuaian sosial tersebut.

Perbedaan bahasa yang dimiliki oleh para pendatang dapat menjadi penghalang terjadinya penyesuaian sosial. Mereka perlu untuk memahami pola-pola kebudayaan yang berlaku di masyarakat setempat, bahasa merupakan sarana utama untuk memahami hal tersebut. Tetapi bahasa yang digunakan para pendatang belum tentu dapat dimengerti oleh masyarakat setempat, begitu pula sebaliknya. Perbedaan bahasa seperti itulah yang dapat menghambat proses penyesuaian sosial.

Perbedaan kebudayaan juga dapat menimbulkan perbedaan perilaku/kebiasaan. Individu yang berasal dari budaya satu dapat berperilaku berbeda dengan individu dari kebudayaan lain, karena apa yang dianggap benar di suatu daerah belum tentu dianggap benar pula di daerah lain. Permasalahan akan muncul ketika individu berpindah tempat dimana kebiasaan yang berlaku di daerahnya tidak berlaku di daerah yang baru. Individu harus menyesuaiakan perilakunya sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di daerah tersebut agar dapat diterima oleh masyarakatnya.

Bila prasangka muncul sebelum proses penyesuaian terjadi, maka akan tercipta jarak diantaranya. Bila ada jarak tentu kedua belah pihak tidak akan dapat saling memahami. Prasangka sosial merupakan suatu sikap atau perasaan negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain.

Diskriminasi dapat pula muncul dalam menghadapi proses penyesuaian sosial. Diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan maupun hak dalam


(45)

masyarakat yang didasarkan pada perbedaan warna kulit, golongan, suku, agama, dan sebagainya. Perbedaan budaya dari masing-masing pihak dapat menumbulkan perlakuan diskriminasi. Diskriminasi menyebabkan perbedaan perlakuan dan hal tersebut dapat menghambat proses penyesuaian, karena dalam diskriminasi orang cenderung hanya mau berkomunikasi dengan anggota kelompoknya sendiri dan menganggap anggota kelompok lain tidak baik.

Banyaknya permasalahan yang mungkin muncul seperti adanya perbedaan bahasa, perbedaan perilaku/kebiasaan, munculnya prasangka, dan diskriminasi tentu akan menghambat proses penyesuaian sosial. Permasalahan tersebut nampaknya dapat menjadi hal yang menarik untuk diteliti secara lebih mendalam agar dapat diketahui apakah mahasiswa pendatang yang berasal dari luar Pulau Jawa dan melanjutkan studinya di Yogyakarta mengalami problem-problem dalam proses penyesuaian sosial.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi sekarang ini. Penelitian deskriptif mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena, ataupun pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat. Penelitian ini mengembangkan konsep, menghimpun fakta, tetapi tidak menguji hipotesis (Mardalis, 1990).

Nawawi & Martini (1994) menambahkan, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan keadaan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta. Penelitian deskriptif tidak hanya berhenti pada penyajian fakta. Penelitian ini tidak sekedar menyajikan fakta dan data mentah saja. Data dan fakta yang diperoleh akan diolah dan ditafsirkan untuk kemudian dilakukan proses analisis sehingga hasil penelitian dapat diperoleh (Nawawi & Martini, 1994).

Penelitian ini menggunakan desain survei. Survei merupakan penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala


(47)

yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Desain survei membedah dan menguliti serta mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan atau peristiwa yang sedang berlangsung. Penelitian ini dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu (Nazir, 1985).

Penelitian survei merupakan upaya pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tertentu. Metode ini bertitik tolak pada konsep, hipotesis, dan teori yang sudah mapan sehingga tidak akan memunculkan teori baru. Penelitian ini memiliki sifat verifikasi atau pengecekan terhadap teori yang sudah ada (Mantra, 2001).

Dalam penelitian survei, pada umumnya informasi atau data dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Data dikumpulkan dari responden sebagai sampel yang dianggap mewakili populasi penelitian. Penelitian survei memiliki tujuan untuk mempelajari fenomena sosial yang terjadi (Singarimbun & Effendi, 1981).

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang diteliti dalam sebuah penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah problem-problem yang muncul dalam proses penyesuaian sosial pada mahasiswa pendatang yang melanjutkan studi di Yogyakarta. Problem-problem tersebut meliputi perbedaan bahasa, perbedaan kebiasaan, prasangka, dan diskriminasi.


(48)

C. Definisi Operasional

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap problem-problem yang muncul dalam proses penyesuaian sosial pada mahasiswa pendatang yang melanjutkan studi di Yogyakarta. Problem penyesuaian sosial diungkap menggunakan kuesioner penyesuaian sosial yang akan disusun oleh peneliti.

Proses penyesuaian yang berhubungan dengan interaksi masyarakat setempat dengan segala perbedaan, kebiasaan, adat dan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat tersebut dikenal dengan proses penyesuaiam sosial Penyesuaian sosial merupakan kemampuan individu dalam berusaha untuk bertingkah laku tepat, untuk hidup, bergaul, dan berinteraksi pada lingkungan sosial sesuai dengan norma-norma, aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan sosialnya, serta memenuhi tuntutan yang ada dalam masyarakat tersebut agar dapat diterima di lingkungan tersebut.

