Laju Infiltrasi, Sifat-Sifat Tanah dan Peran Vegetasi

Tabel 11 Indikator keandalan Tank Model Indikator Nilai RCorelation 0.866 RMSE 0.002 APD 0.063 MAE 0.001 LOG 0.154 Nilai R model berada di dalam selang koefisien korelasi 0,8 – 1 menunjukkan hubungan yang sangat kuat Sugiyono 2005 antara aliran hasil perhitungan Tank Model dengan aliran hasil pengukuran di lapangan. Secara umum persentase kesalahan APD Tank Model dalam menggambarkan aliran air mempunyai nilai dibawah 10 . Sedangkan rata-rata RMSE dan MAE berturut- turut dibawah 1. Nilai-nilai tersebut menunjukkan keandalan Tank Model yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis keadaan keseimbangan air mata air Blok S Cipendawa.

5.7 Laju Infiltrasi, Sifat-Sifat Tanah dan Peran Vegetasi

Pengukuran laju infiltrasi dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat air dapat masuk ke dalam tanah. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi dianalisis untuk mengetahui pengaruh perbedaan sifat-sifat tanah terhadap laju infiltrasi. Pada penelitian ini pengaruh rehabilitasi lahan terhadap hasil air dilihat pada laju infiltrasi dan sifat-sifat tanah pada lahan yang mengalami perubahan vegetasi yaitu lahan vegetasi campuran dan lahan jati mengkudu, sedangkan penutupan lahan lainnya sebagai pendukung. Hasil analisis sifat-sifat tanah dan pengukuran laju infiltrasi dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12 Hasil analisis sifat-sifat tanah dan pengukuran laju infiltrasi DTA Blok S Cipendawa Sifat tanah Campuran Jati Mengkudu Semak rumput Singkong Jati rumput Tekstur Lempung liat berpasir Lempung liat berpasir Lempung liat berpasir Lempung berpasir Pasir berlempung Struktur Granular Granular Granular Granular Granular C-organik 2.78 2.08 1.76 1.76 2.16 Bahan organik 4,79 3,59 3,03 3,03 3,72 Porositas 56.19 50.19 48.4 59.92 58.02 KA Kapasitas lapang 56.41 52.12 49.44 56.82 55.65 Tebal solum cm 115 180 105 77.5 62.5 Kapasitas lapang mm 164.56 240.93 127.49 108.23 86.96 Laju infiltrasi mmjam 70,96 139,16 17,65 401,79 395,83 Laju infiltrasi tertinggi adalah pada lahan vegetasi singkong 401,79 mmjam sangat cepat, diikuti oleh jati rumput 395,83 mmjam sangat cepat, jati mengkudu 139,16 mmjam cepat, campuran 70,96 mmjam sedang- cepat, dan yang paling rendah adalah lahan vegetasi semak rumput 17,65 mmjam sedang-lambat. Tingginya laju infiltrasi lahan singkong dan jati rumput lebih disebabkan karena adanya pengolahan tanah dan tekstur tanah yang banyak mengandung pasir. Hanafiah 2005 menyatakan bahwa tanah bertekstur pasir berlempung memiliki kandungan pasir 70-90, debu 30, dan liat 15, sedangkan tanah bertekstur lempung berpasir memiliki kandungan pasir antara 40- 87,5, debu 50, liat 20. Tanah yang banyak mengandung pasir memiliki sifat yang mudah dilalui air karena memilki lebih banyak pori makro daripada pori mikro, akan tetapi memiliki kemampuan menahan air yang rendah Engle et al. 2008. Selain tekstur laju infiltrasi juga dipengaruhi oleh struktur. Tanah dengan struktur granular dapat dilalui air dengan mudah Engle et al. 1993. Sehingga walaupun air mudah meresap ke dalam tanah akan mudah hilang juga, oleh karena itu pada tanah bertekstur kasar dan berstruktur granular seringkali ditemukan rembesan air pada musim hujan tetapi kering pada musim kemarau. Perbandingan laju infiltrasi dan sifat-sifat tanah pada lahan pra-rehabilitasi dan pasca-rehabilitasi dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13 Perbandingan laju infiltrasi dan sifat-sifat tanah pra-rehabilitasi dan pasca-rehabilitasi Sifat tanah Pra-rehabilitasi