PROGRAM ANTI KORUPSI PKS

36

BAB IV INSTITUSIONALISASI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

KEPEMIMPINAN LUTHFI HASAN ISHAAQ Penelitian menggunakan satu dari empat teori tentang derajat institusionalisasi partai politik, yaitu derajat kesisteman systemness. Hal tersebut dikarenakan bahwa dari keempat derajat institusinalisasi partai politik identitas partai, otonomi keputusan, dan citra opini public, derajat kesistemanlah yang paling menentukan sebuah partai politik telah terinstitusionalisasi. Dalam derajat kesisteman, sebuah partai politik diukur melalui sejauhmana fungsi-fungsi berjalan, mekanisme transparansi dalam pengambilan keputusan, dan penyelesaian konflik internal sesuai ADART. Selain itu, derajat kesisteman juga mengatur kepatuhan dan disiplin anggota partai terhadap keputusan, konstitusi, dan ideologi partai. Selanjutnya, derajat kesisteman juga menyangkut masalah pembiayaan partai, untuk untuk biaya operasional maupun biaya kampanye. Untuk yang terakhir ini, partai politik sering jatuh pada persoalan korupsi dan konflik karena permasalahan tersebut. 40 Penelitian menemukan beberapa penjelasan tentang mengapa kader PKS mulai melakukan korupsi pada periode Luthfi Hasan Ishaaq sebagai presiden. Temuan penelitian ini memperlihatkan bahwa pada periode tersebut, PKS mengalami deinstitusionalisasi, khususnya dalam hal derajat kesisteman. Fakta 40 Burhanudin Muhtadi. Masalah Institusionalisasi Partai Kita. Koran Tempo tahun 2015. Diunduh tanggal 13 Oktober 2015 dari situs: https:majalah.tempo.cokonten20150413KL147914Partai-Modern-Vs-Partai-Fans- Club0744. 37 tersebut merupakan akumulasi dari kebijakan-kebijakan partai yang mulai meninggalkan keketatan dalam menjalankan ideologi partai dan beralih kepada kebijakan yang lebih pragmatis yang lebih berorientasi pada pemenangan politik elektoral. Hal tersebut dapat tercermin dari penegesan bahwa PKS menjadi partai terbuka pada tahun 2010, pendanaan partai yang kurang akuntabel, dan menguatnya kalangan pragmatis di internal PKS. A . Munas Bali dan Jakarta: Penegasan Menjadi Partai Terbuka PKS menegaskan menjadi partai terbuka pada Musyawarah Nasional Munas pada 16-20 Juni tahun 2010 di Hotel Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta. Hal tersebut tidak lepas dari ambisi PKS untuk menjadi tiga besar partai dalam pemilu 2014 dengan meraup suara dari berbagai segmen pemilih. Sebagaimana diungkapkan para pengurus pimpinan pusat PKS: “Parpol Islam harus tidak lagi menampilkan citra yang kaku, eksklusif dan ideologis, melainkan justru tampil segar, ringan, pluralis… Kami harus mengadakan lompatan besar untuk masuk menjadi tiga besar pada pemilu 2014,” Sekjen PKS Anis Matta, pernyataan itu dikemukakan Munas II Partai Keadilan Sejahtera di Hotel The Ritz Calrton, 16-18 Juni 2010. 41 Selanjutnya melalui akun twitternya, Fahri Hamzah mengatakan: saya tidak percaya negara agama. Agama tidak perlu negara. Tuhan tak perlu you... Kalau partai-partai lain mau bikin negara agama silahkan, kalau PKS saya jamin nggak… Buat PKS, Pancasila dan UUD45 sudah Islami dan sesuai dengan sunah nabi dalam konstitusi medinah.” 42 41 Mediaumat.com. Terbuka Maka Ditinggalkan. Diunduh dari situs: http:mediaumat.commedia-nasional4173-98-terbuka-maka-ditinggalkan.html . Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015. 42 Mediaumat.com. Terbuka Maka Ditinggalkan. Diunduh dari situs: http:mediaumat.commedia-nasional4173-98-terbuka-maka-ditinggalkan.html . Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015. 38 Lebih ditegaskan kembali oleh Hilmi Aminuddin, Ketua Majelis Syuro saat itu, yang mengatakan bahwa ajaran Islam harus menerima pluralitas sebagai kesadaran positif. Lebih jauh dia mengatakan inklusif ini bukan taktik atau strategi, tapi pelaksanaan ajaran Islam yang hakiki. Dia juga mengatakan bahwa deklarasi PKS menjadi partai terbuka dalam Munas di Hotel Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta merupakan kelanjutan dari Munas di Bali tahun 2008. 43 Implikasi dari PKS menjadi partai terbuka adalah mulai longgarnya kaderisasi partai yang selama ini menekankan aspek penguatan kapasitas individu kader. 44 Semenjak tahun 2004 kualitas tarbiyah mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Salah satu alasannya adalah karena proses halaqoh didominasi oleh pembicaraan tentang politik praktis, implikasikanya adalah sebagian kader menjadi jenuh dan tidak tertarik lagi mengikutinya. Karena konten-konten politik cenderung mendistorsi PKS sebagai partai dakwah. Sehingga kurang dalam muatan-muatan pembicaraan mengenai konten dakwah. 45 Halaqoh yang menjadi ujung tombak dari proses kaderisasi kader PKS bergeser pada pembahasan yang melulu mengenai persoalan politik. Materi-materi halaqoh yang sifatnya untuk membentuk karakter kader yang militant, seperti materi tentang ibadah, sejarah nabi dan sahabat, serta idealisme gerakan, mulai 43 Mediaumat.com. Terbuka Maka Ditinggalkan. Diunduh dari situs: http:mediaumat.commedia-nasional4173-98-terbuka-maka-ditinggalkan.html pada tanggal 23 Oktober 2015. 44 Wawancara dengan Arman Salam, Pengamat Politik LSI Lingkaran Survei Indonesia. 45 Arief Munandar. 2011. Antara Jemaah Dan Partai Politik: Dinamika Habitus Kader Partai Keadilan Sejahtera Pks Dalam Arena Politik Indonesia Pasca Pemilu 2004. Disertasi: Universitas Indonesia. Hal. 195-196. 39 terabaikan. Inilah yang menjadi titik tolak dari mengendurnya militansi dan komitmen terhadap nilai-nilai Islam yang menjadi ciri khas dari para kader-kader PKS. Beberapa kader PKS juga mengamini kondisi tersebut. Mereka beranggapan bahwa kualitas kaderisasi, terutama dalam halaqoh sangat berbeda bila dibandingkan dengan awal-awal PKS dahulu PK Partai Keadilan di bentuk. Mereka menganggap bahwa halaqoh pada masa awal berdirinya PKS menjadi kebutuhan para kader. Kualitas ibadah, persaudaraan, dan dan militansi mereka senantiasa dijaga dalam halaqoh ini. Namun saat ini, halaqoh menurut mereka hanya sebagai rutinitas dan “kering” karena pembahasannya selalu terkait politik nasional. 46 Pendiri Partai Keadilan, Didin Hafidhuddin mengakui ada pergeseran sikap para elite PKS yang dahulu pada masa Gerakan Tarbiyah kental dengan idealisme, kini berubah menjadi pragmatis. 47 Ini menunjukkan implikasi lain bahwa dengan mengejar target menjadi tiga besar pada pemilu 2014, serta menyatakan diri sebagai partai terbuka, membuat kalangan pragmatis di elite PKS berusaha mencari dana yang signifikan untuk membiayai operasional dan kampanye partai menjelang pemilu 2014. Keterbukaan yang berimplikasi pada mengendurnya proses kaderisasi dan idealisme elite partai, membuat mekanisme kontrol terhadap elite-elite yang pragmatis secara ideologis menjadi berkurang. Sebagaimana juga yang dikatakan 46 Wawancara dengan Subadri, Kader PKS Kabupaten Bogor, Midah, Pengurus DPD PKS Kabupaten Bogor, dan Hartono, Wakil Humas DPP PKS. 47 Nasional.inilah.com. Inilah Alasan Didin Hafidhuddin Keluar dari PKS. http:nasional.inilah.comreaddetail1365212inilah-alasan-didin-hafidhuddin-keluar-dari- pkssthash.EIEuxnzS.dpuf. Diakses pada 28 Oktober 2015. 40 oleh Hartono, Wakil Bidang Humas DPP PKS dan Maidah, kader PKS Kabupaten Bogor: “Keterbukaan menjadi dilematis di dalam internal kader PKS, ada suara- suara kader yang mengatakan, dengan keterbukaan PKS menjadi luntur secara idealisme… Akibatnya adalah ada yang salah di dalam PKS, yaitu kurang hati-hati, bagaimana bisa Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq, bergaul dengan Ahmad Fathanah yang bukan kader PKS, yang sudah jelas berperilaku buruk dan makelar. Apakah dia tidak mempertimbangkan dampaknya terhadap partai. 48