Proses penyesuaian sosial yang dihadapi oleh mahasiswa pendatang bukanlah suatu proses yang mudah. Mereka harus mampu untuk menghadapi proses tersebut agar dapat diterima dalam masyarakat. Banyak problem-problem yang mungkin muncul dan dapat menghambat terjadinya proses penyesuaian sosial tersebut. Problem-problem tersebut diantaranya adalah:

1. Perbedaan bahasa

Perbedaan bahasa yang dimiliki oleh para pendatang dapat menjadi penghalang terjadinya penyesuaian sosial. Mereka perlu untuk memahami pola-pola kebudayaan yang berlaku di masyarakat setempat, bahasa merupakan sarana utama untuk memahami hal tersebut.


(49)

2. Perbedaan perilaku/kebiasaan

Permasalahan akan muncul ketika kebiasaan yang berlaku tidak sesuai dengan kebiasaan para pendatang, mereka akan mengalami

kesulitan ketika harus menyesuaikan kebiasaan yang berlaku. 3. Prasangka

Prasangka sosial merupakan suatu sikap atau perasaan negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain. Bila prasangka muncul sebelum proses penyesuaian terjadi, maka akan tercipta jarak diantaranya yang dapat menghambat munculnya saling memahami antara pendatang dan penduduk setempat, hal tersebut tentu dapat mengganggu proses penyesuian sosial. Mahasiswa pendatang yang diprasangkai oleh masyarakat setempat tentu akan menghadapi kesulitan dalam proses penyesuaian sosial.

4. Diskriminasi

Diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan maupun hak dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan warna kulit, golongan, suku, agama, dan sebagainya. Dalam diskriminasi orang cenderung hanya mau berkomunikasi dengan anggota kelompoknya sendiri dan menganggap anggota kelompok lain tidak baik. Perlakuan diskriminasi masyarakat setempat terhadap mahasiswa pendatang dapat menghambat proses penyesuaian sosial yang harus dilakukan.


(50)

Mahasiswa pendatang yang akan melanjutkan studi di tempat baru yang memiliki perbedaan kebudayaan tentu harus menghadapi proses penyesuaian sosial agar dapat diterima di lingkungan tersebut. Mereka tentu juga harus siap untuk menghadapi problem-problem dalam proses penyesuaian sosial tersebut.

Untuk mengetahui problem-problem apa saja yang muncul dalam proses penyesuaian sosial yang dialami mahasiswa pendatang dan melanjutkan studi di Yogyakarta, maka akan digunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Penelitian ini akan menggunakan kuesioner yang akan dibagikan secara langsung kepada sejumlah mahasiswa yang dianggap sebagai kelompok yang representatif dalam mewakili keseluruhan populasi yang akan diteliti. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner akan disusun sesuai dengan apa yang akan diukur sehingga jawaban yang diperoleh dapat mengungkap data-data yang diperlukan. Jawaban-jawaban responden terhadap butir soal yang diberikan akan menunjukkan jenis-jenis problem yang dihadapi mahasiswa pendatang dalam proses penyesuaian sosial.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tanpa skala dengan bentuk pertanyaan terbuka. Semua jawaban yang diperoleh melalui kuesioner akan dicatat dan dikelompokkan sesuai dengan kategori.

D. Subyek Penelitian

Tiap penelitian memerlukan sejumlah orang yang harus diselidiki sebagai subyek penelitian. Jumlah keseluruhan dari subyek penelitian disebut sebagai populasi. Secara ideal kita harus menyelidiki keseluruhan populasi yang menjadi


(51)

subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa baru Universitas Sanata Dharma angkatan 2007, yang berasal dari luar kota Yogyakarta.

Mahasiswa baru dianggap sebagai populasi yang paling cocok karena mereka baru saja datang untuk tinggal di lingkungan sosial yang masih asing bagi mereka. Para pendatang harus menghadapi proses penyesuaian sosial agar dapat diterima di lingkungan baru mereka sehingga mereka dapat menetap di lingkungan tersebut.

Bila populasi terlalu besar kita dapat menggunakan sejumlah sampel sebagai subyek yang representatif, yaitu yang mewakili keseluruhan populasi itu. Ada berbagai macam teknik pengambilan sampel. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Dalam purposive sampling, pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sebutan purposive menunjukkan bahwa teknik ini digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Purposive sampling didasarkan pada informasi yang mendahului tentang keadaan populasi (Hadi, 2004).

Sampel penelitian ini adalah para mahasiswa baru fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. Banyak mahasiswa baru di fakultas Psikologi yang berasal dari kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan yang ada di Yogyakarta. Sebagian besar dari mereka merupakan pendatang yang berasal dari luar Pulau Jawa sehingga memiliki perbedaaan budaya yang cukup terlihat. Oleh


(52)

karena itu, mahasiswa baru di fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma dianggap sebagai sample yang cukup mewakili dalam penelitian.

Sampel penelitian akan dikhususkan pada mahasiswa pendatang yang tinggal di daerah perkampungan (bukan daerah perumahan). Hal tersebut dikarenakan daerah perkampungan dianggap masih memiliki masyarakat sebagai penganut adat daerah yang cukup kuat. Tidak seperti masyarakat yang tinggal di daerah perumahan dimana masyarakatnya sudah cenderung modern dan biasanya menganggap adat daerah bukan hal yang penting.

E. Alat Pengumpulan Data dan Pertanggung Jawaban Mutu 1. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan dengan metode kuesioner. Pembagian kuesioner bertujuan untuk memperoleh data yang dapat mengungkap fakta dan kebenaran dari apa yang dialami oleh subyek. Kuesioner adalah suatu penyelidikan mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dilakukan dengan jalan mengedarkan daftar pertanyaan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan (respon) tertulis seperlunya. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengungkap prasangka, harapan, opini, rasa tertekan, frustasi, dan lain-lain (Kartono, 1980).

Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner berupa pertanyaan langsung yang terarah kepada informasi mengenai data yang hendak diungkap. Data yang dimaksud berupa fakta atau opini yang menyangkut diri subyek. Hal


(53)

ini berkaitan dengan asumsi dasar penggunaan kuesioner, yaitu bahwa subyek merupakan orang yang paling mengerti tentang dirinya sendiri (Azwar, 1999).

Jenis kuesioner yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tanpa skala (non-scaled questionnaire). Pertanyaan yang diberikan merupakan pertanyaan terbuka (open-ended question), sehingga subyek memiliki kebebasan dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan.

Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner akan disusun dan disesuaikan dengan apa yang akan diungkap, yaitu problem-problem yang muncul dalam penyesuaian sosial. Pertanyaan-pertanyaan yang dipergunakan dalam kuesioner diharapkan dapat mengungkap hal-hal yang berhubungan dengan: perbedaan bahasa, perbedaan perilaku/kebiasaan, prasangka, dan diskriminasi. Kuesioner tersebut diharapkan dapat mengungkapkan problem-problem yang muncul dalam proses penyesuaian sosial yang dihadapi oleh mahasiswa/i baru dan melanjutkan studi di Yogyakarta. Seluruh jawaban yang didapatkan melalui kuesioner tersebut kemudian akan diolah agar dapat menghasilkan data yang dapat dianalisis.


(54)

Tabel 1 Distribusi Item

No Aspek Pertanyaan Jumlah

1 Perbedaan bahasa

1.Apakah Anda mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan masyarakat setempat? 2.Kesulitan apa saja yang Anda alami ketika

berkomunikasi dengan masyarakat setempat? 3.Apakah Anda mengerti apabila masyarakat

setempat berbicara kepada Anda dengan menggunakan bahasa Jawa?

4.Seberapa sering masyarakat menggunakan bahasa tersebut dalam berkomunikasi dengan Anda?

5.Bahasa apa yang paling sering digunakan oleh masyarakat setempat ketika berkomunikasi dengan Anda?

6.Apakah masyarakat setempat tidak suka bila Anda menggunakan bahasa daerah Anda? 7.Apakah Anda pernah mendapat teguran saat

menggunakan bahasa daerah Anda di Yogyakarta? Mengapa?

8.Apakah masyarakat setempat lebih menghargai bila Anda berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa? Mengapa?

9.Apakah Anda dianggap sebagai anggota kelompok tertentu karena bahasa yang Anda gunakan?

10.Apakah Anda dituntut untuk menggunakan bahasa Jawa saat berkomunikasi oleh masyarakat setempat?


(55)

2 Perbedaan perilaku/ kebiasaan

1.Apakah cita rasa makanan/masakan yang ada di Yogyakarta tidak sesuai dengan Anda?

2.Apakah Anda merasa nyaman dengan cara/gaya berpakaian yang berlaku di Yogyakarta?

3.Apakah Anda pernah mendapat teguran mengenai cara/gaya berpakaian Anda?

Apa alasannya?

4.Apakah cara/gaya berbicara Anda tidak dibenarkan/diterima oleh masyarakat setempat?

5.Apakah Anda sering mendapat teguran karena melanggar kebiasaan yang berlaku di masyarakat setempat? Teguran dan kebiasaan apa?

6.Apakah Anda mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kebiasaan yang berlaku di Yogyakarta? Seberapa sering Anda mengalaminya?

7.Apakah menurut Anda jam malam yang berlaku secara umum saat ini (pk. 21.00 WIB) terlalu awal?

8.Apakah perilaku Anda sering kali tidak dibenarkan oleh masyarakat setempat? Perilaku yang bagaimana?

9.Apakah Anda merasa sulit untuk diterima oleh masyarakat setempat karena memiliki perilaku/kebiasaan yang berbeda?

10.Hal-hal apa saja (yang bertentangan mengenai kebiasaan) yang berlaku di daerah asal Anda


(56)

namun tidak berlaku di Yogyakarta?

3 Prasangka 1.Apakah Anda mendapat sikap negatif dari masyarakat setempat? Sikap yang bagaimana? 2.Apakah Anda selalu dipandang negatif karena berasal dari luar Yogyakarta oleh masyarakat setempat?

3.Apakah masyarakat setempat tidak menyukai pendatang?

4.Apakah Anda sering/pernah mendapat sebutan (negatif) tertentu karena berasal dari daerah tertentu? Sebutan apa yang Anda dapatkan? 5.Apakah masyarakat setempat selalu mencurigai

pendatang dalam banyak hal?

6.Apakah Anda dianggap sebagai pendatang karena berasal dari daerah tertentu?

7.Apakah anda sering dianggap sebagai orang asing yang mengganggu oleh masyarakat setempat? Jelaskan!

8.Apakah Anda sering menjadi tersangka bila ada kasus kehilangan oleh masyarakat setempat?

9.Apakah masyarakat setempat sering mengejek/menghina suku/ras pendatang?

10.Apakah Anda pernah dianggap memiliki sifat yang tidak baik karena berasal dari daerah tertentu? Sifat seperti apa?

10

4 Diskriminasi 1.Apakah Anda mengalami perlakuan berbeda dari masyarakat setempat? Apa saja yang Anda alami?

2.Apakah Anda sering dijauhi oleh masyarakat 10


(57)

setempat?

3.Apakah sebagai pendatang, Anda sering tidak dihargai oleh masyarakat setempat?

4.Apakah Anda sering mendapat perlakuan tidak ramah dari masyarakat setempat?

5.Apakah Anda mendapat perlakuan tidak adil dari masyarakat setempat? Seperti apa?

6.Apakah Anda tidak diterima oleh masyarakat setempat sebagai pendatang?

7.Apakah Anda sering kali tidak dilibatkan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat? Mengapa?

8.Apakah Anda mendapat perlakuan kasar dari masyarakat setempat?

9.Apakah Anda merasa dipersulit oleh masyarakat setempat dalam bersosialisasi?

10.Apakah Anda mengalami kesulitan ketika menghadapi aparat desa? Kesulitan seperti apa?

TOTAL 40

2. Pertanggung jawaban mutu a. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti ketepatan suatu instrument pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1996). Suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu (Nasution, 1982).


(58)

Penelitian ini menggunakan validasi isi. Validasi isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas isi adalah sejauh mana item-item tes mewakili komponen-komponen dalam dalam keseluruhan kawasan isi obyek yang hendak diukur dan sejauh mana item-item mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (Azwar, 1999). Validitas ini, dimaksudkan bahwa bahan yang diuji relevan dengan kemampuan, pengetahuan, pelajaran, pengalaman atau latar belakang subyek (Nasution, 1982).

Validitas isi memiliki dua tipe, yaitu: validitas muka dan validitas logis. Validitas muka diselidiki dengan cara meminta seseorang, mulai dari pakar sampai subyek yang dites itu sendiri, memeriksa dan menyimpulkan apakah pertanyaan-pertanyaan yang digunakan memberi kesan mengukur sifat yang mau diukur (Supratiknya, 1998). Uji validitas muka dilakukan dengan cara melakukan wawancara singkat kepada beberapa subyek untuk menanyakan apakah kuesioner yang digunakan mampu mengungkap apa yang ingin diukur dalam penelitian ini. Hasil yang didapat adalah bahwa subyek-subyek tersebut menyatakan bahwa kuesioner telah memberikan kesan mampu mengukur apa yang ingin diukkur. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi.

Sedangkan validitas logis dilaksanakan dengan merumuskan apa yang akan diukur dan menyusun item-item yang mencakup semua aspek


(59)

penting dari penelitian dan pihak yang berkompeten/professional judgement akan menganalisis secara rasional apakah item-item tersebut telah mencerminkan wilayah penting dari penelitian tersebut (Azwar, 1999). Uji validitas logis dilakukan dengan cara mengajukan kuesioner yang akan digunakan kepada Dr. A. Supratiknya selaku professional judgement untuk menilai apakah item-item yang ada telah mencakup semua aspek yang digunakan dalam penelitian. Kuesioner tersebut telah dinyatakan memenuhi kriteria sehingga dapat dikatakan valid.

b. Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel akan menunjukkan hasil penelitiann yang tidak dapat dipercaya (Azwar, 1999). Teknik reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik ulangan (test-retest). Dalam teknik ulangan, alat pengukuran yang sama digunakan pada sejumlah subyek yang sama pada saat yang berbeda dan dalam kondisi pengukuran yang relatif sama. Teknik ini juga mengasumsikan bahwa gejala yang diukur tidak berubah selama tenggang waktu pengukuran pertama dan pengukuran yang kedua (Hadi, 2004).

Pengambilan data pertama dilakukan pada bulan April, dan pengambilan data ke-2 dilakukan satu bulan kemudian kepada beberapa subyek yang telah digunakan sebelumnya. Konsistensi jawaban subyek


(60)

saat pengambilan data pertama dan kedua dapat memberikan bukti mengenai reliabilitas. Apabila jawaban subyek sama atau tidak jauh beda antara pengambilan pertama dan kedua maka dapat dikatakan reliabilitas telah tercapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum jawaban subyek dalam dua kali pengambilan data relatif konsisten. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa reliabilitas dalam penelitian ini bisa dipertanggungjawabkan.

F. Analisis Data

Data hasil penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Analisis kuantitatif akan melalui dua tahap. Tahap pertama adalah mengkoding dan mengkategorisasikan semua jawaban yang telah didapat. Tahap kedua adalah menghitung frekuensi dan prosentasenya

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam menganalisis data. Langkah-langkah tersebut adalah:

1. Mengkoding jawaban. Koding akan didasarkan pada jawaban yang diberikan responden dalam menjawab soal-soal mengenai problem-problem dalam proses penyesuaian sosial.

2. Membuat kategorisasi berdasarkan koding yang telah dibuat. 3. Menghitung frekuensi dan prosentase.

4. Membuat diagram untuk memudahkan melihat prosentase per kategori jawaban responden.


(61)

5. Menganalisis data untuk mendapatkan gambaran secara utuh sehingga pertanyaan dalam penelitian dapat terjawab.


(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan

Penelitian dilakukan dengan cara membagikan kuesioner sebagai alat pengumpul data kepada subyek penelitian yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan kebutuhan. Subyek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa/i pendatang angkatan 2007 Fakultas Psikologi, yang tinggal/kost di daerah perkampungan dan bukan daerah perumahan.

Proses penelitian dilaksanakan pada hari Selasa, 1 April 2008 dan Rabu, 2 April 2008. Lokasi penelitian bertempat di Fakultas Psikologi, Kampus III Universitas Sanata Dharma, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kuesioner dibagikan kepada seluruh subyek yang berjumlah 74 orang, dan kuesioner tersebut kembali dengan jumlah yang sama setelah diisi.

B. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap yang dilakukan adalah:

1. membuat koding atas jawaban yang telah diberikan oleh subyek

2. mengelompokkan jawaban subyek yang telah dikoding ke dalam kategori-kategori yang muncul


(63)

3. menghitung prosentase dari setiap frekuensi kategori jawaban yang ada dengan rumus:

×100%

ΣN N

N = jumlah jawaban subyek setiap kategori ∑N = jumlah seluruh subyek

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Data yang diperlukan diambil dengan cara membagikan kuesioner kepada subyek penelitian. Subyek penelitian yang digunakan adalah para mahasiswa/i baru (tanpa memandang perbedaan jenis kelamin) yang berasal dari luar Yogyakarta, karena mereka memiliki perbedaan kebudayaan yang cukup kentara dengan kebudayaan yang berlaku di Yogyakarta. Mahasiswa yang masuk dalam kategori baru adalah mereka yang belum cukup lama (< 1 tahun) tinggal di Yogyakarta.

Kuesioner yang telah diisi akan menyajikan data mentah yang akan diolah untuk dianalisis. Langkah pertama adalah proses koding. Setelah data dikoding, maka akan dikelompokkan ke dalam kategori-kategori yang muncul dari jawaban subyek. Langkah berikutnya adalah menghitung besarnya prosentase dengan rumus yang telah ditentukan.


(64)

Berikut penjabaran tabel ringkasan kategorisasi beserta perhitungan prosentasenya:

1. Bahasa

Tabel 2

Ringkasan kategorisasi item 1

Bahasa yang digunakan masyarakat setempat dalam berkomunikasi: Kategori jawaban Frekuensi %

Indonesia 32 43

Jawa 23 31

Keduanya 19 26

Jumlah 74 100

Diagram 1 Item 1

43%

31% 26%

Indonesia Jaw a Keduanya

Dari tabel 2 dapat dilihat dari 74 jawaban mahasiswa/i, sebanyak 32 mahasiswa (43%) menjawab menggunakan bahasa Indonesia, 23 mahasiswa (31%) menjawab penggunaan bahasa Jawa, sisanya 19 mahasiswa (26%) menjawab menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa ketika masyarakat berkomunikasi dengan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan mahasiswa pendatang.


(65)

Tabel 3

Ringkasan kategorisasi item 2

Intensitas masyarakat menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan pendatang:

Kategori jawaban Frekuensi %

Jarang 24 32

Kadang-kadang 14 19

Sering 36 49

Jumlah 74 100

Diagram 2 Item 2

32%

19% 49%

Jarang Kadang-kadang Sering

Dari tabel 3 terlihat bahwa 24 mahasiswa (32%) menjawab masyarakat jarang menggunakan bahasa Jawa saat berbicara dengan mereka, 14 mahasiswa (19%) merasa masyarakat hanya kadang-kadang saja menggunakan bahasa Jawa, sedangkan 36 mahasiswa (49%) menjawab masyarakat sering menggunakannya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih sering menggunakan bahasa Jawa saat berkomunikasi dengan mahasiswa pendatang.

Tabel 4

Ringkasan kategorisasi item 7

Kemampuan mahasiswa/i pendatang dalam mengerti/memahami ketika masyarakat menggunakan bahasa Jawa:

Kategori jawaban Frekuensi %

Mampu 34 46

Cukup 12 16

Sedikit/tidak mampu 28 38


(66)

Diagram 3 Item 7

46%

16% 38%

Mampu Cukup Sedikit/tidak mampu

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa 34 mahasiswa (46%) mampu mangerti/memahami, 12 mahasiswa (16%) cukup memahami dan 28 mahasiswa (38%) hanya sedikit memahami atau bahkan tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh masyarakat setempat ketika berkomunikasi. Hal itu menunjukkan bahwa cukup banyak mahasiswa yang mampu untuk mengerti/memahami pembicaraan yang mereka lakukan ketika berkomunikasi dengan masyarakat setempat.