Pasca-rehabilitasi Semak rumput Semak rumput Campuran Jati Mengkudu Laju infiltrasi mmjam 17,65 17,65 70,96 139,16 Tekstur Lempung liat berpasir Lempung liat berpasir Lempung liat berpasir Lempung liat berpasir Struktur Granular Granular Granular Granular C-organik 1,76 1,76 2,78 2,08 Bahan organik 3,03 3,03 4,79 3,59 Porositas 48,4 48,4 56,19 50,19 KA Kapasitas lapang 49,44 49,44 56,41 52,12 Tebal solum cm 115 180 115 180 Kapasitas lapang mm 139,63 218,55 164,56 240,93 Rehabilitasi lahan menunjukkan adanya peningkatan laju infiltrasi tanah. Sebelum rehabilitasi laju infiltrasi adalah 17,65 mmjam, sedangkan setelah rehabilitasi laju infiltrasi meningkat menjadi 70,96 mmjam pada vegetasi campuran dan 139,16 mmjam pada vegetasi jati mengkudu. Peningkatan laju infiltrasi tersebut disebabkan karena adanya perbaikan sifat-sifat tanah yaitu : C- organik dari 1,76 menjadi 2,78 pada vegetasi campuran dan 2,08 pada vegetasi jati mengkudu; bahan organik dari 3,03 menjadi 4,79 pada vegetasi campuran dan 3,59 pada vegetasi jati mengkudu; porositas dari 48,4 menjadi 56,19 pada vegetasi campuran dan 50,19 pada vegetasi jati mengkudu; kapasitas lapang dari 139,63 mm menjadi 164,56 mm pada vegetasi campuran dan dari 218,55 mm menjadi 240,93 mm pada vegetasi jati mengkudu. Rehabilitasi lahan dengan penanaman pepohonan dan penggunaan pupuk organik menghasilkan lebih banyak serasah sehingga meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Trautmann et al. 1985 menyebutkan bahwa bahan organik akan menjadi humus yang sangat penting untuk menahan air di zona perakaran. Pada tanah berpasir humus sangat penting untuk menahan air di zona perakaran, sedangkan untuk tanah liat sangat baik untuk memperbesar ukuran pori tanah sehingga permeabilitasnya meningkat. Menurut Engle et al. 1993 bahan organik juga penting dalam pembentukan struktur dengan membantu mengikat partikel tanah ke dalam agregat. Struktur penting karena meningkatkan jumlah pori besar pada tanah. Lee 1980 menyatakan bahwa kapasitas infiltrasi rata-rata berkorelasi dengan sifat-sifat fisik tanah; korelasi adalah positif terhadap porositas tanah dan kandungan bahan organik, dan negatif terhadap kandungan liat dan berat isi tanah. Lahan yang bervegetasi pada umumnya lebih menyerap air karena serasah permukaan mengurangi pengaruh-pengaruh pukulan tetesan hujan, dan bahan organik, mikro-organisme serta akar-akar tanaman cenderung meningkatkan porositas tanah dan memantapkan struktur tanah. Vegetasi juga menghabiskan kandungan air tanah hingga jeluk-jeluk yang lebih besar, meningkatkan peluang penyimpanan air dan menyebabkan laju infiltrasi yang lebih tinggi Lee 1980. Menurut Trisaptono 1992 vegetasi dapat mengubah kondisi sifat fisik tanah, yang membuatnya lebih cocok dengan bagi kehidupan jasad mikroba dan fauna tanah sehingga bersama-sama bahan organik memungkinnya terjaminnya kehidupan mikro fauna dalam tanah. Aktivitas tersebut dapat menambah pori-pori dalam tanah, sehingga peresapan air ke dalam tanah meningkat dan akibatnya aliran permukaan juga berkurang dan erosi menurun. Vegetasi akan memelihara bahan organik dalam tanah dan bersama-sama dengan akar-akarnya akan memperbaiki porositas tanah, sehingga ketika turun hujan kapasitas infiltrasi dan permeabilitas tanah dapat dipertahanan pada tingkat yang tinggi. Pembuatan terasering menyebabkan air hujan tertahan lebih lama di permukaan tanah yang datar sehingga jumlah air yang terserap ke dalam tanah lebih banyak. Arsyad 2000 menyebutkan bahwa pembuatan terras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan