21
a. Peraturan pemerintah tidak dapat dibentuk tanpa adanya undang-undang
induknya;
b. Peraturan pemerintah tidak dapat mencantumkan sanksi pidana jika
undang-undang induknya tidak mencantumkan sanksi pidana;
c. Peraturan pemerintah tidak dapat memperluas atau mengurangi ketentuan
undang-undang induknya;
d. Peraturan pemerintah dapat dibentuk meskipun undang-undang yang
bersangkutan tidak menyebutkan secara tegas, asal peraturan pemerintah
tersebut untuk melaksanakan undang-undang.
bagan 1. Proses penyusunan peraturan Pemerintah 2.
Penyiapan Rancangan. Penyiapan rancangan dilakukan oleh menteri, kemudian dimintakan pertimbangan kepada menteri lain yang terkait dan
menteri kehakiman untuk pertimbangan hukumnya. Kemudian rancangan Peraturan Pemerintah PP diserahkan kepada presiden melalui sekretaris
Negara.
22
3. Penetapan dan pengundangan. Setelah diterima oleh presiden, rancangan
Peraturan Pemerintah akan diundangkan oleh sekretaris Negara.
2. Latar Belakang Lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014
Indonesia negara yang kaya akan sumber daya alam, salah satunya pertambangan mineral dan batubara. Mineral dan batubara merupakan bisnis
menjanjikan dan memiliki keuntungan besar bagi negara maupun masyarakat. Oleh karena itu pemerintah sangat memperhatikan bisnis mineral dan batubara
khususnya di bidang ekspor. Dalam hal ini pemerintah melihat selama ini pengeksporan bahan mentah mineral dan batubara dapat merugikan negara dan
perlu adanya peraturan pemerintah yang mengatur pelarangan mengekspor bahan mentah mineral dan batubara bagi perusahaan. Dalam rangka
meningkatkan manfaat mineral bagi rakyat dan untuk kepentingan pembangunan daerah, maka perlu peningkatan nilai tambah mineral melalui
kegiatan pengolahan dan pemurnian sumber daya mineral di dalam negeri sebagai mana dimaksud dalam Pasal 103 Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang menyebutkan bahwa pemegang IUP dan IUPK operasi produksi wajib melakukan pengolahan dan
pemurnian hasil pertambangan didalam negeri dan Pasal 170 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang
berbunyi pemegang kontrak karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian, sebagaimana dimaksud
23
dalam Pasal 103 ayat 1 selambat-lambatnya 5 lima tahun sejak Undang- Undang ini diundangkan.
Jika merujuk pada 2 Pasal diatas maka secara singkat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
mengharuskan pemegang Izin Usaha Pertambangan IUP melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan didalam negeri. Aturan ini
dilakukan paling lambat 5 tahun sejak Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara diterbitkan. Ini diperkuat dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Pemegang kontrak karya yang
telah melakukan produksi di Indonesia harus melakukan pemurnian selambat –
lambatnya 5 tahun sejak Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara disahkan.
Ini merupakan suatu usaha baik dari Pemerintah Indonesia untuk melindungi hasil kekayaan bumi Indonesia dan patut kita kawal bersama.
Ditambah lagi kekayaan SDA Indonesia yang begitu melimpah merupakan anugerah Tuhan yang harus dijaga,dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebijak-
bijaknya. Sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 ayat 3 “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Karena itu pembangunan smelter sangat diperlukan bagi perusahaan yang belum memiliki smelter untuk melakukan pemurnian bahan mentah mineral dan