Tabel 5

Ringkasan kategorisasi item 8

Apakah Anda mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan masyarakat sekitar?

Kategori jawaban Frekuensi %

Tidak ada 39 53

Ada 35 47

Jumlah 74 100

Diagram 4 Item 8

53%

47% Tidak ada


(67)

Dari tabel 5, dapat dilihat bahwa 39 mahasiswa (53%) menyatakan mereka tidak mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan masyarakat sekitar, dan 35 mahasiswa (47%) merasa tidak mengalami kesulitan ketika berkomunikasi. Hal tersebut menunjukan bahwa lebih banyak mahasiswa yang merasa tidak mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan masyarakat setempat, meski tidak sedikit pula mahasiswa yang mengalami kesulitan.

Tabel 6

Ringkasan kategorisasi item 9

Hambatan dalam berkomunikasi dengan masyarakat setempat: Kategori jawaban Frekuensi %

Tidak ada 39 53

Perbedaan bahasa 20 27 Kurangnya interaksi 7 9

Perasaan asing 8 11

Jumlah 74 100

Diagram 5 Item 9

53% 27%

9%

11% Tidak ada

Perbedaan bahasa Kurangnya interaksi Perasaan asing

Dari tabel 6, nampak bahwa sebanyak 39 mahasiswa (53%) tidak menemui hambatan dalam berkomunikasi, 20 mahasiswa (27%) merasa menghadapi masalah perbedaan bahasa yang menghambat komunikasi mereka. Interaksi yang kurang juga dapat menghambat komunikasi, hal


(68)

itu disampaikan oleh 7 mahasiswa (9%), sedangkan 8 mahasiswa (11%) sisanya merasa munculnya perasaan asing sebagai penghambat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih banyak mahasiswa yang tidak menemui hambatan dalam berkomunikasi dengan masyarakat setempat.

Tabel 7

Ringkasan kategorisasi item 19

Apakah mahasiswa pendatang mendapat teguran ketika menggunakan bahasa daerah oleh masyarakat sekitar? Mengapa?

Kategori jawaban Frekuensi % Tidak, pendatang berusaha menyesuaikan

bahasa yang digunakan

40 54 Tidak, masyarakat menerima perbedaan

bahasa

23 31 Ya, masyarakat tidak mau menerima bahasa

pendatang

11 15

Jumlah 74 100

Diagram 6 Item 19 54% 31% 15% Tidak, pendatang menyesuaikan bahasa yang digunakan Tidak, masyarakat menerima perbedaan bahasa Ya, masyarakat tidak menerima bahasa pendatang

Dari tabel 7, nampak 40 mahasiswa (54%) menyesuaikan bahasa yang digunakan masyarakat saat berbicara sehingga tidak mendapatkan teguran, 23 mahasiswa (31%) menyatakan masyarakat menerima perbedaan bahasa pendatang, sehingga tidak mempermasalahkannya. Selain itu 11 mahasiswa (15%) merasa masyarakat tidak mau menerima perbedaan bahasa dan hal itu menyebabkan adanya teguran ketika pendatang menggunakan bahasa daerahnya. Dengan demikian dapat


(1)

147

37 Tidak √

38 Tidak √

39 Tidak √

40 Ya √

41 Tidak √

42 Tidak √

43 Tidak √

44 Tidak √

45 Tidak √

46 Tidak √

47 Tidak √

48 Tidak √

49 Tidak tuch √

50 Tidak √

51 Tidak √

52 Ga √

53 Tidak √

54 Tidak √

55 Tidak √

56 Tidak √

57 Tidak √

58 Tidak √

59 Tidak √

60 Ya √

61 Tidak √

62 Tidak √

63 Oh, ga wajar-wajar aja kok √

64 Ya √

65 Tidak juga √

66 Tidak √

67 Tidak √

68 Tidak √

69 Tidak √

70 Tidak √

71 Tidak √

72 Tidak √

73 Tidak √

74 Tidak √

JUMLAH 70 (95%) 4 (5%)

40. Apakah Anda mendapat kesulitan ketika menghadapi aparat desa? Kategorisasi SUBYEK Jaw aban

Tidak Ya

1 Tidak √

2 Tidak √

3 Tidak √

4 Tidak √

5 Tidak √

6 Tidak √

7 Tidak √

8 Tidak √

9 Tidak √

10 Ya, pengurusan SIM/ KTP √

11 Tidak √

12 Tidak √

13 Tidak √

14 Tidak √

15 Tidak √

16 Tidak √

17 Tidak √

18 Tidak √

19 Tidak √

2O Tidak √

21 Tidak √

22 Tidak √

23 Tidak √

24 Tidak √

25 Tidak √

26 Tidak √

27 Tidak √


(2)

31 Tidak √

32 Tidak √

33 Tidak √

34 Tidak √

35 Tidak √

36 Tidak √

37 Tidak √

38 Tidak √

39 Tidak √

40 Tidak √

41 Tidak √

42 Tidak √

43 Tidak √

44 Tidak √

45 Tidak √

46 Tidak √

47 Tidak √

48 Tidak √

49 Tidak √

50 Tidak √

51 Tidak √

52 Tidak √

53 Tidak √

54 Tidak √

55 Tidak √

56 Tidak √

57 Tidak √

58 Tidak √

59 Tidak √

60 Tidak √

61 Tidak √

62 Tidak √

63 Tidak √

64 Tidak √

65 Tidak √

66 Tidak √

67 Tidak √

68 Tidak √

69 Tidak √

70 Tidak √

71 Tidak √

72 Tidak √

73 Tidak √

74 Tidak √


(3)

150

Subyek 12

No. item

Jaw aban pengambilan data I Jaw aban pengambilan data ke- 2 Konsisten Tidak konsisten

1 Indonesia Bahasa Indonesia √

2 Jarang Bisa dikatakan lebih sering pake

bahasa Indonesia

3 Yah, bisa makanlah yang penting Apa adanya ajalah √

4 Ga masalah kok Sederhana dan rapi kok √

5 Tidak, saya ga mau cari masalah sich Tidak, saya ga macem-macem √

6 Tidak ada diskriminasi Tidak ada perlakuan berbeda √

7 Sedikit Kebanyakan tidak mengerti √

8 Ya, bahasa beda Ya √

9 Bahasa Kesulitan bahasa/dialek √

10 Tidak pernah, gaya berpakaian saya cukup normal

Tidak pernah √

11 Tidak Tidak √

12 Tidak, lingkungan saya banyak pendatang, jadi masyarakat sudah biasa

Tidak, masyarakat biasa aja √

13 Tidak Tidak √

14 Tidak, toleransi masyarakat tinggi Tidak, masyarakat memkalumi,

menerima

15 Masyarakat terbuka kok Masyarakat bersikap menerima

terhadap pendatang

16 Tidak Sebutan negatif tidak ada √

17 Tidak, perlakuan masyarakat ramah Masyarakat berperilaku tidak kasar, ramah

18 Tidak, masyarakat menerima Masyarakat baik kok √

19 Ya, karena kasar Ya, katanya terlalu ceplas-ceplos,

kurang sopan

20 Ya, lebih dimengerti Ya √

21 Tidak Tidak √

22 Tidak Tidak sering √

23 Tidak Tidak √

24 Tidak Tidak √

25 Tidak Tidak √

26 Tidak, masyarakat terbuka Tidak, masyarakat menerima dengan

tangan terbuka

27 Setuju Iya dunk √

28 Tidak Tidak ada √

29 Tidak merasa Tidak √

30 Tidak, saya bersikap baik Tidak √

31 Ya, saya malas ikut Ga terbiasa ikut jadi ya agak males,

cuek

32 Ya Iya √

33 Tidak, masyarakat menghargai Tidak, masyarakat mau mengerti √

34 Tidak, jarang bertemu Tidak √

35 Tampil dengan baju ekstrim Soal bauju d pokoknya √

36 Ya Ya √

37 Belum tidak √

38 Tidak Tidak √

39 Tidak Tidak √


(4)

Subyek 19

No. item

Jaw aban pengambilan data I Jaw aban pengambilan data ke- 2 Konsisten Tidak konsisten

1 Indonesia Indonesia √

2 Cukup sering Lumayan lah √

3 Ga buruk-buruk amatlah Bumbu Jawa lumayan kok √

4 Tidak, wajar-wajar saja Tidak √

5 Tidak Tidak ada √

6 Tidak Tidak ada √

7 Kadang-kadang Ya, kadang aja √

8 Tidak, masyarakat bersahabat Masyarakat cukup ramah √

9 Bahasa Kurang komunikasi, bahasanya susah

sich

10 Tidak Tidak pernah √

11 Tidak Tidak √

12 Tidak, mereka sangat bersahabat Tidak, mereka ramah kok √

13 Tidak Tidak pernah √

14 Masyarakat tidak membeda-bedakan

kok

Tidak √

15 Tidak, dianggap bersahabat kok Tidak √

16 Tidak Tidak √

17 Tidak, mereka bersahabat Tidak, sama-sama ramah sich √

18 Tidak, masyarakat menghargai

kekhasan

Masyarakat baik kok √

19 Ya, masyarakat tidak mengerti Tidak kok √

20 Tidak, masyarakat menerima Tidak, masyarakat welcome tuch √

21 Tidak Tidak ada √

22 Tidak Tidak √

23 Tidak Tidak √

24 Tidak Tidak √

25 Tidak Tidak √

26 Tidak, mereka bersahabat dengan

siapa saja

Tidak kok √

27 Tidak setuju, biasanya masih ada keperluan

Ya, kalo rapat sampe jam 9 lebih √

28 Tidak benar Ga kok √

29 Tidak Untungnya enggak √

30 Tidak, mereka tidak

mempermasalahkan pendatang atau penduduk asli

Tidak, ga ada yang macem-macem kok

31 Ya, kegiatan tidak berhubungan

dengan saya

Ga ada kegiatan yang berhubungan tuch

32 Tidak Tidak √

33 Tidak, masyarakat memaklumi kalo

saya ga bisa

Tidak, dimengerti kok √

34 Ya, sudah kebiasaan Ya, tapi ga sering-sering banget √

35 Tidak ada Ngak tuch √

36 Tidak Tidak √

37 Tidak No… √

38 Tidak Tidak √

39 Tidak Kayaknya gak √


(5)

