Korupsi dan Kartelisasi Partai Politik
19
publik terhadap sebuah partai politik reification merupakan hasil persilangan dari aspek ekstenal dengan kultural.
19
Internal External
Structural Systemness
Decisional Autonomy
Attitudinal Value Infusion
Reification
Sebelum membahas keempat derajat proses institusionalasi tersebut, penulis akan menyajikan penjelasan dari keempat aspek yang dipersilangkan
dalam mengukur derajat institusionalisasi sebuah partai politik, yakni intenal, eksternal, struktural, dan attitudinalkultural. Pertama, aspek intenal merujuk pada
pembangunan aturan main dalam internal sebuah partai politik . Kedua, aspek eksternal mengacu pada hubungan antara sebuah partai politik dengan masyarakat
dan institusi-institusi politik lain. Ketiga, aspek struktural dilihat sejauhmana sebuah partai politik berinteraksi dengan negara. Dan Keempat, aspek kultural
melihat sejauhmana sebuah partai politik menerima eksistensi para
kompetitornya, biasanya dalam bentuk pola koalisi-oposisi paska pemilu. Ramlan Surbakti sebagaimana dikutip Wawan E. Kuswandoro
20
menjelaskan pelembagaan partai politik, dan memberikan penjelasan dari hasil persilangan antara aspek internal-eksternal dan struktural-kultural dengan
mengelaborasi teori Randall dan Svasand ini, yakni:
19
Vicky Randall dan Lars Svasand. Party Institusionalization in New Democracies. Jurnal SAGE Publications, tahun 2002, Vo 8 No.1 pp.5-29. Hal 7 dan 12.
20
Wawan E. Kuswandoro. Pelembagaan Partai Politik Randall. Diunduh dari situs: http:wkwk.lecture.ub.ac.id201510pelembagaan-partai-politik-randall
, pada tanggal 10 November 2015.
20
1. Derajat kesisteman, yaitu proses pembuatan aturan main yang
dikembangkan sebuah partai politik dalam mengatur menkanisme internal partai tersebut. Hal ini mencakup pengejawantahan fungsi-fungsi partai
politik, membuat mekanisme rekruitmen, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ADART. Sebuah partai politik dikatakan terlembaga
apabila terdapat sistem internal yang jelas dan dipatuhi oleh semua aktor dalam partai tersebut.
2. Derajat identitas nilai, yaitu sejauh mana kebijakan dan program yang
dilaksanakan sebuah partai politik sejalan dengan ideologi yang dianut partai tersebut. Sebuah partai politik terinstitusionalisasi apabila seluruh
aktifitas dan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan didasarkan atas nilai atau ideologi yang dianut partai tersebut, atau konsisten antara kebijakan
dan ideologi. 3.
Derajat otonomi keputusan, yaitu sejauhmana sebuah partai politik mempunyai otonomi dalam pengambilan keputusan-keputusan strategis
partainya, serta hubungannya dengan aktor-aktor di luar partai, seperti negara, civil society, pengusaha, dan negara atau lembaga dari luar negeri.
Sebuah partai dikatakan otonom dalam mengambil keputusan apabila mempunyai mekanisme pengumpulan dana fund rising berasal dari iuran
anggota kader dan masyarakat simpatisan untuk biaya operasional partai.
4. Citra opini publik, yaitu derajat pengetahuan masyarakat terhadap
keberadaan sebuah partai politik. Sebuah partai politik dikatakan
21
terinstitusionalisasi apabila
masyarakat dapat
mengindentifikasi kekhususan sebuah partai politik. pengetahuan masyarakat terhadap
sebuah partai politik dapat dilihat ideology platformdan program- program yang dilakukannya.
Dari teori institusionalisasi partai politik di atas, penulis akan menggunakan satu dari empat derajat institusionalisasi partai poitik, yaitu derajat
kesisteman systemness. Menurut Burhanudin Muhtadi, dari keempat derajat pelembagaan tersebut, derajat kesistemanlah yang paling krusial dalam
menentukan sehat-tidaknya partai politik. Dia mengatakan: “Derajat kesisteman diukur melalui sejauhmana fungsi-fungsi partai
berjalan, mekanisme transparansi dalam pengambilan keputusan dan bagaimana penyelesaian konflik internal sesuai ADART. Derajat
kesisteman juga mengatur kepatuhan dan disiplin organisasi terhadap keputusan yang sudah diambil secara kolektif sesuai konstitusi partai
sebagai aturan mainnya. Masalah kedua adalah ketersediaan sumberdaya, terutama pembiayaan partai, baik dari sisi kebutuhan operasional partai
party finance maupun pemilu campaign finance. Deinstitusionalisasi partai yang melahirkan konflik banyak disebabkan oleh perebutan
sumberdaya.
21
21
Burhanudin Muhtadi. Masalah Institusionalisasi Partai Kita. Koran Tempo tahun 2015.
Diunduh tanggal
13 Oktober
2015 dari
situs: https:majalah.tempo.cokonten20150413KL147914Partai-Modern-Vs-Partai-Fans-
Club0744 .
22