B. Masalah Pendanaan Operasional Partai

Masalah pendanaan partai politik menjadi kendala bagi terinstitusionalisasinya sebuah partai politik. Sebagaimana yang dijelaskan Randall dan Svasand bahwa partai politik akan terinstitusionalisasi apabila mempunyai mekanisme pengumpulan dana fund rising yang berasal dari swadaya anggota dan masyarakat simpatisan. 49 Secara ideal, hal tersebut akan berdampak baik bagi sehatnya sebuah partai politik, seperti: 1 partai bertanggung kepada anggota dan konstituen, bukan kepada pengusaha pemberi dana, 2 mekanisme pengumpulan dana seperti ini memungkinkan partai tidak melakukan tindak pidana korupsi, terutama untuk memenuhi kebutuhan operasional dan kampanye partai. Sistem demokrasi yang sedang dilaksanakan di Indonesia mendorong semua partai politik untuk mengeluarkan dana besar dalam kampanye menjelang 48 Wawancara dengan Hartono, Wakil Bidang Humas DPP PKS dan Maidah, Kader DPD PKS Kabupaten Bogor. 49 Vicky Randall dan Lars Svasand. Party Institusionalization in New Democracies. Jurnal SAGE Publications, tahun 2002, Vo 8 No.1 pp.5-29. Hal 18.