dimensi kerentanan umumnya berada pada kategori rendah sampai sedang. Jika tidak dilakukan pengelolaan, dalam waktu 7 tahun akan terjadi perubahan
kerentanan dari kerentanan saat ini rendah menjadi kerentanan sedang. Perubahan kerentanan sedang menjadi kerentanan tinggi akan terjadi dalam waktu
23 tahun. Jika dilakukan pengelolaan skenario 1 penetapan habitat pesisir Pulau Kasu seluas 30 menjadi kawasan konservasi, dalam jangka waktu 11 tahun
dari sekarang akan terjadi perubahan dari kerentanan saat ini rendah menjadi kerentanan sedang. Hal ini berarti perubahan kerentanan dapat diperlambat
selama 4 tahun untuk perubahan dari kerentanan rendah ke kerentanan sedang. Untuk perubahan kerentanan dari kerentanan sedang ke kerentanan tinggi
dibutuhkan waktu sekitar 39 tahun, yang berarti terjadi perlambatan 20 tahun yaitu dari tahun 2040 tanpa pengelolaan menjadi tahun 2060 pengelolaan
skenario pengelolaan 1. Apabila dilakukan pengelolaan skenario 2 penetapan konservasi 50 dan pemindahan pemukiman, perubahan kerentanan dari
keadaan saat ini menjadi kerentanan sedang baru terjadi pada 22 tahun ke depan. Berdasarkan dinamika kerentanan Pulau Kasu ini, dapat disimpulkan
bahwa tipologi Pulau Kasu sebagai pulau petabah berbukit tidak terlalu rentan terhadap perubahan kenaikan muka laut dan faktor-faktor lainnya seperti yang
telah diuraikan sebelumnya. Karakteristik pulau yang relatif terlindung dengan tingkat kapasitas adaptif yang tinggi, menyebabkan kerentanan Pulau Kasu relatif
rendah. Perubahan parameter komponen kerentanan yang ada juga tidak banyak, sehingga dinamika kerentanan pada masa yang akan datang relatif rendah.
5.3.2 Pulau Barrang Lompo
Kerentanan Pulau Barrang Lompo berbeda dengan kerentanan Pulau Kasu sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Pulau Barrang Lompo memiliki
kerentanan saat ini kerentanan awal sudah berada pada kategori kerentanan sedang. Parameter kerentanan baik pada dimensi exposure maupun dimensi
sensitivity umumnya memiliki skor yang sudah tinggi. Hal ini berarti perubahan kerentanan Pulau Barrang Lompo akan akan berubah ke tingkat yang lebih tinggi
yaitu ke kerentanan tinggi dan kerentanan sangat tinggi. Pada Tabel 23 disajikan skenario perubahan kerentanan dari tiga skenario, yaitu tanpa pengelolaan,
pengelolaan skenario 1, dan pengelolaan skenario 2.
Tabel 23. Skenario perubahan kerentanan Pulau Barrang Lompo
No. Skenario Pengelolaan
Perubahan Kerentanan Sedang Tinggi
Sangat Tinggi
1. Tanpa pengelolaan
- 2023
2061 2.
Pengelolaan skenario 1 -
2027 2074
3. Pengelolaan skenario 2
- 2039
- Seperti terlihat pada Tabel 23 di atas, apabila tidak dilakukan pengelolaan,
dalam 13 tahun ke depan akan terjadi perubahan kerentanan dari kerentanan sedang menjadi kerentanan tinggi. Dalam kurun waktu 51 tahun dari saat ini akan
berubah menjadi kerentanan sangat tinggi. Apabila dilakukan pengelolaan dengan skenario 1 menetapkan 30 dari habitat pesisir sebagai kawasan konservasi
laut, maka perubahan kerentanan dari kerentanan sedang ke kerentanan tinggi dapat diperlambat selama 17 tahun menjadi tahun 2027, dan 47 tahun berikutnya
baru mencapai kerentanan sangat tinggi 2074. Apabila pengelolaan skenario 2 dilakukan meningkatkan kawasan konservasi menjadi 50 dan membangun
bangunan pelindung pantai maka perubahan kerentanan dari kerentanan tinggi menjadi kerentanan sangat tinggi dapat diperlambat selama 12 tahun dari skenario
1 menjadi tahun 2039. Berdasarkan dinamika kerentanan ini, dapat disimpulkan bahwa tipologi Pulau Barrang Lompo sebagai pulau karang dengan tingkat
sensitivitas yang tinggi menyebabkan kerentanan Pulau Barrang Lompo relatif tinggi. Upaya untuk meningkatkan kapasitas adaptif alami tidak terlalu signifikan
dalam menurunkan kerentanan Pulau Barrang Lompo, namun penurunan kerentanan lingkungan dapat dilakukan dengan membangun bangunan pelindung
pantai pada seluruh pantai Pulau Barrang Lompo. Karakteristik Pulau Barrang Lompo yang berada Selat Makasar dengan gelombang yang cukup besar
menyebabkan juga perlunya membangun alat pemecah ombak pada sisi barat Pulau Barrang Lompo.
5.3.3 Pulau Saonek