152

Subyek 29

No. item

Jaw aban pengambilan data I Jaw aban pengambilan data ke- 2 Konsisten Tidak konsisten

1 Indonesia Bahasa Indonesia, sedikit Jawa √

2 Jarang Kurang √

3 Sudah mulai terbiasa kok Lumayan lah √

4 Sopan Ya, sopan sich.. √

5 Tidak Tidak √

6 Tidak Tidak √

7 Ya Y √

8 Bahasa Bahasa Jawa √

9 Ya, bahasa beda Ya, banyak yang pake bahasa Jawa,

ga mudeng

10 Tidak Tidak, saya berpakaian sopan √

11 Tidak Tidak √

12 Tidak, masyarakat terbuka Tidak, masyarakat cukup menerima

kita dengan baik

13 Tidak pernah ga dihargai Tidak √

14 Tidak, pendatang dipandang positif Tidak, saya tidak dipandang negatif √

15 Terbuka Menerima kok √

16 Tidak Tidak √

17 Tidak, masyarakat ramah Tidak, mereka ramah √

18 Tidak, saya menggunakan bahasa

Indonesia

Tidak kok √

19 Tidak, saya pake bahasa Indonesia Tidak, mereka menghargai perbedaan √

20 Tidak, masyarakat terbuka Masyarakat menerima kok √

21 Tidak Tidak ada √

22 Tidak Tidak √

23 Tidak Tidak √

24 Tidak Tidak √

25 Tidak Tidak √

26 Tidak, masyarakat terbuka Tidak, masyarakat menerima √

27 Setuju, karena jam 8 biasanya sudah ada di rumah

Setuju lah, kan udah waktunya pulang √

28 Tidak benar Ga tuch √

29 Tidak Tidak √

30 Tidak, saya bersikap baik Tidak, saya orang baik kok √

31 Ya, tidak tau mengenai kegiatan yang ada di masyarakat

Kegiatan masyarakat? Saya ga tau tuch

32 Tidak Tidak √

33 Tidak, masyarakat menerima saya Tidak ,mereka enjoy-enjoy aja √

34 Tidak, tau kalo saya pendatang Mereka tau kalo saya tidak mengerti √

35 Tidak ada Ga ada √

36 Ya Iya √

37 Tidak Tidak √

38 Tidak Tidak √

39 Tidak Tidak √


(6)

Subyek 60

No. item

Jaw aban pengambilan data I Jaw aban pengambilan data ke- 2 Konsisten Tidak konsisten

1 Jawa Bahasa Jawa √

2 Sering Lumayan sering √

3 Sesuai dengan lidah saya Rasanya saya suka kok √

4 Biasa-biasa saja Ga berlebihan kok √

5 Tidak Tidak tuch √

6 Tidak Kebetulan si ga ada √

7 Ya Mengerti √

8 Tidak, bisa bahasa Jawa Tidak √

9 Saya mengerti bahasa Jawa kok Komunikasi lancar tuch √

10 Iya, pernah Pernah sich √

11 Tidak Tidak √

12 Tidak, saya ga macem-macem jadi ga

dijauhin

Tidak, saya menjaga sikap supaya masyarakat ga menjauhi

13 Tidak Enggat tuch √

14 Saya ga neko-neko, jadi ga masalah Saya ga mecem-macem kok √

15 Masyarakat menghargai pendatang Tidak kok √

16 Tidak Engga √

17 Tidak, masyarakat ramah Tidak √

18 Tidak, masyarakat ramah dan terbuka Tidak, masyarakat menerima tuch √

19 Tidak, masyarakat menerima Tidak, masyarakat mengerti aku √

20 Ya, jadi lebih akrab Menurutku iya, merasa lebih dihormati

dan enak

21 Tidak Engga pernah √

22 Enggak pernah Tidak pernah √

23 Tidak Tidak √

24 Tidak Tidak √

25 Tidak Tidak √

26 Tidak, masyarakat baik Tidak √

27 Tidak setuju, kegiatan saya masih banyak

Idealnya jam 10 lah, kan masih banyak kerjaan

28 Tidak Jarang buangget √

29 Tidak Ga tuch √

30 Tidak, masyarakat percaya pendatang

ga gitu kok

Tidak, ga sampe gitu kok √

31 Tidak terlalu banyak kegiatan diluar Ga tuch, jarang juga siy adanya √

32 Tidak Enggak √

33 Tidak, masyarakat pake bahasa

Indonesia kok

Tidak, enak pake bahasa Indonesia √

34 Ya, saya sedikit bisa Ya, kadang-kadang saja √

35 Tidak ada Sepertinya tidak ada √

36 Tidak Tidak √

37 Tidak Tidak √

38 Tidak Tidak tuch √

39 Ya Iya √