Hipotesis Kebaharuan Novelty PENDAHULUAN

kerentanan. Kedelapan tahapan tersebut, merupakan langkah-langkah operasional yang dapat dilakukan dalam mengkaji kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil. Dengan melakukan modifikasi dan menggabungkan kedua konsep metodologi tersebut, maka secara diagramatik kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini seperti tersaji pada Gambar 2. Gambar 2. Kerangka pikir kajian kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil Modifikasi dari Schroter et al. 2005; Villa dan McLeod 2002

1.6. Hipotesis

Berdasarkan perbedaan karakteristik ketiga pulau yang dipilih sebagai lokasi untuk memverifikasi model indeks kerentanan lingkungan yang dikonstruksi dalam penelitian ini, diduga ada perbedaan kerentanan lingkungan di antara ketiga pulau-pulau kecil tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini membandingkan tingkat kerentanan lingkungan ketiga pulau kecil tersebut. Perbedaan kerentanan lingkungan ketiga pulau ini berimplikasi pada konsep pengelolaan yang perlu dikembangkan untuk tetap mempertahankan eksistensi dan proses pembangunan secara berkelanjutan di pulau-pulau kecil.

1.7 Kebaharuan Novelty

Kajian kerentanan sudah dimulai sejak tahun 1970. Kajian kerentanan yang banyak dilakukan saat ini mencakup aspek yang lebih luas dibandingkan kajian kerentanan sebelumnya Lewis 2009. Namun demikian, kajian kerentanan ini lebih banyak fokus pada aspek sosial ekonomi, yang secara geografi memiliki karakteristik yang spesifik Atkins, 1998. Indeks kerentanan ekonomi diantaranya dikembangkan Briguglio 1995, 1997, The Commonwealth Secretariat Wells 1996, 1997; Pantin 1997, Atkins et al. 1998, the Caribbean Development Bank Crowards 1999, dan Adrianto dan Matsuda 2004. Indeks kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil dikembangkan oleh negara-negara kepulauan dalam kelompok SIDS Small Island Development States. Indeks kerentanan lingkungan ini telah diaplikasikan oleh Kaly dan Pratt 2000, Gowrie 2003, dan Turvey 2007 untuk menilai kerentanan beberapa negara kepulauan. Pendekatan yang digunakan dalam penentuan indeks kerentanan lingkungan ini adalah dengan memasukkan berbagai parameter yang berkaitan dengan tekanan dari faktor iklim, non iklim dan manusia. Kajian kerentanan indeks kerentanan khususnya terhadap pesisir coastal vulnerability indeks juga banyak dilakukan dengan mengacu kepada konsep yang dikemukakan Gornitz 1992 seperti yang dilakukan Pendleton et al. 2004; Boruff et al. 2005; Doukakis 2005, Demirkesen et al. 2008, Rao et al. 2008, Al-Jeneid et al. 2008 dan DKP 2008. Secara ringkas tinjauan review kajian-kajian kerentanan ini disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Tinjauan beberapa kajian kerentanan lingkungan Konsep Kajian Kerentanan Peneliti Tinjauan SOPAC 1999 Kaly UL dan Pratt C 2002 Penelitian ini baru mampu menghitung indeks kerentanan sesaat Gowrie MN 2003 Gornitz 1992 Pendleton EA et al. 2004 • Penelitian ini hanya menyajikan kerentanan sesaat. • Penelitian ini tidak mengintegrasikan ekosistem pesisir habitat pesisir sebagai suatu ekosistem yang mampu mengurangi kerentanan pesisirPPK. DKP 2008 memasukkan terumbu karang dan mangrove sebagai parameter penghitungan kerentanan Boruff BJ et al. 2005 Doukakis 2005 Rao et al. 2008 Departemen Kelautan dan Perikanan 2008 Berdasarkan konsep kerentanan yang diacu dalam penelitian ini, bahwa kerentanan merupakan fungsi dari exposure, sensitivity, dan adaptive capacity, penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan kajian-kajian kerentanan lingkungan yang disajikan pada Tabel 1. Kelebihan tersebut terkait dengan diintegrasikannya ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil dalam menghitung indeks kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil. Pesisir dan pulau-pulau kecil umumnya memiliki ekosistem yang mampu menekan atau memperkecil kerentanan pesisir dan pulau-pulau kecil yang disebut dengan kapasitas adaptif. Dengan menggunakan konsep kerentanan ini, dapat diketahui seberapa besar peran ekosistem pesisir tersebut mampu menekan kerentanan lingkungan yang akan terjadi. Salah satu karakteristik kerentanan adalah bersifat dinamik. Menurut Preston dan Stafford-Smith 2009 kerentanan akan selalu mengalami perubahan, karena adanya perubahan faktor-faktor yang berhubungan dengan kerentanan itu sendiri. Untuk mengetahui perbedaan antara kajian kerentanan yang telah dilakukan sebelumnya, baik penelitian yang mengacu kepada konsep kerentanan SOPAC 1999 maupun Gornitz 1992 dengan penelitian kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil yang dilakukan ini, sajikan ilustrasi perubahan kerentanan pada Gambar 3. Gambar 3. Ilustrasi perubahan kerentanan pulau-pulau kecil Kerentanan sebagaimana dikemukakan Preston dan Stafford-Smith 2009 akan mengalami perubahan seperti pada V 1 , sedangkan kajian kerentanan yang telah dilakukan hanya mampu menghasilkan satu nilai kerentanan kerentanan sesaat semisal V jika kerentanan diukur pada t=0. Berbeda dengan penelitian ini, kajian yang dilakukan akan menghasilkan nilai kerentanan secara dinamik V 1 dan juga mampu memproyeksikan perubahan kerentanan dengan melakukan penataan kapasitas adaptif AC suatu pulau kecil V 1 -V 2 . Peran ekosistem pesisir pulau-pulau kecil dalam meningkatkan kapasitas adaptif pulau telah dikemukakan oleh Othman 1994, Barnet dan Adger 2003, Mazda et al. 2007 dan McClanahan et al. 2008. Dengan mengkonstruksi model indeks kerentanan lingkungan yang baru dengan mengintegrasikan parameter ekosistem pesisir, maka kebaharuan dari penelitian ini adalah terformulasikannya model baru dalam menghitung indeks kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil yang juga mengkuantifikasi peran ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil untuk menurunkan kerentanan lingkungan baik kerentanan sesaat maupun dinamika kerentanan. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pulau dan Pulau-Pulau Kecil